Upah Nominal Harian Buruh Tani Nasional Naik di Maret

Upah nominal buruh/pekerja adalah rata-rata upah harian yang diterima buruh sebagai balas jasa pekerjaan yang telah dilakukan.

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Apr 2018, 15:02 WIB
Diterbitkan 16 Apr 2018, 15:02 WIB
Upah Buruh
Pekerja tengah mengerjakan proyek pembangunan infrastruktur di Jakarta, Senin (18/9). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat upah nominal harian buruh tani pada Maret 2018 naik 0,43 persen menjadi Rp 51.598 per hari, dibanding Febuari 2018 yang sebesar Rp 51.378. Sedangkan upah rill naik 0,31 persen dari Rp 37.486 menjadi Rp 37.602.

Kepala BPS, Suhariyanto, menambahkan upah nominal harian buruh bangunan (tukang bukan mandor) pada Maret 2018 naik 0,29 persen dari Rp 85.632 pada Februari menjadi Rp 85.880 per hari.

Sementara upah riil mengalami kenaikan sebesar 0.09 persen, yaitu dari Ro 20.060 menjadi Rp 20.160.

"Rata-rata upah pembantu rumah tangga per bulan nominal Maret 2018 dibanding Febuari 2018 mengalami kenaikan sebesar 0,32 persen, yaitu dari Rp 390.853 menjadi Rp 392.130. Upah riil Maret 2018 dibanding Febuari 2018 naik sebesar 0,12 persen, yaitu dari Rp 295.384 menjadi Rp 295.748," kata Suhariyanto di Kantornya, Jakarta, Senin (16/4/2018).

Sementara, untuk rata-rata upah buruh potong rambut wanita per kepala pada Maret 2018 naik 0,32 persen dari Rp 26.543 pada Februari menjadi Rp 26.729. Sedangkan upah rill naik 0,50 persen dari Rp 20.060 dibanding Febuari 2018 menjadi Rp 20.160 di Maret 2018. 

Sebagai informasi, upah nominal buruh/pekerja adalah rata-rata upah harian yang diterima buruh sebagai balas jasa pekerjaan yang telah dilakukan.

Upah riil buruh/pekerja menggambarkan daya beli dari pendapatan/upah yang diterima buruh/pekerja. Upah riil adalah perbandingan antara upah nominal dengan indeks konsumsi rumah tangga.


Setelah 3 Bulan Defisit, Neraca Perdagangan Maret Surplus US$ 1,09 Miliar

Neraca Ekspor Perdagangan di April Melemah
Sebuah kapal bersandar di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (26/5). Penyebab kinerja ekspor sedikit melambat karena dipengaruhi penurunan aktivitas manufaktur dan mitra dagang utama, seperti AS, China, dan Jepang. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Neraca perdagangan Indonesia pada Maret 2018 berbalik arah dengan catatan surplus sebesar US$ 1,09 miliar. Padahal, selama tiga bulan berturut-turut, terjadi defisit perdagangan pada periode Desember 2017, Januari, dan Februari 2018.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto atau yang akrab disapa Kecuk, mengumumkan nilai ekspor Indonesia pada bulan ketiga ini tercatat sebesar US$ 15,58 miliar, sementara impor lebih rendah sebesar US$ 14,49 miliar.

"Terjadi surplus sebesar US$ 1,09 miliar di Maret sesudah defisit di Januari dan Februari," katanya saat Konpers Neraca Perdagangan di kantornya, Jakarta, Senin (16/4/2018).

Nilai ekspor Indonesia pada Maret sebesar US$ 14,58 miliar meningkat 10,24 persen dibanding Februari dan naik 6,14 persen daripada realisasi Maret 2017.

Sementara untuk sepanjang Januari-Maret, nilai ekspor sebesar US$ 44,27 miliar, sedangkan impornya sebesar US$ 43,98 miliar. Secara kumulatif, surplus US$ 0,28 miliar atau US$ 280 juta pada Januari-Maret 2018.

"Angka ini cukup menggembirakan dibanding posisi Januari-Februari 2018. Kita berharap, ke depan ekspor kita semakin bagus, makin banyak jenis produk yang diekspor dan makin terbuka negara nontradisional," jelas Kecuk.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya