Bos BI: Rupiah Terus Tertekan, Bank Indonesia Siap Naikkan Suku Bunga

Melemahnya nilai tukar rupiah dalam beberapa pekan terakhir sudah tidak lagi sejalan dengan kondisi fundamental ekonomi Indonesia saat ini.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 11 Mei 2018, 10:56 WIB
Diterbitkan 11 Mei 2018, 10:56 WIB
Kompak Kenakan Selendang, Bos IMF dan Sri Mulyani Buka Konferensi Internasional
Gubernur BI Agus Martowardojo memberi pidato saat pembukaan High - Level International Conference di Jakarta, Selasa (27/2). Konferensi internasional tingkat tinggi ini bertemakan "Models in a Changing Global Landscape". (Liputan6.com/JohanTallo)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) tengah dan akan mengambil langkah strategis untuk menciptakan stabilitas perekonomian nasional. Langkah tersebut untuk mengantisipasi peningkatan tantangan global.

Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menjelaskan, ada beberapa risiko global yang dihadapi Indonesia saat ini yaitu kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS), meningkatnya harga minyak dunia, menguatnya risiko geopolitik sebagai akibat meningkatnya sengketa dagang AS-China dan pembatalan kesepakatan nuklir AS-Iran. 

Risiko tersebut mengakibatkan menguatnya dolar AS terhadap seluruh mata uang dunia, termasuk rupiah.

Untuk periode 1-9 Mei 2018 (month to date), rupiah telah melemah 1,2 persen, baht Thailand tertekan 1,76 persen, dan lira turki anjlok 5,27 persen.

Sementara sepanjang 2018 (year to date) rupiah melemah 3,67 persen, peso Pilipina turun 4,04 persen, Rupe India tertekan 5,6 persen, real Brazil Real anjlok 7,9 persen, rubel Russian melemah 8,84 persen, dan lira Turki anjlok 11,42 persen.

Melemahnya nilai tukar rupiah dalam beberapa pekan terakhir sudah tidak lagi sejalan dengan kondisi fundamental ekonomi Indonesia saat ini.

Terkait hal tersebut, dan melihat masih besarnya potensi tantangan dari kondisi global yang dapat berpotensi menganggu kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam jangka menengah panjang, BI akan secara tegas dan konsisten mengarahkan dan memprioritaskan kebijakan moneter pada terciptanya stabilitas.

"BI memiliki ruang yang cukup besar untuk menyesuaikan suku bunga kebijakan (7 Days Reverse Repo). Respons kebijakan tersebut akan dijalankan secara konsisten dan pre-emptive untuk memastikan keberlangsungan stabilitas," jelas Agus dikutip dari keterangan tertulis, Jumat (11/5/2018). 

 

Operasi Moneter

Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus Martowardojo di kantor Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Jakarta, Senin (20/11/2017).
Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus Martowardojo di kantor Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Jakarta, Senin (20/11/2017).

Agus melanjutkan, di pihak lain, BI juga akan konsisten mendorong berjalannya mekanisme pasar secara efektif dan efisien, sehingga ketersediaan likuiditas baik di pasar valuta asing dan pasar uang tetap terjaga dengan baik.

Operasi moneter di pasar valuta asing tetap akan dilakukan untuk meminimalkan volatilitas nilai tukar agar keyakinan pelaku ekonomi dapat dipastikan tetap terjaga.

Operasi moneter di pasar uang akan terus dilakukan untuk memastikan ketersediaan likuiditas rupiah yang memadai dan terjaganya stabilitas suku bunga di pasar uang, dalam koridor yang sejalan dengan stance kebijakan moneter Bank Indonesia.

Kolaborasi dengan otoritas terkait dan industri keuangan terutama asosiasi, akan semakin diperkuat untuk memperdalam dan mengefisienkan price discovery di pasar valuta asing dan pasar uang, termasuk melalui penambahan variasi instrumen, penguatan infrastruktur pasar keuangan, dan memperkuat kredibilitas suku bunga acuan pasar (market reference rate).

Koordinasi dengan pemerintah akan semakin diperkuat untuk memastikan terjaganya inflasi sesuai sasaran, memastikan berjalannya reformasi struktural secara efektif untuk memperkuat struktur neraca transaksi berjalan dan neraca modal, serta berbagai kebijakan struktural lainnya untuk meningkatkan daya saing perekonomian.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya