Pembangunan Flyover Manahan di Solo Selesai Oktober 2018

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menargetkan flyover Manahan rampung pada Oktober 2018.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 29 Jun 2018, 11:27 WIB
Diterbitkan 29 Jun 2018, 11:27 WIB
Flyover (FO) Manahan di Solo (Dok Foto: Kementerian PUPR)
Flyover (FO) Manahan di Solo (Dok Foto: Kementerian PUPR)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) saat ini tengah menyelesaikan pembangunan jalan layang atau flyover (FO) Manahan di Solo, Jawa Tengah. Tujuannya mengatasi kemacetan akibat adanya perlintasan sebidang rel kereta Solo-Yogyakarta.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menargetkan, FO Manahan rampung pada Oktober 2018.

"Sampai 6 Juni 2018, progres konstruksi telah sesuai dengan rencana yakni 26 persen," ucapnya dari keterangan resminya di Jakarta, Jumat (29/6/2018).

Pembangunan flyover Manahan sepanjang 600 meter dengan lebar 9 meter ini memakan biaya sebesar Rp 43,05 miliar. Keberadaan FO Manahan nantinya diharapkan bakal memperlancar arus kendaraan dari Jalan Adi Sucipto dan Jalan MT Haryono ke arah Jalan Dr Moewardi maupun sebaliknya.

Adapun konstruksi dilakukan oleh Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) VII, Ditjen Bina Marga, yang bekerja sama dengan Pusat Penelitian Jalan dan Jembatan (Pusjatan) Balitbang PUPR menggunakan teknologi Corrugated Mortar busa Pusjatan (CMP). Teknologi ini merupakan pengembangan teknologi timbunan ringan mortar busa dengan struktur baja bergelombang.

Teknologi yang sama sebelumnya sempat digunakan oleh Kementerian PUPR dalam membangun flyover Antapani di Kota Bandung, Jawa barat, yang diresmikan pada 2017.

"Kelebihan CMP adalah masa konstruksi yang lebih cepat 50 persen jika dibandingkan untuk konstruksi beton. Apabila menggunakan konstruksi beton butuh waktu 12 bulan, menggunakan teknologi CMP hanya memerlukan 6 bulan,” ujar  Basuki Hadimuljono.

 

Selanjutnya

Flyover (FO) Manahan di Solo (Dok Foto: Kementerian PUPR)
Flyover (FO) Manahan di Solo (Dok Foto: Kementerian PUPR)

Selain lebih cepat dari sisi waktu pengerjaan, teknologi CMP juga lebih efisien dari sisi pembiayaan. Pelaksanaan konstruksi CMP tidak mengharuskan penutupan jalur kendaraan sehingga memberikan dampak yang sangat kecil terhadap kemacetan di sekitar lokasi konstruksi.

Kelebihan CMP lainnya, yakni memiliki nilai estetis sehingga dapat menjadi suatu landscape atau bahkan bisa menjadi landmark suatu kawasan. Konsumsi bahan alam dalam konstruksi CMP jauh lebih rendah daripada konstruksi dengan teknologi beton sehingga ramah lingkungan.

Terkait kontraktor pembangunan, FO Manahan dikerjakan oleh PT Yasa Patria Perkasa dan PT Virama Karya secara Kerja Sama Operasi (KSO), dengan konsultan proyek PT Anugerah Kridapradana, dan PT Disiplen Consult (KSO).

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya