Liputan6.com, Jakarta - Riset terbaru yang dilakukan oleh Bank of America Merill Lynch mengungkap satu cara unik yang bisa dilakukan perusahaan apabila ingin meningkatkan pendapatan. Ternyata, dengan menempatkan wanita di posisi petinggi perusahaan bisa meningkatkan kesempatan untuk mendapat untung lebih banyak.
Dilansir dari Business Insider, Minggu (11/3/2018), hasil survei ini diambil dari data perusahaan S&P 500 selama 7 tahun terakhir. Perusahaan yang 25 persen posisi eksekutifnya dijabat oleh wanita bisa mendapat ekuitas balik modal lebih tinggi dibanding perusahaan lain.
"Diversifikasi gender bisa membuat perusahaan mendapat keuntungan yang lebih besar," kata Savita Subranian, Strategist Bank of America.
Advertisement
Saat ini, lanjut dia, hanya ada 22 persen perusahaan yang mengangkat wanita dalam jumlah banyak di level eksekutif.
Baca Juga
Dalam laporannya, Bank of America juga menyadur hasil riset dari McKinsey. Menurut riset tersebut, diversifikasi gender bisa meningkatkan kinerja tim dan keuangan sebuah perusahaan.
Tak hanya itu, adanya wanita di posisi eksekutif juga bisa mengurangi peluang penurunan nilai saham dan volatilitas pendapatan.
"Perusahaan yang berinvestasi untuk merekrut pegawai wanita lebih berkesempatan untuk menelurkan keuntungan fundamental yang berefek pada pertumbuhan jangka panjang," tulis laporan tersebut.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Â
Wanita Bekerja Lebih Lama dari Pria Tapi Tak Dibayar
Sebelumnya, laporan terbaru yang dirilis Badan PBB UN Women mengungkap fakta mengejutkan tentang ketimpangan wanita dan pria di dunia kerja. Ternyata, wanita harus menghabiskan waktu lebih lama untuk bekerja, sayangnya sebagian besar pekerjaan yang dilakukan wanita tidaklah dibayar.
Dilansir dari CNNMoney, Sabtu 24 Februari 2018, wanita dilaporkan harus bekerja 2,6 kali lebih banyak dibanding pria. Namun pekerjaan tersebut tidaklah mendapat bayaran karena hal-hal yang dilakukan bersifat voluntarily atau relawan.Pekerjaan yang harus dilakukan wanita antara lain mengurus anak, memasak, bersih-bersih hingga mengantar anak. Akibat adanya pekerjaan tak berbayar ini, waktu yang dihabiskan wanita lebih banyak dalam sehari.
Chief of The Research and Data Section di UN Women Shahra Razavi mengatakan, pekerjaan tidak berbayar yang harus dilakukan wanita ini seringkali tidak masuk dalam perhitungan PDB sebuah negara.
Hal ini disebabkan karena banyak orang menganggap hal yang dilakukan tersebut tidaklah berharga.
"Padahal, jika wanita berhenti mengerjakan pekerjaan tidak berbayar ini, seluruh perekonomian dunia bakal hancur," kata Razavi.
Di negara berkembang, pekerjaan tidak berbayar ini termasuk ke kegiatan berat lain seperti mencari air maupun mencari bahan bakar. Hal yang menyedihkan wanita di negara berkembang juga seringkali tidak dibantu oleh alat-alat elektronik seperti alat pencuci piring dan mesin cuci.Lebih lanjut, hasil survei terbaru yang dikeluarkan World Economic Forum juga memperlihatkan adanya kesenjangan yang terjadi terhadap wanita di tempat kerja.
Laporan yang berjudul "Global Report on Gender Quality" tersebut mengungkap bahwa wanita ternyata bekerja lebih lama dari pria, tetapi mendapat upah yang lebih sedikit.
Analisis World Economic Forum menilai rata-rata wanita bekerja 39 hari lebih banyak dari pria. Akan tetapi, jumlah upah yang diterima wanita justru lebih sedikit.
Rata-rata wanita di dunia mendapat penghasilan US$ 11 ribu dalam setahun, sementara penghasilan pria mencapai US$ 20 ribu per tahun.
Jumlah perekrutan tenaga kerja juga mengalami perbedaan yang signifikan. Laporan tersebut mengungkap bahwa tenaga kerja berusia 35 hingga 44 tahun didominasi oleh kaum pria.
Tingkat perekrutan tenaga kerja pria mencapai 90 persen, sementara tenaga kerja wanita hanya mencapai 74 persen.
Advertisement