Pengusaha RI Diminta Bangun Pabrik Tekstil di Mali

Presiden Mali, Ibrahim Boubacar Keita mengapresiasi peran aktif dan kepemimpinan Indonesia yang kuat dalam forum internasional.

oleh Bawono Yadika diperbarui 02 Apr 2018, 18:27 WIB
Diterbitkan 02 Apr 2018, 18:27 WIB
Investasi Teksil Meningkat Saat Ekonomi Lesu
Pekerja memotong pola di pabrik Garmen,Tangerang, Banten, Selasa (13/10/2015). Industri tekstil di dalam negeri terus menggeliat. Hal ini ditandai aliran investasi yang mencapai Rp 4 triliun (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Mali, Ibrahim Boubacar Keita menyatakan ingin meningkatkan kerja sama di sektor ekonomi dengan Indonesia. Hal tersebut ia ungkapkan saat bertemu dengan Duta Besar (Dubes) RI Dakar, Mansyur Pangeran.

Duber Mansyur mengatakan, ada beberapa produk buatan Indonesia yang bisa dipasarkan ke Mali. Diantaranya adalah pesawat produksi PT DI, kapal buatan PT PAL, kereta api buatan PT INKA, dan senjata buatan PT Pindad.

"Selain itu juga pakaian militer buatan PT Sritex," jelas dia dikutip dari keterangan tertulis, Senin (2/4/2018).

Hal tersebut disambut baik juga oleh Presiden Keita. Ia berharap akan banyak pengusaha Indonesia yang berinvestasi di Mali melalui transfer teknologi di bidang tekstil. Hal ini mengingat Indonesia selama ini mengimpor kapas dari Mali sebagai produk tekstil.

Tak hanya itu, Menteri Luar Negeri Mali, Tieman Coulibaly juga mengharapkan agar pengusaha Indonesia dapat melakukan investasi dengan membangun pabrik tekstil di Mali mengingat Mali merupakan produsen kapas terbesar di Afrika.

Ia juga mengharapkan kerja sama dalam bidang pertanian di mana Menteri Coulibaly memandang teknologi pertanian Indonesia sudah sangat maju dan karenanya dibutuhkan transfer teknologi ke Mali.

Di Bidang Politik

Presiden Mali, Ibrahim Boubacar Keita (AFP Photos)
Presiden Mali, Ibrahim Boubacar Keita (AFP Photos)

Presiden Mali, Ibrahim Boubacar Keita mengapresiasi peran aktif dan kepemimpinan Indonesia yang kuat dalam forum internasional. Hal ini dibuktikan dengan diberikannya dukungan unilateral dari Pemerintah Mali terhadap pencalonan Pemerintah Republik Indonesia sebagai Anggota Tidak Tetap Dewan Keamanan PBB untuk Periode 2019-2020.

Presiden Keita juga berterima kasih atas kontribusi aktif Indonesia dalam operasi pemeliharaan perdamaian PBB di Mali (MINUSMA) yang secara nyata telah memberikan kemajuan positif terhadap proses perdamaian di Mali.

"The spirit of Asia-Africa Conference di Bandung, telah menginspirasi negara-negara Afrika untuk merdeka terlepas dari belenggu penjajah, termasuk Mali yang merdeka dari Perancis tahun 1960,” tuturnya.

Tak hanya itu, Presiden Keita juga menyampaikan kekagumannya terhadap Presiden Habibie pada Dubes RI Dakar, Mansyur Pangeran. Habibie dianggap mampu meletakan Indonesia sebagai negara maju yang dapat menciptakan produk industri strategis yang diperlukan negara-negara Afrika seperti Mali.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya