Garuda Indonesia Tunda Terbitkan Obligasi Global USD 750 Juta

Garuda Indonesia akan mencari sumber pendanaan baru untuk memenuhi total kebutuhan dana sebesar USD 500 Juta.

oleh Bawono Yadika diperbarui 30 Jul 2018, 21:27 WIB
Diterbitkan 30 Jul 2018, 21:27 WIB
Direksi maskapai Garuda Indonesia menggelar konferensi pers, Senin (30/7/2018). Liputan6.com/Bawono Yadika
Direksi maskapai Garuda Indonesia menggelar konferensi pers, Senin (30/7/2018). Liputan6.com/Bawono Yadika

Liputan6.com, Jakarta PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) menunda rencana penerbitan surat utang atau obligasi (global bond) senilai USD 750 juta atau Rp 10,8 triliun (1 USD=Rp 14.400). Sebelumnya, Perseroan menargetkan global bond tersebut dapat diterbitkan awal kuartal II-2018.

Adapun perseroan akan menggunakan dana hasil penerbitan obligasi untuk keperluan pembiayaan kembali utang (refinancing). Perseroan juga akan menggunakan obligasi tersebut untuk kegiatan usaha perseroan.

"Kami masih wait and see, lihat kondisi, diundur. Kemarin kita ada utang jatuh tempo sudah dilunasi dengan kas kami," tutur Direktur Keuangan Garuda Indonesia Helmi Imam Satriyon di Jakarta, Senin (30/7/2018).

Oleh karena itu, Helmi mengatakan perseroan akan mencari sumber pendanaan baru untuk memenuhi total kebutuhan dana sebesar USD 500 Juta.

"Untuk sumber revenue selain global bond itu ya ada sekuritisasi, sindikasi pinjaman, dan pinjaman bank bilateral. Kalau yang sekuritisasi kan sudah kemarin," kata dia.

Untuk total kebutuhan dana sekitar USD 500 juta itu, Helmi menjelaskan, porsinya antara lain terdiri dari sindikasi pinjaman USD 300 juta dan pinjaman bank bilateral di kisaran USD 100 - 200 juta.

"Target sindikasi pinjaman mencapai USD 300 juta, sedangkan pendanaan dari pinjaman bank bilateral ini kira-kira mencapai USD 100 - USD 200 juta," tandasnya.

 

Pelemahan Rupiah Bikin Garuda Indonesia Tunda Pemesanan Pesawat

Direksi maskapai Garuda Indonesia menggelar konferensi pers, Senin (30/7/2018). Liputan6.com/Bawono Yadika
Direksi maskapai Garuda Indonesia menggelar konferensi pers, Senin (30/7/2018). Liputan6.com/Bawono Yadika

Pelemahan nilai tukar Rupiah serta tingginya bahan bakar pesawat (avtur) membuat PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) memutuskan untuk menunda pemesanan pesawat baru. Hal ini sebagai upaya menekan biaya operasional perseroan.

"Kita semua sudah sepakat akan lakukan penundaan pemesanan pesawat. Jadi memang kalau dilihat fleet plan kita, mungkin hingga akhir tahun ini jumlah moda pesawat kita tetap sama yakni sekitar 202 pesawat," ujar Direktur Utama Perseroan Pahala N Mansury di Gedung Garuda Indonesia, Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Senin (30/7/2018).

Pahala menjelaskan, Perseroan akan secara seksama memperhatikan fluktuasi perkembangan harga avtur kedepannya. Oleh karena itu, perseroan akan melakukan fuel saving dan fuel hedging dengan rasio lindung nilai (hedging) sampai 50 persen.

"Jika fuel ini naik sampai 12 persen dan porsinya 35 persen, biaya kita nanti bisa terpengaruh hingga 4 persen-an. Jadi nanti kita cek apakah fuel ini kedepanya bakal naik terus atau tidak," dia menambahkan.

Pahala memastikan, perseroan akan terus mengevaluasi target pertumbuhan laba perusahaan untuk tahun ini. "Jadi memang kita lagi dalam proses review, target awal kita tahun ini adalah untung USD 8 - USD 10 Juta," dia menandaskan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya