Lika-liku Pembangunan Bandara Terbesar ke-2 di Indonesia

Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) yang berlokasi di Kertajati, Majelangka, diklaim menjadi bandara terluas ke-2 di Indonesia setelah Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Soetta).

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 22 Mei 2018, 13:58 WIB
Diterbitkan 22 Mei 2018, 13:58 WIB
Progres pembangunan Bandara Kertajati atau Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB), Rabu (4/4/2018). (Ilyas/Liputan6.com)
Progres pembangunan Bandara Kertajati atau Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB), Rabu (4/4/2018). (Ilyas/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) yang berlokasi di Kertajati atau Bandara Kertajati, Majalengka, diklaim menjadi bandara terluas ke-2 di Indonesia setelah Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Soetta), Cengkareng, Tangerang, Banten.

Hal ini dibuktikan dengan luas lahan BIJB mencapai 1.800 hektare dan memiliki landas pacu atau runway berukuran 2.500 x 60 meter dan akan diperpanjang menjadi 3.000 x 60 meter. Dengan kapasitas ini mampu melayani 5,6 juta penumpang pada tahap pertama.

Namun tahukah, pembangunan bandara ini memiliki banyak lika-liku yang menarik untuk disimak.

Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Agus Santoso menceritakan, semula Bandara Kertajati ini terkatung-katung penyelesaiannya, karena secara konsep keberadaannya menjadi silang pendapat antara perencana kota (city planner), Pemprov Jabar dan pemerintah pusat.

"Pasalnya dengan jarak sejauh 200-an km dari Jakarta, kemungkinan warga yang selama ini beraktivitas pergi dan datang melalui Bandara Soekarno Hatta Cengkareng Banten tidak akan dengan sukarela sebagian pindah ke arah timur, yaitu ke Kertajati, Jawa Barat," ceritanya seperti ditulis, Selasa (22/5/2018).

Alasannya karena jaraknya sangat jauh, tepatnya dari exit toll road Cipali untuk ke Bandara Kertajati berada pada 158 km dari km 0.00 di Cawang, Jakarta Timur. Polemik ini berkepanjangan sampai izin penetapan lokasinya sempat hangus.

Bayangkan, studi kelayakannya dimulai sejak 2003, penetapan lokasi pertama 2005, tapi perpanjangan izin penetapan lokasi diulang pada 2012 dengan memasukkan kewajiban pendanaan APBN.

Selama tujuh tahun tidak ada kegiatan fisik apa pun, karena itu izin penetapak lokasi yang lama hangus, mengingat pekerjaan pembangunan tidak kunjung dimulai.

"Pekerjaan baru dimulai tahun 2014 untuk pengerjaan pembersihan lahan dan pondasi. Jadi selama 10 tahun proyek ini terkatung-katung," ujar Agus.

Agus menuturkan, melihat kemandekan ini, Presiden Joko Widodo berpikir progresif dengan menyampaikan pesan untuk memberikan fasilitas infrastruktur penerbangan bagi penduduk Jawa Barat yang tinggal beraktivitas di timur Jakarta dan Jawa Barat pada umumnya.

Dengan demikian, penduduk di sebelah timur Jakarta tidak perlu menerobos kemacetan Jakarta bila ingin ke bandara. Selain itu, juga tidak perlu berdesakan di Bandara Soekarno Hatta saat musim liburan. Untuk itulah Bandara Kertajati perlu segera dituntaskan.

"Bandara Kertajati juga dapat memfasilitasi aksesibilitas industri yang sedang tumbuh pesat di wilayah Jawa Barat, terutama di Bekasi, Cikarang, Karawang sampai Cikampek, bahkan Patimban yang tengah menjadi pusat perhatian nasional maupun internasional. Demikian yang disampaikan Presiden Joko Widodo waktu itu,” lanjut Agus.

Kegiatan pembersihan lahan dan pondasi dasar yang dimulai dikerjakan pada 2014. Kemudian dikebut penuh sesuai instruksi Presiden Joko Widodo melalui program penyelesaian Proyek 15 Bandar Udara Baru yang kemudian dituangkan dalam dokumen RPJMN 2015-2019. Yaitu agar kegiatan yang berlarut-larut mangkrak antara lain Bandara Kertajati dapat segera ikut diselesaikan karena praktis tidak ada kemajuan pembangunan sejak 2005.

 

Selanjutnya

Progres pembangunan Bandara Kertajati atau Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB), Rabu (4/4/2018). (Ilyas/Liputan6.com)
Progres pembangunan Bandara Kertajati atau Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB), Rabu (4/4/2018). (Ilyas/Liputan6.com)

Tidak hanya itu saja, Kertajati juga dimasukkan dalam Program Strategis Nasional (PSN) sehingga sejak 2015 hingga 2017 pembangunan dari dana APBN pemerintah Pusat melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Udara pada konstruksi di sisi udara berupa runway pavement, taxiway, appron pavement, airfield lighting, approach light. Bahkan, tower dan peralatan navigasinya juga selesai lengkap.

"Berbekal modal progress pembangunan infrastruktur sisi udara ini sebagai Opportunity Value, maka beberapa investor mulai melirik untuk ikut berpartisipasi dalam penyelesaian bandar udara ini," kata Agus.

Dengan prioritas 15 Bandar Udara Baru dan PSN Presiden Joko Widodo serta keseriusan pembangunan konstruksi sisi udara oleh Pemerintah Pusat, lokasi yang semula terkatung-katung dan kembang kempis penyelesaiannya itu berubah drastis karena memiliki Opportunity Value utama yaitu progresivitas pembangunan konstruksi sisi udara dan program Prioritas Nasional.

Dengan Opportunity Value itu, penawaran berbagai skema pendanaan, termasuk swasta, BUMN, PERUM seperti melalui PINA (Pembiayaan Investasi Non Anggaran Pemerintah) mulai diyakini investor.

Terutama setelah beberapa kali dijelaskan kesempatan yang ada dengan keberadaan bandara ini oleh direktorat jenderal teknis, yaitu Ditjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan.

Akhirnya banyak investor yang berniat berinvestasi, sehingga memudahkan pendanaan pembangunan sisi darat berupa terminal oleh Pemprov Jabar yang diamanahkan kepada PT BIJB. Dengan banyaknya investasi yang masuk, pembangunan terminal pun bisa diselesaikan dalam waktu dua tahun.

Saat ini, pembangunan tower ATC, runway, taxiway, apron jalan GSE dan semua sarana di sisi udara telah selesai 100 persen. Terdiri dari runway 2500 m x 60 m, paralel taxiway 2750 m x 25 m, cross taxiway 1180 m x 25m, serta apron 576 m x 151 m yang mampu menampung empat jet wide body sekelas Boeing B777 atau Airbus A330 dan enam jet narrow body sekelas B737 NG atau A320.

Terkait pengoperasian bandara, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara telah mengeluarkan publikasi pada dunia internasional dengan AIRAC AIP SUP No 10/18 tentang The Operation of Kertajati International Airport-Majalengka pada 1 Maret 2018 dan akan berlaku efektif pada 26 April 2018

Berdasar publikasi tersebut, pada 29 Maret 2018 dilakukan penerbangan Kalibrasi oleh Balai Kalibrasi Peralatan Penerbangan serta verifikasi dan sertifikasi oleh tim dari Ditjen Perhubungan Udara. Penerbangan kalibrasi dilakukan dengan menggunakan pesawat jenis Beechcraft King Air B350- i registrasi PK-CAP.

Penerbangan ini untuk Flight Commisioning Precision Approach Path Indicator (PAPI) dan Flight Validation Instrument Flight Procedure. Penerbangan kalibrasi tersebut sukses dilaksanakan dan dengan demikian sisi udara bandara sudah siap dioperasikan. (Yas)

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya