Terus Ditolak, Miliarder Ini Ngotot Ingin Selamatkan Toys R Us

Miliarder Issac Larian yakin bahwa ia bisa menyelamatkan 274 toko Toys R Us di Amerika. Bagaimana caranya?

oleh Bawono Yadika diperbarui 28 Apr 2018, 21:01 WIB
Diterbitkan 28 Apr 2018, 21:01 WIB
Toys R Us
Toys R Us (AP Photo/Gene J. Puskar)

Liputan6.com, Jakarta - Miliarder pemilik perusahaan mainan terbesar dunia Issac Larian menyatakan bahwa ia percaya akan tetap bisa menyelamatkan 274 toko Toys R Us di Amerika Serikat (AS). Sebelumnya, pemilik dari Bratz dolls and Little Tikes toys ini telah menawarkan dana USD 765 juta untuk bisa menyelamatkan seluruh toko Toys R Us di AS.

Selain ingin menyelamatkan Toys R us di AS, Larian juga ingin menyelamatkan Toys R Us di Canada. Sayangnya, penawaran penyelamatan di Kanada kalah dari penawaran dari pihak lain.

Dikutip cari CNN Money, Sabtu (28/4/2018), Larian saat ini masih tetap nekat ingin mencoba lagi untuk menyelamatkan toko-toko Toys R Us yang berada di Amerika Serikat (AS).

"Kami hanya berbeda 10 persen dari posisi pemenang penawaran kemarin di Canada. Hal ini menjadikan kami cukup optimistis dengan penawaran di AS. Kami memiliki finansial yang cukup, sekarang peroslannya ialah seberapa besar yang bersedia kita tawarkan untuk penawaran ini," tuturnya.

Ia juga menambahkan bahwa ia ingin menyelamatkan sebanyak 274 toko yang ada di AS, bersama dengan markas toko tersebut. Larian berpendapat bahwa hal ini akan menyelamatkan sekitar 7 ribu hingga 10 ribu pekerjaan yang ada. 

" Toys R Us memiliki 735 toko dengan 31 ribu karyawan didalamnya. Jika toko-toko ini ditutup di Amerika maka hal ini hanya akan menghabiskan banyak biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan," ujarnya. 

"Jika Toys R US tidak ada lagi, maka ini akan berdampak besar pada industri-industri mainan lainnya," tambah Larian.

Meskipun begitu, Larian meyakini pihak-pihak yang menangani likuiditas Toys R US akan tetap bersemangat untuk menemukan investor dan mempertahankan agar beberapa toko tersebut tetap akan dibuka di AS.

"Saya yakin pasti hal tersebut akan bekerja. Orang-orang yang berkewajiban menangani penjualan, mereka pasti akan berpikir bagaimana caranya menyelamatkan toko-tokonya ini. Sangat ironi jika toko-toko di Kanada, Eropa bahkan Asia tetap bisa buka namun bubar di negara yang mendirikan toko mainan tersebut," tandas Larian.

Terus Merugi, Toys R Us Tutup Semua Toko di AS

Toys R Us
Toys R Us (AP Photo/Julio Cortez)

Perusahaan ritel mainan Toys 'R' Us memutuskan untuk menutup semua tokonya di Amerika Serikat (AS) menyusul penurunan pendapatan yang terus menerus terjadi. Akibat hal ini, 33 ribu pekerja gerai ritel tersebut berisiko kehilangan pekerjaan.

CEO Toys 'R' Us David Brandon mengaku telah memberitahu pegawai perusahaan tentang kondisi yang terjadi. Melansir laman CNNMoney, Kamis (15/3/2018), keputusan ini tampaknya merupakan akhir perjalanan dari gerai ritel mainan terkenal di Amerika Serikat tersebut.

Selama hampir setengah abad, Toys 'R' Us telah memasok mainan ke sebagian besar anak-anak di negara Paman Sam. Kemunduran gerai ritel mainan ini diprediksi karena semakin meningkatnya dominasi dari perusahaan e-commerce.

Tak Untung Sejak 2012

Toys R Us
Toys R Us (AP Photo/Julio Cortez)

Sebelumnya, pada September 2017, Toys 'R' Us mengajukan bangkrut ke pemerintah AS. Hal ini dilakukan sebagai harapan bisa memangkas utang dan memanfaatkan investasi yang ada.

Sayang, hal itu tidak berjalan sesuai rencana. Alhasil, pada Januari 2018, Toys 'R' Us mengatakan akan menutup 182 gerainya yang tersebar di beberapa tempat di Amerika Serikat.

Perusahaan ini tercatat tidak lagi membukukan keuntungan tahunan sejak 2012. Sumber terpercaya perusahaan mengungkap, Toys 'R' Us juga telah kehilangan USD 2,5 miliar sejak itu.

Perusahaan tersebut diambil alih oleh raksasa ekuitas swasta KKR, Bain Capital dan perusahaan investasi real estat Vornado pada tahun 2005. Bersama-sama mereka membayar USD 6,6 miliar, namun sayang Toys 'R' Us kembali terbelit hutang sebesar USD 5,3 miliar.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya