Harga Emas Berpeluang Menguat pada Pekan Ini

Beragam sentimen akan pengaruhi pergerakan harga emas pada pekan ini. Akan tetapi, penguatan dolar AS menjadi sentimen utama.

oleh Agustina Melani diperbarui 07 Mei 2018, 10:00 WIB
Diterbitkan 07 Mei 2018, 10:00 WIB
20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Beragam sentimen akan pengaruhi pergerakan harga emas pada pekan ini. Akan tetapi, penguatan dolar Amerika Serikat (AS) menjadi sentimen utama pengaruhi harga emas.

Sejumlah analis dan investor mengharapkan harga emas dapat menguat pada pekan ini. Apalagi masih banyak ketidakpastian di pasar keuangan.

Secara teknikal, harga emas bersiap untuk akhiri pergerakan di zona negatif. Analis melihat, harga emas berada di rata-rata pergerakan selama 200 harian di kisaran USD 1.313,90, dan kemungkinan bertahan.

Pada Jumat pekan lalu, harga emas untuk pengiriman Juni ditransaksikan di kisaran USD 1.314 per ounce. Angka ini turun 0,71 persen dari pekan sebelumnya.

Sementara itu, pergerakan harga perak sedikit menunjukkan penguatan ketimbang emas. Harga perak ditransaksikan di kisaran USD 16.425 per ounce, atau turun 0,11 persen pada pekan lalu.

Harga emas cenderung tertekan didorong dari dolar Amerika Serikat  melonjak. Indeks dolar AS reli empat persen ditransaksikan di kisaran 92,80.

"Meski dolar AS lebih kuat, emas mampu bertahan dalam kisarannya. Saya pikir ada sejumlah kekuatan fundamental dalam emas. Masih banyak ketidakpastian di luar sana, dan masih melihat perlunya safe haven dalam portofolio," ujar Jasper Lawler, Kepala Riset London Capital Group, seperti dikutip dari laman Kitco, Senin (7/5/2018).

Berdasarkan analis pasar uang, dolar AS memiliki dua pilar kekuatan. Secara teknikal, pergerakan dolar AS di atas rata-rata pergerakan 200 hari dan didukung fundamental.

Kepala Forexlive.com, Adam Button menuturkan, dolar AS punya ruang bergerak menguat karena tetap menjadi investasi global yang terbaik. "Pasar percaya ekonomi AS kuat dari pada yang terlihat dibandingkan negara lain. Itu akan terus positif untuk dolar AS," ujar dia.

Sementara itu, Kepala Riset Saxo Bank, Ole Hhansen menuturkan, sebelum reli, dolar AS berada dalam posisi yang tertekan. Namun, hal itu butuh beberapa waktu dan pasar menemukan sejumlah keseimbangan.

Ia menambahkan, tetap yakin harga emas dapat menguat meski dolar AS tetap menguat. Hal itu mengingat masih ada peningkatan defisit pemerintah sehingga menjadi masalah untuk pergerakan dolar AS.

"Ini terlalu dini untuk mencari pembalikan arah di tengah dolar AS menguat. Namun, pada titik tertentu, reli ini akan kehabisan momentum. Saya pikir sekarang saat tepat untuk beli emas. Saya perlu melihat harga didorong di bawah USD 1.280 sebelum mengubah rekomendasi netral untuk emas," ujar Hansen.

Meski kinerja emas mengecewakan akhir-akhir ini, sejumlah analis masih melihat potensi emas untuk jangka panjang. Hal itu terutama setelah keputusan the Federal Reserve (The Fed) atau bank sentral AS tetap pertahankan suku bunga pada pekan lalu.

Kepala Investasi Merk Iinvestments, Axel Merk menuturkan, bank sentral AS akan merasa nyaman dengan tekanan inflasi lebih tinggi tanpa harus menaikkan suku bunga secara agresif.

"Komite menekankan kalau tidak apa-apa jika inflasi naik di atas target dua persen. Saya pikir emas akan baik-baik saja," kata Merk.

Inflasi tinggi dengan tingkat bunga rendah menguntungkan aset emas.

Selanjutnya

20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Sentimen lainnya pengaruhi harga emas yaitu ketegangan geopolitik mulai memanas terutama menjelang tenggat waktu 12 Mei ketika Presiden AS Donald Trump harus memutuskan apakah akan ratifikasi perjanjian nuklir internasional dengan Iran.

"Sangat sulit untuk menentukan harga dalam risiko seperti ini. Jika AS mundur dari kesepakatan, emas akan naik lebih tinggi tetapi jika mereka meratifikasinya, emas akan turun,” ujar Adam Button.

Ia menambahkan, investor akan fokus terhadap Iran pada pekan ini. "Emas akan terus tertekan hingga ada sentimen krisis lainnya," kata dia.

Seiring ketidakpastian geopolitik, Lawler menuturkan, emas juga dapat menarik perhatian investor di pasar saham. Apalagi kinerja pasar saham lesu meski laporan kinerja kuartal I yang positif.  

Merk menambahkan, emas akan terus menjadi perhatian di tengah pasar saham yang terlihat mahal dengan volatilitas tinggi dan suku bunga bank sentral AS yang meningkat.

Di AS, hanya dua laporan ekonomi yang akan dirilis. Pelaku pasar akan mencermati indeks harga produsen dan konsumen pada Rabu dan Kamis pekan ini. Tekanan inflasi lebih tinggi akan positif untuk harga emas.

Sentimen lainnya, pimpinan bank sentral AS atau the Federal Reserve Jerome Powell akan berbicara di sebuah acara di Zurich, Swiss.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya