GAPKI Ajak Pengusaha di India Tangani Bea Masuk CPO

GAPKI terus berkomunikasi dengan partner bisnis India usai kenaikan bea masuk CPO oleh India.

oleh Liputan6.com diperbarui 31 Mei 2018, 13:20 WIB
Diterbitkan 31 Mei 2018, 13:20 WIB
20160308-Ilustrasi-Kelapa-Sawit-iStockphoto
Ilustrasi Kelapa Sawit (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Joko Supriyono mengatakan, pihaknya terus berkomunikasi dengan partner bisnis usai kenaikan bea masuk Crude Palm Oil (CPO) oleh India.

"Mitra bisnis kita (di India) sama dengan kita. Ini masih didiskusikan. Kita yakinkan partner di sana Anda harus ngomong sama pemerintah di sana. Dengan begini (bea masuk naik) inflasi akan tinggi dan merugikan konsumen India," ujar dia di Hotel Shangri-La, Jakarta, Kamis (31/5/2018).

"Di samping kita bawa ke landscape perjanjian perdagangan yang lebih luas kalau Anda persulit kita, kita juga persulit Anda," lanjut dia.

Dia mengakui di India pasti akan ada peralihan maupun pencarian produk pengganti CPO. Namun, hal tersebut bisa berpengaruh pada perekonomian India sendiri, seperti kenaikan tingkat inflasi.

"Pasti ada. Enggak bisa puasa orang itu. Pertama dia ada substitusi. Tinggal berapa lama kuatnya. Dugaan saya pasti harga-harga lebih mahal di sana," ujar dia.

Oleh karena itu, dia mengatakan Pemerintah India bisa mengevaluasi kembali kebijakan penaikan bea masuk CPO. "India kalau diteruskan, India akan rugi juga," tutur dia.

 

 

Keluhkan Tarif Bea Masuk CPO Asal RI

20160304-Kelapa Sawit-istock
Ilustrasi Kelapa Sawit (iStockphoto)

Sebelumnya, Presiden Jokowi meminta PM India Narendra Modi untuk memperhatikan tingginya tarif bea masuk atas produk kelapa sawit Indonesia.

“Beliau tadi menyanggupi untuk melihat dari masalah-masalah yang tadi kita sampaikan,” kata Presiden Jokowi seperti dikutip dari laman resmi Setkab, Jakarta, Rabu ini. 

Sebelumnya Jokowi menyampaikan, bahwa India adalah mitra strategis Indonesia di bidang ekonomi.

India, katanya, adalah mitra dagang ekspor terbesar Indonesia di Asia Selatan dan Asia Tengah dengan nilai hampir USD 15 miliar. Wisatawan India juga meningkat tajam naik 28 persen dengan jumlah hampir 500 ribu wisatawan di 2017.

Sementara penerbangan Indonesia-India dalam kurun waktu dua tahun ini meningkat, dari tidak ada menjadi 28 kali per minggu.

“Saya menyambut baik penerbangan langsung Garuda Indonesia dari Bali ke Mumbai yang dimulai April 2018,” ucap Jokowi.

Menurutnya, potensi konektivitas udara sangatlah besar, karenanya dia berharap dapat dipertimbangkan kembali penambahan jumlah hak angkut sehingga mencerminkan perkembangan interaksi ekonomi.

Ditambahkan Jokowi, Indonesia dan India sepakat untuk terus menjadikan ekonomi kedua negara terbuka. Untuk itu, Presiden berharap negoisasi regional Comprehensive Economic Partnership dapat diselesaikan pada tahun ini.

Dalam kesempatan itu, Jokowi juga mengundang investasi India di bidang infrastruktur, seperti pelabuhan, dan bandara, serta industri farmasi, khususnya obat yang belum dapat diproduksi di Indonesia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya