Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Negara Indonesia Tbk (Persero) (BBNI) mencatat pertumbuhan kredit sebesar 11,1 persen menjadi Rp 45,6 triliun pada semester I 2018, dari posisi Rp 412,18 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Direktur Bisnis Ritel Bank BNI, Tambok PS Simanjuntak mengatakan, pertumbuhan tersebut dikontribusi oleh kredit korporasi swasta yang meningkat 11,6 persen year on year (yoy), terutama dikontribusi oleh industri Manufaktur, Transportasi, dan Komunikasi, Konstruksi, dan Perdagangan. Adapun kredit kepada BUMN tumbuh 8,6 persen yoy.
Baca Juga
"Kredit Segmen Kecil juga mencatatkan pertumbuhan yang baik yaitu 14,0 persen yoy. Sementara untuk kredit Segmen Medium, BNI menjaga pada pertumbuhan yaitu 8,5 persen yoy," kata Tambok di kantornya, Rabu (18/7/2018).
Advertisement
Dia mengebutkan, payroll loan masih menjadi prioritas BNI dalam menumbuhkan segmen konsumer. Dimana pada Semester Pertama 2018, payroll loan mencatatkan pertumbuhan sebesar 50,8 persen yoy.
Sementara itu, pada Semester I Tahun 2018, Kartu Kredit dan BNI Griya (Kredit Pemilikan Properti) juga mencatatkan pertumbuhan yang membaik, masing-masing sebesar 5,5 persen dan 8,2 persen yoy.
"Untuk mendukung ekspansi Kredit, pada Semester I tahun 2018, DPK (Dana Pihak Ketiga) tercatat tumbuh sebesar 13,5 persen, yaitu dari Rp 463,86 triliun pada Semester I Tahun 2017 menjadi Rp 526,48 triliun pada Semester I Tahun 2018. Dengan komposisi rasio dana murah atau CASA mencapai 63,8 persen," ujarnya.
Dana murah
Sementara itu, dalam upaya menghimpun dana murah, BNI terus meningkatkan hubungan baik dengan institusi-institusi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan pemerintah, serta mengembangkan layanan digital banking.
Keberhasilan dalam upaya ini dapat dibuktikan dengan penambahan jumlah rekening sebesar kurang lebih 11,1 juta dari 27,9 juta rekening pada Semester I tahun 2017 menjadi 39,0 juta rekening pada Semester I tahun 2018.
"Cost of fund membaik menjadi 2,8 persen, dimana sebelumnya sepanjang tahun 2017 berada pada level 3,0 persen. Penurunan Cost of Fund ini selain disebabkan oleh pertumbuhan dana murah, juga dikontribusi oleh strategi penurunan suku bunga deposito sebesar kurang lebih 46 basis poin sejak awal tahun 2018."
Reporter: Yayu Agustini Rahayu
Sumber: Merdeka.com
Advertisement