Liputan6.com, Jakarta Joko Widodo (Jokowi) resmi menggaet Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ma'ruf Amin sebagai calon wakil presiden (cawapres) dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Penunjukan itu memberi dampak dari dua sisi, bagi sektor ekonomi nasional.
Pengamat Ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira menilai, terpilihnya Ma'ruf Amin mampu menciptakan stabilitas politik, sebab dianggap bisa meredam isu suku agama dan ras (SARA) yang kini ramai menjadi perdebatan.
Advertisement
Baca Juga
"Pertarungan Pilpres harapannya adalah pertarungan konsep dan gagasan sehingga tidak terjadi kegaduhan yang berlebihan. Ini pengusaha harapkan agar stabilitas politik lebih terjaga," ungkap dia saat berbincang dengan Liputan6.com, Jumat (10/8/2018).
Sisi positif lain, kata dia, Ma'ruf Amin dianggap sebagai orang yang konsisten memperjuangkan konsep ekonomi keumatan atau ekonomi syariah.
"Topik pengembangan ekonomi syariah bisa jadi janji kampanye yang menarik. Sektor seperti perbankan syariah, asuransi syariah, prospeknya cerah," sebut dia.
Akan tetapi, Bhima mengatakan, pengangkatan Ma'ruf Amin sebagai pendamping Jokowi ini juga seakan mematahkan harapan pelaku usaha nasional yang menginginkan mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut memilih sosok yang paham dunia ekonomi.
"Di sisi lain, pelaku pasar awalnya berharap sosok pendamping jokowi berasal dari tokoh yang memang berpengalaman dan paham di bidang makro ekonomi. Bisa dari birokrat, akademisi atau pengusaha," ujar dia.
Sebab menurutnya, permasalahan ekonomi yang melanda negara saat ini sama pentingnya dengan persoalan politik, identitas atau kebinekaan.
"Pelemahan kurs rupiah, tekanan daya beli, kondisi global yang dinamis, dan loyonya kinerja ekspor mendesak untuk dicari solusinya. Presiden butuh sosok tim ekonomi yang kuat di 2019," tutur Bhima.
Jokowi Pilih Ma'ruf Amin Jadi Cawapres di Luar Prediksi Pelaku Pasar
Presiden petahana Joko Widodo (Jokowi) akhirnya menetapkan Ma’ruf Amin sebagai calon wakil presiden dalam pemilihan presiden (Pilpres) 2019. Hal tersebut di luar perkiraan pelaku pasar saham.
Analis dari Asosiasi Analis Efek Indonesia, Reza Priyambada menuturkan, pencalonan Ma’ruf Amin sebagai calon wakil presiden dalam Pilpres 2018 di luar perkiraan. Penetapan Ma’ruf Amin sebagai calon wakil presiden, menurut Reza untuk meredam isu politisasi agama dalam Pilpres 2019. Namun, sisi lain meredam isu politisasi agama dalam Pilpres 2019.
"Pencalonan Ma’ruf Amin di luar perkiraan kita. Yang kita masih pertanyakan Ma’ruf Amin sebagai pendamping Jokowi dalam lima tahun ke depan karena sudah berumur. Dengan ada Pak Ma’ruf Amin akan redam isu sara yang terjadi pada saat pemilu tahun lalu dan di Jakarta," kata Reza, saat dihubungi Liputan6.com, Jumat (10/8/2018).
Baca Juga
Reza perkirakan, pelaku pasar akan memanfaatkan momen politik tersebut untuk merealisasikan keuntungan. Namun, IHSG menurut Reza berpotensi menguat didukung dari sosok Jokowi yang masih kuat di kalangan pelaku pasar. "Pasar optimis dengan Jokowi dan pasangannya, IHSG bisa menguat. IHSG akan bergerak di kisaran support 6.068-6.082 dan resistance 6.120-6.132," ujar Reza.
Sementara itu, pengamat pasar modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy menuturkan, IHSG berpeluang berbalik arah ke zona hijau menyambut akhir pekan ini. Budi menilai, Ma’ruf Amin yang dipilih jadi calon wakil presiden untuk menstabilkan dan penyeimbang dalam Pilpres 2019.
"Jokowi sosok nasionalis. Ma’ruf Amin simbol religius. Jadi digunakan untuk stabilisasi massa dan Jokowi merangkul semua pihak,” ujar Budi saat dihubungi Liputan6.com.
Ia menilai, koalisasi Jokowi sangat besar sehingga sulit mendapatkan satu nama yang dapat menyenangkan semua pihak. Oleh karena itu, ditetapkannya Ma’ruf Amin menurut Budi sebagai penyeimbang dan menstabilkan. Sentimen politik tersebut akan mendominasi laju IHSG menyambut akhir pekan ini.
"Sentimen politik tersebut akan dominasi laju IHSG.“IHSG besok (Jumat) stabil," kata Budi.
Advertisement