Liputan6.com, Jakarta Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dan Bank Indonesia segera mengantisipasi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Saat ini kurs rupiah sudah mencapai 14.276 per dolar AS.
Permintaan ini disampaikan Ketua DPR Bambang Soesatyo yang makin khawatir dengan depresiasi kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD). Sebab, pelemahan rupiah akan berimbas ke banyak hal, termasuk pembayaran biaya haji.
Baca Juga
“Agar BI dan Kemenkeu segera menyiapkan langkah-langkah antisipatif sehingga pergerakan kurs rupiah bisa kembali normal. Cermati pula berbagai aspek yang memengaruhinya, mengingat stabilitas nilai tukar menjadi suatu hal yang penting, terutama akan meningkatnya harga kebutuhan bahan pokok selama bulan suci Ramadan,” ujar dia, Jumat (25/5/2018).
Advertisement
Legislator Partai Golkar itu juga meminta Kemenkeu mengkaji efek pelemahan rupiah terhadap Asian Games 2018. Sebab, Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games tentu juga akan memperoleh pemasukan.
“Total seluruh devisa yang akan diterima bisa mencapai USD 230 juta atau setara dengan Rp 3 triliun,” sebutnya.
Hal yang juga jadi perhatian serius, kata dia, terkait efek pelemahan rupiah terhadap penyelenggaraan ibadah haji. Sebab, biaya haji dipatok dengan kurs dolar AS.
“Karena itu, Kementerian Agama agar memonitor pelaksanaan pembayaran biaya kenaikan haji dan umrah sebesar Rp 550 miliar sehingga memiliki akuntabilitas dan transparansi biaya haji,” cetusnya.
Rupiah Dibuka Melemah di Level Rp 14.158 per USD
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) bergerak fluktuatif di perdagangan hari ini, Jumat (25/5). Rupiah pagi ini dibuka di level Rp 14.158 atau melemah dibanding penutupan perdagangan kemarin di Rp 14.133 per USD.
Mengutip data Bloomberg, rupiah melanjutkan pelemahan ke level Rp 14.175 per USD usai pembukaan. Namun, kemudian bergerak menguat dan melemah kembali ke level Rp 14.170 per USD. Saat ini, rupiah kembali menguat ke level RP 14.155 per USD.
Bank Indonesia (BI) memprediksi nilai tukar dolar AS (USD) masih akan menekan mata uang negara lain. Hal tersebut disebabkan pertumbuhan ekonomi global 2018 akan semakin baik, meskipun saat ini sedang berlangsung penyesuaian likuiditas global.
Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, pertumbuhan ekonomi global 2018 diperkirakan mencapai 3,9 persen atau lebih tinggi dari prakiraan sebelumnya sebesar 3,8 persen. Hal ini didorong oleh akselerasi ekonomi AS yang bersumber dari penguatan investasi dan konsumsi di tengah berlanjutnya normalisasi kebijakan moneter AS.
"Di tengah tren penguatan ekonomi dunia, likuiditas dolar AS cenderung mengetat, yang kemudian mendorong kenaikan imbal hasil surat utang AS dan penguatan dolar AS sehingga menekan banyak mata uang lainnya," kata Agus, di kantornya, Kamis (17/5).
Agus mengungkapkan, ke depannya, sejumlah risiko perekonomian global tetap perlu diwaspadai, antara lain, kenaikan suku bunga The Fed dan imbal hasil surat utang AS, kenaikan harga minyak, ketegangan hubungan dagang AS-Tiongkok, serta isu geopolitik terkait pembatalan kesepakatan nuklir antara AS dan Iran.
Reporter: Siti Nur Azzura
Sumber: Merdeka.com
Advertisement