Liputan6.com, Jakarta - Milenial generasi produktif, tak heran paling aktif menjelajah destinasi wisata dan menjadi gaya hidup. Dengan alasan mencari ketenangan dan tantangan, mereka menyukai wisata alam dibandingkan wisata kota.
Milenial adalah faktor utama pendorong tumbuhnya industri pariwisata. Pada tahun 2020 wisatawan global diperkirakan akan mencapai 1,26 miliar orang, 40 persen di antaranya berasal dari Asia.
Advertisement
Baca Juga
Pengamat ekonomi, Faisal Basri mengatakan tren wisatawan milenial kini tak melulu menggandrungi pusat perbelanjaan, gedung pencakar langit, atau kesibukan jalan di kota. Kini mereka lebih memilih nuansa alam dan menikmati keindahan alam Indonesia. “Mereka lebih suka wisata yang sunyi,” katanya.
Uniknya, milenial ini tidak menyukai kemewahan ketika perjalanan wisata terutama dari sisi akomodasi. Dibandingkan menyewa hotel, mereka lebih memilih apartemen atau tinggal di warga sekitar wisata.
Menurut Country Director Agoda International Indonesia, Gede Gunawan, generasi milenial ingin berpetualang lebih jauh dan melakukan banyak hal ketika berlibur, namun riset menunjukkan bahwa pilihan pertama mereka adalah menghabiskan waktu di keindahan alam Indonesia.
“Milenial suka dengan pengalaman yang belum pernah mereka alami. Mereka lebih menyukai pengalaman (experience) saat traveling,” jelasnya, dalam sebuah rilis, belum lama ini.
Sementara itu, ungkap Senior Managing Director Global Lead Consumer Industries Accenture Consulting, Teo Correia, milenial memiliki daya beli yang besar, dengan prediksi mereka akan mengeluarkan 6 triliun dollar AS di tahun 2020 untuk barang dan jasa.
Teknologi Digital
Seperti diungkapkan Senior Managing Director Products, Digital Customer Lead, Accenture Consulting, Simon Eaves, milenial menginginkan sebuah kemudahan dan juga pengguna teknologi digital.
Oleh karena itu, lanjut Simon, brand industri pariwisata perlu memanfaatkan teknologi digital. Hal ini pun perlu diterapkan mulai dari kapal pesiar, hotel, bahkan tempat wisata.
Sementara itu, Managing Director Products Accenture Consulting, Yap Boom Lim mengatakan bahwa berdasarkan survei yang mereka lakukan, lebih dari 50 persen milenial menggunakan peralatan digital untuk berinteraksi dengan hotel.
“Mereka menggunakannya dari sejak perjalanan hingga seluruh perjalanan dan akhir perjalanan. Ini konsisten hasil surveinya, tidak pandang negara mana, hal ini terjadi di seluruh dunia,” kata Lim.
Hal ini menunjukkan milenial menggunakan teknologi digital untuk mengatur perjalanan mereka. Lim mengatakan karakter milenial senang melakukan segala sesuatunya sendiri, mengutamakan efesiensi dan kemudahan, serta kurang sabar. Oleh karena itu, lanjut Lim, tak heran teknologi digital memegang peranan penting terhadap perilaku milenial
Advertisement
Manfaat Wisata Alam
Milenial memilih wisata alam sebagai destinasinya. Alasannya, berlibur ke alam terbuka bukan hanya menyenangkan, tapi juga membawa sederet manfaat lainnya, yang mungkin tidak disadari sebelumnya. Apa saja manfaat baik wisata alam itu?
Keindahan alam banyak diyakini memiliki kemampuan spesial untuk membuat pikiran lebih segar. Hal ini diungkapkan dalam riset yang dilakukan Marc Berman dari University of Michigan, Amerika Serikat beberapa waktu lalu.
Disebutkan dalam studi itu, kalau orang yang badannya tidak fit atau terserang penyakit tertentu, relatif lebih cepat pulih setelah melihat rimbunnya pepohonan di alam bebas, dibandingkan mereka yang hanya melihat susunan gedung.
Bahkan dalam penelitian itu juga disebut, kalau orang yang tinggal di perumahan yang rimbun pepohonannya atau indah hamparan rumputnya, punya kemampuan fokus yang lebih baik dari mereka yang menetap di apartemen di tengah kota.
Seorang dokter dari Inggris pernah merilis penelitian dari kegiatannya mengumpulkan bukti bahwa orang cenderung lebih bahagia saat berada di pedesaan, perkebunan, atau sekadar menikmati taman.
Sebabnya, desiran angin di tengah perpaduan pepohonan, bebatuan, dan sungai mampu menimbulkan efek rileks dan membuat pikiran lebih adem, sehingga rasa mumet atau pusing akibat berbagai urusan atau rutinitas sehari-hari pun teredam, dan jadi lebih bisa fokus dan berpikir tenang setelahnya.
Sebaliknya, orang yang jarang bersentuhan dengan alam cenderung mudah merasakan depresi dan kegelisahan. Jadi, kalau kepenatan sudah terasa mengarah ke stres, jangan tunda lagi untuk mengajak teman atau keluarga berlibur ke alam bebas.
Sumber: www.wormtraders.com