Mentan: Dulu Langganan Impor, Kini RI Ekspor Jagung

Mentan mengklaim mampu membalikkan keadaan dari ketergantungan impor jagung.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 09 Mar 2018, 13:10 WIB
Diterbitkan 09 Mar 2018, 13:10 WIB
Menteri Pertanian, Amran Sulaiman (Dok Foto: Kementerian Pertanian)
Menteri Pertanian, Amran Sulaiman (Dok Foto: Kementerian Pertanian)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman melepas ekspor jagung untuk kedua kalinya selama 2018. Ekspor kali ini sebanyak 60 ribu ton dari total kontrak 100 ribu ton ke Filipina melalui Pelabuhan Makassar. 

Amran mengatakan, ekspor jagung merupakan amanah Nawa Cita untuk mewujudkan kedaulatan pangan dan peningkatan kesejahteraan petani. Kementerian Pertanian bersama semua pihak akan terus menggenjot sektor produksi pertanian di Indonesia.

“Jumlah ekpor jagung maupun produksi komoditas lain bisa meningkat. Tahun ini kita siapkan bibit jagung dan pupuknya untuk 3,7 juta hektare (ha) lebih, gratis diberikan kepada petani," ungkap Amran dalam keterangan resminya di Jakarta, Jumat (9/3/2018). 

Lebih lanjut Amran menekankan, ekspor ini merupakan prestasi besar sehingga menjadi sejarah baru Indonesia. Pasalnya, dulu Indonesia langganan impor jagung, kini berbalik menjadi ekspor.

“Kerja keras petani yang didukung semua pihak ini membuahkan hasil. Pada 2015, Indonesia impor jagung 3,5 juta ton, tapi dengan digenjot program jagungisasi, impor 2016 turun 62 persen dan 2017 tidak ada impor jagung pakan ternak,” tegas dia. 

"Tahun ini, Indonesia sudah ekspor jagung ratusan ribu ton. Seandainya tidak ada program upaya khusus, Indonesia akan impor 4 sampai 5 juta ton,” ucap Amran Sulaiman.

Ekspor jagung di tahun ini dimulai dari Gorontalo sebanyak 57 ribu ton ke Filipina, sekarang ekspor lagi dari Makassar.

“Minggu depan kita ekspor dari Sumbawa, NTB. Target tahun ini minimal 300 ribu ton dan ekspor dari Jawa Timur dan Sulawesi Barat,” imbuh Amran.

Dia mengatakan, produksi jagung tidak hanya berdampak pada penambahan devisa, tetapi juga pada peningkatan kesejahteraan petani. Misalnya, dengan total produksi jagung Sulawesi Selatan (Sulsel) 2,23 juta ton per tahun dan harga Rp 3.150 per kg, diperoleh pendapatan Rp 7 triliun.

“Setelah dikurangi biaya produksi, ya minimal petani jagung Sulsel memperoleh untung Rp 4 triliun hingga 5 triliun. Ini nilai yang sangat besar. Jadi petani dipastikan sejahtera,” papar Amran Sulaiman.

 

Lawan Impor

Panen Jagung diawal bulan Febuari 2017 merupakan hasil panen kedua yang dihasilkan dari program DMPA Kelompok Maju Tani Kecamatan Air Sugihan, Kabupaten Bayuasin Sumsel (Liputan6.com/Nefri Inge)
Panen Jagung diawal bulan Febuari 2017 merupakan hasil panen kedua yang dihasilkan dari program DMPA Kelompok Maju Tani Kecamatan Air Sugihan, Kabupaten Bayuasin Sumsel (Liputan6.com/Nefri Inge)

Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo berkomitmen melawan impor pangan yang menyangkut kebutuhan dasar masyarakat. Lanjutnya, ekspor jagung hari ini menandakan Indonesia luar biasa, yakni bisa menyediakan pangan khususnya jagung untuk negara lain.

“Impor pangan strategis tidak boleh masuk di Sulsel. Hari ini kita buktikan dengan ekspor jagung karena kalau kita serius dan modern memanfaatkan lahan pertanian, produksi jagung Sulsel bisa lebih besar. Kita bisa capai 2,6 juta ton yang nilai mencapai Rp 3 sampai 4 triliun,” tegasnya.

Berdasarkan data Basan Pusat Statistik (BPS), produksi jagung nasional sejak 2015 hingga 2018 mengalami kenaikan. Pada 2015, produksi jagung sebesar 19,6 juta ton, 2016 naik menjadi 23,6 juta ton dan 2017 pun naik, yakni 27,9 juta ton.

Produksi jagung di Sulawesi Selatan selama tiga tahun ini juga naik. Tahun 2015 sebesar 1,5 juta ton, 2016 sebanyak 2,1 juta ton dan 2017 pun naik mencapai 2,23 juta ton.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya