Ekonom: Perang Dagang Bikin Investasi RI Melambat

Perang dagang antara Amerika Serikat dan China berdampak ke iklim investasi RI.

oleh Bawono Yadika diperbarui 06 Okt 2018, 08:40 WIB
Diterbitkan 06 Okt 2018, 08:40 WIB
20151113-Ilustrasi Investasi
lustrasi Investasi Penanaman Uang atau Modal (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Institute for Developments of Economics and Finance Enny Sri Hartati mengatakan, perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China berdampak pada iklim investasi RI.

"Investasi sudah pasti melambat. Soalnya ada faktor geopolitik juga seperti perang dagang. Jadi bukan single faktor," tuturnya saat dihubungi Liputan6.com, Sabtu (6/10/2018).

Menurut Enny, respons Indonesia terkait situasi geopolitik yang tengah terjadi di dunia akan sangat berperan besar terhadap perekonomian RI ke depan. Ini disebabkan hal tersebut terkait tingkat kepercayaan investor kepada Indonesia.

"Tetapi karena Indonesia dibilang sektor keuanganya rentan makanya orang jadi ragu-ragu investasi. Meskipun cuma naruh portofolio-nya. Jadi tinggal bagaimana respon Indonesia saja meningkatkan sumber dalam negeri," ujarnya.

Tak hanya faktor geopolitik, Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Muhammad Faisal mengungkapkan, tahun politik turut berkontribusi besar pada pelambatan investasi RI. Kata Faisal, melambatnya investasi Indonesia di tahun tersebut disebabkan kebijakan yang bermuatan politis.

"Tren-nya sih tahun politik biasanya ngerem dari sisi investasi meskipun belanja pemerintah meningkat. Melambatnya ini karena penundaan pengambilan keputusan politik, menunggu siapa yang terpilih," ujarnya.

Meski begitu, Faisal mengungkapkan konsumsi rumah tangga menunjukan peningkatan di tahun politik. Namun pengeluaran rumah tangga tetap tidak terlepas dari tantangan sentimen global. Salah satunya adalah potensi pelemahan mata uang rupiah terhadap dolar AS.

"Persoalannya sejauh mana konsumsi ini bertambah untuk pertumbuhan ekonomi. Porsinya memang besar 56 persen tapi tantanganya juga ada depresiasi nilai tukar, the FED hingga harga minyak dunia yang berpotensi menahan dari sisi konsumsi," pungkas dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya