Harga Emas Stabil di Tengah Lemahnya Permintaan

Harga emas stabil di tengah melemahnya permintaan dari negara-negara konsumen terbesar seperti China dan India.

oleh Nurseffi Dwi Wahyuni diperbarui 17 Jul 2018, 06:41 WIB
Diterbitkan 17 Jul 2018, 06:41 WIB
Ilustrasi Harga Emas (4)
Ilustrasi Harga Emas

Liputan6.com, Chicago - Harga emas stabil pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi WIB) karena permintaan fisik yang lemah dari negara-negara konsumen terbesar dan dibebani ekspektasi kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS).

Dilansir dari Reuters, Selasa (17/7/2018) harga spot emas turun 0,2 persen menjadi USD 1.239,11 per ounce. Sementara harga emas berjangka AS untuk pengiriman Agustus mulai stabil USD 1,5, atau 0,1 persen menjadi USD 1,239.70 per ounce.

Mata uang AS yang lebih rendah membuat emas yang dijual dalam denominasi dolar AS menjadi lebih murah untuk pemegang mata uang lainnya, yang biasanya meningkatkan permintaan terhadap logam mulia tersebut.

Namun, permintaan fisik yang rendah  dari negara-negara konsumen terbesar seperti China dan India dan harapan yang terus berlanjut dari Bank Sentral AS atau Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga menekan harga emas.

"Tampaknya perekonomian China yang melambat kuartal II menjadi peredam harga emas," kata George Gero, Direktur Pelaksana Pengelolaan Kekayaan RBC.   

Impor emas India turun untuk bulan keenam di bulan Juni menjadi 44 ton akibat pelemahan rupee yang mengangkat harga emas lokal ke level tertinggi dalam hampir 21 bulan sehingga membatasi permintaan. 

"Konsumsi ritel India dan China telah dihalangi oleh depresiasi mata uang, "analis Citi mengatakan dalam sebuah catatan.

"Investor bisa kembali ke emas, terutama jika gesekan perdagangan kian memanas dan menjadi ancaman yang lebih besar bagi pertumbuhan ekonomi dan bagi landasan pasar ekuitas jangka panjang."

 

Minat memudar

Pelemahan Rupiah terhadap Dolar AS
Petugas memperlihatkan uang pecahan dolar Amerika di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, Jumat (18/5). Pagi ini, nilai tukar rupiah melemah hingga sempat menyentuh ke Rp 14.130 per dolar Amerika Serikat (AS). (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Dolar AS turun karena investor menantikan Kesaksian kongres pertama Gubernur The Fed Jerome Powell pada Selasa, yang diperkirakan akan menaikan kembali suku bunga acuan.

Sementara itu, kepemilikan SPDR Gold Trust, dana yang diperdagangkan di bursa yang didukung emas terbesar di dunia, telah jatuh 8 persen sejak akhir April menjadi kurang dari 26 juta ounces. Ini menjadi minat investor terhadap emas kian memudar.

Harga perak turun 0,1 persen menjadi USD 15,77 per ounce. Platinum tergelincir 0,2 persen menjadi USD 824,10 per ounce. Sementara Palladium turun 2,2 persen menjadi USD 916,47 per ounce, sebelumnya merosot ke USD 914,75, terendah sejak 9 April.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya