Harga Emas Merosot Usai Rilis Data Tenaga Kerja AS

Harga emas tertekan usai rilis data tenaga kerja lebih baik dari yang diharapkan pada Oktober 2018. Hal itu membuat harga emas merosot selama sepekan.

oleh Agustina Melani diperbarui 03 Nov 2018, 06:30 WIB
Diterbitkan 03 Nov 2018, 06:30 WIB
20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Liputan6.com, New York - Harga emas tertekan usai rilis data tenaga kerja lebih baik dari yang diharapkan pada Oktober 2018. Hal itu membuat harga emas merosot selama sepekan.

Harga emas untuk pengiriman Desember turun USD 5,30 atau 0,40 persen ke posisi USD 1.233,30 per ounce. Selama sepekan, harga emas turun 0,2 persen. Harga emas sempat berada di level tertinggi dalam tiga bulan dengan naik 1,9 persen yang didorong dolar AS melemah.

Harga perak untuk pengiriman Desember susut 2,1 sen atau 0,1 persen ke posisi USD 14.756 per ounce usai reli 3,5 persen. Demikian mengutip laman Marketwatch, Sabtu (3/11/2018).

Pemerintahan AS umumkan data tenaga kerja baru bertambah 250 ribu pada Oktober 2018. Angka itu lebih tinggi dari konsensus sebesar 208 ribu. Sementara itu, tingkat pengangguran tetap 3,7 persen, dan merupakan level terendah dalam 48 tahun. Tingkat upah per jam rata-rata naik menjadi 3,1 persen dari 2,8 persen pada September.

Analis sudah peringatkan menguatnya data tenaga kerja pada Oktober 2018 dapat bebani harga emas. Hal itu seiring data ekonomi positif dapat mendorong bank sentral AS atau the Federal Reserve menaikkan suku bunga acuan.

Suku bunga acuan naik dapat mengangkat imbal hasil surat berharga AS dan dolar. Tingginya imbal hasil surat berharga AS dapat menekan harga emas dan komoditas lainnya.

Imbal hasil surat berharga AS naik 6,2 basis poin ke posisi 3,2 persen. Indeks dolar AS menanjak 0,3 persen ke posisi 96,54.

 

Sentimen The Fed Pengaruhi Harga Emas

20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Dari data World Gold Council menunjukkan pembelian emas oleh bank sentral yang kuat dan peningkatan selera konsumen tapi pertumbuhan pasokan dan aliran investasi melemah. Analis RBC Capital Markets, Christopger Louney, melihat pemulihan kepemilikan emas yang didukung secara fisik naik lebih dari 20 ton sepanjang Oktober.

Sementara itu, Direktur BullionVault, Adrian Ash, mengatakan, dengan ketidakpastian pada jangka menengah dan pertemuan kebijakan bank sentral AS atau the Federal Reserve pada pekan depan, penguatan harga emas berhenti sejenak usai menguat sejak Januari.

"Tetapi peristiwa lebih signifikan untuk harga emas pada pekan depan mungkin Diwali di India. Sekarang negara konsumen logam mulia terbesar kedua itu mencapai musim permintaan dengan harga mendekati level tertinggi dalam enam tahun,” ujar dia.

Sedangkan harga logam lainnya antara lain harga platinum naik 1,5 persen ke posisi USD 875,70 per ounce, harga palladium menguat 2,1 persen menjadi USD 1.104,50 per ounce. Selain itu, harga tembaga menanjak 3,1 persen menjadi USD 2.807 per pound.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya