Dibanjiri Wisatawan, Tingkat Hunian Hotel di Bali Bisa Capai 80 Persen

Asosiasi hotel memprediksi okupansi hotel di Bali akan mencapai 80 persen pada saat libur Lebaran ini.

oleh Septian Deny diperbarui 14 Jun 2018, 04:00 WIB
Diterbitkan 14 Jun 2018, 04:00 WIB
Bali Nusa Dua Hotel
foto: booking.com

Liputan6.com, Jakarta - Tingkat hunian (okupansi) hotel di Bali mengalami peningkatan pada libur Lebaran tahun ini. Saat ini, okupansi hotel di Pulau Dewata mencapai 75 persen.

Chairman Bali Hotel Association, Ricky Darmika Putra mengatakan, tingkat okupansi hotel tersebut meningkat hingga 4 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

"Saat ini, rata-rata hunian hotel sekitar 75 persen. Ada peningkatan dari tahun lalu, sekitar 3-4 persen," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Kamis (14/6/2018).

Ricky mengungkapkan, dari okupansi hotel tersebut, didominasi oleh wisatawan mancanegara. Namun setelah hari raya Lebaran, dirinya memprediksi wisatawan dalam negeri mulai datang ke Bali untuk menghabiskan libur Lebaran.

"Setelah hari raya Lebaran kita harapkan ada peningkatan dari tamu domestik," kata dia.

Ricky memprediksi, hingga akhir libur Lebaran, rata-rata tingkat hunian hotel di Bali akan mencapai 80 persen.

"Semoga bisa mencapai rata-rata ke 80 persen (libur Lebaran)," tandas dia.


Hotel di Wilayah Tujuan Mudik Diserbu Pengunjung

PHRI dan Polri Tanda Tangani Nota Kesepahaman
Ketua Umum PHRI, Hariyadi Sukamdani (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Tingkat hunian (okupansi) hotel di wilayah yang menjadi tujuan mudik dan wisata meningkat tajam selama libur Lebaran. Namun hal sebaliknya dialami oleh hotel di kota-kota besar seperti Jakarta.

Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani mengatakan, di wilayah-wilayah tujuan mudik dan wisata, seperti Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Bali, tingkat hunian hotel melonjak. 

"Kalau kita lihat, yang daerah destinasi itu bisa mencapai 85 persen-90 persen, karena waktu liburnya panjang. Jadi kelihatannya akan lari ke sana," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, pada 12 Juni 2018. 

Sedangkan untuk okupansi hotel di kota besar seperti Jakarta mengalami penurunan selama libur Lebaran ini. Bahkan tingkat okupansinya bisa hanya sebesar 30 persen dari kondisi normal yang rata-rata mencapai di atas 60 persen.

"Seperti di Jakarta itu sepi, itu antara 30 persen. Jadi drop," kata dia.

Sementara untuk tarif, Hariyadi menyatakan untuk tarif hotel selama libur Lebaran ini akan menyesuaikan dengan permintaan dan ketersediaan kamar hotel di masing-masing wilayah. Jika permintaan tinggi, sedangkan kamar hotel terbatas, maka biasanya tarif hotel naik maksimal 15 persen dibandingkan normal.

"Tarif kita menyesuaikan, tergantung suplai dan demand. Kalau demand-nya besar tapi suplainya terbatas, otomatis mereka akan menaikkan tarif hotel. Tapi biasanya tidak besar, maksimum paling 15 persen. Kita juga tidak bisa menaikkan yang besar. Masih batas wajar," tandas Hariyadi. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya