Keputusan The Fed Masih Jadi Pendorong Kenaikan Harga Emas

Harga emas di pasar spot naik 0,9 persen ke posisi US$ 1.316,63 per ounce

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 04 Mei 2018, 06:45 WIB
Diterbitkan 04 Mei 2018, 06:45 WIB
Ilustrasi Harga Emas Naik 1
Ilustrasi Harga Emas Naik (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas merangkak naik pada perdagangan Kamis setelah keputusan Bank Sentral AS mempertahankan suku bunga acuan untuk meyakinkan investor. Di sisi lain, ketidakpastian kondisi geopolitik yang meningkat ikut mengerek harga emas.

Mengutip Reuters, Jumat (4/5/2018), harga emas di pasar spot menjulang 0,9 persen ke posisi US$ 1.316,63 per ounce. Sementara harga emas berjangka AS untuk pengiriman Juni naik 0,9 persen ke posisi US$ 1.317,30 per ounce.

The Fed mengatakan, dalam periode 12 bulan ke depan, inflasi AS diperkirakan akan berjalan mendekati target, yakni 2 persen.

"Pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) kemarin meredakan kekhawatiran bahwa The Fed akan tetap mempertahankan kebijakan pengetatan moneter secara bertahap," kata Kepala Strategis Komoditas Saxo Bank, Ole Hansen.

Sementara itu, Analis Komoditas di Bank Swiss Carsten Menke memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan empat kali di tahun ini, dari sebelumnya tiga kali.

Di sisi lain, kenaikan harga emas juga dipicu ketidakpastian kondisi geopolitik, seperti potensi AS menarik diri dari perjanjian nuklir Iran maupun pembicaraan perdagangan antara AS dan China.

"Perundingan (AS) tidak akan semulus yang diharapkan, ini akan jadi fokus. Tapi sekarang kita sudah melewati pertemuan FOMC," ujar Analis ANZ Daniel Hynes.

Selain harga emas, harga perak di pasar spot juga naik 1,1 persen menjadi US$ 16,53 per ounce, dan harga platinum menanjak 1,6 persen ke posisi US$ 903,80 per ounce.

Harga Emas Kemarin

Ilustrasi Harga Emas Naik (4)
Ilustrasi Harga Emas Naik (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve mempertahankan suku bunga acuan memberikan angin segaruntuk harga emas. Harga emas melonjak dari posisi terendah dalam empat bulan terakhir.

The Federal Reserve mempertahankan suku bunga acuan seperti yang diharapkan pelaku pasar. Suku bunga acuan the FederalReserve berada di kisaran 1,5 persen-1,75 persen. Namun, the Federal Reserve mengingatkan soal tekanan inflasiyang positif untuk emas.

"Langkah-langkah dari kompensansi inflasi rendah,survei terhadap harapan inflasi jangka panjang sedikit berubah,pada keseimbangan. Inflasi dalam 12 bulan akan menuju target dua persen," tulis pernyataan the Federal Reserve,seperti dikutip dari laman Kitco, pada 3 Mei 2018. 

Sejumlah ekonom menilai, bank sentral AS tetap pertahankan suku bunga menunjukkan bank sentral AS tidak terburu-buru menaikkan suku bunga acuan lebih cepat. Diperkirakan suku bunga the Federal Reserve naik lagi sebanyak dua kali pada 2018.

Harga emas pun berjuang untuk kembali menemukan momentum seiring dolar AS menguat. Harga emas kembali bertahan dalam rentangtransaksi yang didukung psikologis pada posisi USD 1.300.

Harga emas pun dapat menguat dari posisi terendahnya. Harga emas berjangka untuk pengiriman Juni ditransaksikan naik 0,36 persen.Harga emas berada di posisi USD 1.311,50 per ounce.

Pelaku pasar pun fokus pada sasaran inflasi simetri the Federal Reserve yang bisa menjadi indikasi kalau bank sentral AS itu sengajabiarkan inflasi naik di atas dua persen. Ini untuk menggantikan tekanan terhadap tekanan harga pada bulan sebellumnya.

Analis mengatakan, kalau emas dapat memperoleh manfaat dari inflasi tinggi. Ini akan mempertahankan suku bunga riil yang relatif rendah.Royce Mendes, Ekonom Senior CICB World Markets menuturkan, pernyataan the Federal Reserve tidak memberikan banyak panduanuntuk kenaikan suku bunga pada Juni. Ia mengharapkan, ekonomi AS dapat terus berkembang.

"Kurangnya komitmen kuat untuk kenaikan suku bunga jangka pedenk sejauh ini terlihat dari imbal hasil rendah dan dolar AS depresiasi.Akan tetapi kami masih meliat percepatan pertumbuhan di kemudian hari," kata Mendes.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya