Astra Gandeng Kamar Dagang Jerman buat Kenalkan Investasi di RI

Kamar Dagang Jerman bekerja sama dengan PT Astra International Tbk mengadakan 'The 16th Asia Pasific Conference of German Business (APK)'.

oleh Merdeka.com diperbarui 02 Nov 2018, 18:15 WIB
Diterbitkan 02 Nov 2018, 18:15 WIB
(Foto: Dokumen PT Astra International Tbk)
Gedung PT Astra International Tbk (Foto: Dokumen PT Astra International Tbk)

Liputan6.com, Jakarta - Kamar Dagang (Kadin) Jerman bekerja sama dengan PT Astra International Tbk (ASII) mengadakan 'The 16th Asia Pasific Conference of German Business (APK)'.

Konferensi rutin dua tahunan ini diharapkan menjadi ajang untuk membincangkan seputar kondisi perekonomian global serta strategi dalam mengembangkan bisnis ke depan.

"Ini diadakan 2 tahun sekali, sudah lebih dari dua, tiga dekade. Kali ini Indonesia sebagai tuan rumah dari APK itu sendiri," kata Presiden Direktur PT Astra International Tbk, Prijono Sugiarto, saat ditemui, di Hotel Ritz-Carlton, Jakarta, Jumat (2/11/2018).

Dia menjelaskan, ada begitu banyak tema yang akan dibahas dalam konferensi tersebut, misalnya membangun strategi kerja sama antara Eropa dan Asia.

"Ada mengenai infrastruktur, industri 4.0, belt and road segala macam itu connecting Europe dan Asia, dan lainnya. Itu dalam dua hari ini dibahas di sini di mana panelisnya dari CEO-CEO dan menteri-menteri dari Indonesia dan Jerman," ujar dia.

"Ada pertemuan bilateral, menteri Jerman bertemu dengan menteri Indonesia bahkan kemarin ketemu presiden Jokowi. Selain itu juga ada pertemuan networking dari business society Jerman dan Indonesia," tambah dia.

 

 

(Foto:Merdeka.com/Wilfridus S)
Astra dukung 16th Asia Pacific Conference of German Business (Foto:Merdeka.com/Wiflridus S)

Meskipun tidak menyebut secara secara soal target bisnis yang bisa dicapai melalui pertemuan ini, dia yakin ajang ini merupakan wadah yang baik bagi Indonesia untuk memperkenalkan diri kepada investor luar negeri, khususnya yang berasal dari Jerman.

"Ya tidak ada specific target, tetapi tentu dalam setiap pertemuan seperti ini menjadi ajang memperkenalkan Indonesia lebih lanjut," kata dia.

"Supaya bagi business society dan pengusaha di Jerman perusahaan-perusahaannya juga makin aware mengenai kehebatan Indonesia. Mudah-mudahan ini membuka wawasan bagi businessman dari Jerman untuk investasi di Indonesia," tambah dia.

 

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com

Kadin Usul Perdagangan di ASEAN Tak Pakai Dolar AS

Kinerja Ekspor dan Impor RI
Aktivitas bongkar muat barang ekspor impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (17/7). Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan kinerja ekspor dan impor Indonesia mengalami susut signifikan di Juni 2017. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mendorong agar proses perdagangan antar negara di kawasan ASEAN tidak dilakukan dengan mata uang dolar AS, melainkan dengan mata uang negara-negara ASEAN.

Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perdagangan, Benny Soetrisno mengatakan, hal ini akan cukup membantu negara-negara ASEAN untuk menghindari tekanan dari dolar AS terhadap mata uangnya.

"Kadin juga mendorong untuk menghindari tekanan dolar antara ASEAN kita gunakan mata uang ASEAN saja," kata dia saat ditemui di ICE BSD, Tangerang Selatan, Banten, Kamis 25 Oktober 2018.

Jika Indonesia melakukan perdagangan dengan negara ASEAN, maka mata uang yang digunakan adalah mata uang negara bersangkutan.

"Kalau kita jual ke Thailand, Thailand boleh bayar pakai Bath. Kalau ke Malaysia, boleh pakai Ringgit. Jangan pakai dolar. Nanti kalau dolar ada tekanan orang nyari dolar," ujar Benny.

Dunia usaha, kata dia akan terus berkomunikasi dengan pemerintah untuk memberikan masukan-masukan yang dirasa dapat membantu dalam upaya menghadapi depresiasi mata uang terhadap dolar serta memperkuat hubungan Indonesia dengan negara lain.

"Kadin dan Apindo lagi bicara dengan pemerintah, mendorong pemerintah untuk melakukan trading swap dengan China," ujar dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya