Jokowi Ingin Makin Banyak Pembiayaan Infrastruktur dari Pasar Modal

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menginginkan semakin banyak proyek-proyek infrastruktur yang dibiayai melalui pasar modal.

oleh Merdeka.com diperbarui 28 Des 2018, 19:51 WIB
Diterbitkan 28 Des 2018, 19:51 WIB
Jokowi Tutup Perdagangan Saham 2018
Presiden Joko Widodo atau Jokowi saat menutup perdagangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 2018 di Kantor BEI, Jakarta, Jumat (28/12). IHSG 2018 ditutup menguat sebesar 0,06 persen atau 3,86 poin ke level 6.194,50. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menginginkan semakin banyak proyek-proyek infrastruktur yang dibiayai melalui pasar modal.

Hal ini disampaikan usai melakukan penutupan perdagangan saham dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang naik tipis 3,85 poin atau 0,06 persen ke level 6.194.

"Nanti bisa di-back up atau didukung dari pasar modal sehingga menjadikan kecepatan pembangunan jadi lebih cepat lagi. Akselerasi itu yang kita butuhkan dari pasar modal," ujar dia di Gedung BEI, Jakarta, Jumat (28/12/2018).

Jokowi mengatakan, beberapa pembangunan proyek infrastruktur sudah mulai selesai. Pada 2019, proyek infrastruktur seperti Light Rail Transit (LRT), Tol Jawa dan di luar Jawa segera dapat dipergunakan. 

"Kita harapkan tentu saja nantinya pembangunan-pembangunan infrastruktur yang 2019 akan banyak mulai selesai LRT, tol baik di Jawa atau luar Jawa," ujar dia.

Terkait penutupan perdagangan efek yang ditutup melemah dibanding 2017 di posisi 6.355,65 poin, Jokowi mengatakan, hal itu merupakan capaian bagus di tengah kondisi global yang tidak menentu. 

"Soal bursa, alhamdulillah sore hari ini secara resmi bisa kita tutup dan IHSG kita berada pada angka 6.194 poin jadi menurut saya sebuah capaian yang bagus dan hijau. Yang penting hijau, ditutup hijau," ujar dia.

 

Reporter: Anggun P.Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Prediksi Pertumbuhan Ekonomi

2018, Menko Perekonomian Patok Pertumbuhan Ekonomi Harus 5,4 Persen
Pemandangan gedung bertingkat di Jakarta, Sabtu (28/4). Pertumbuhan ekonomi Indonesia, menurut Darmin Nasution, masih kecil lantaran belum ada orientasi ekspor dari industri dalam negeri. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, pertumbuhan ekonomi 2018 mampu mencapai 5,2 persen. Angka ini mengacu laporan Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Darmin Nasution, usai menutup perdagangan saham 2018.

"Yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi. Masih dihitung tapi tadi saya dibisikin Pak Menko kurang lebih angkanya (5,2 persen)," ujar Jokowi di Gedung BEI, Jakarta, Jumat 28 Desember 2018.

Selain pertumbuhan ekonomi, inflasi diperkirakan berada pada angka 3 persen, lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu. Hal ini menunjukkan pengendalian harga selama satu tahun penuh berhasil.

"Inflasi dipastikan lebih rendah dari tahun lalu. Hanya angkanya di 3,0 berapa tidak tahu yang pasti di bawah tahun lalu. Ini juga saya kira sebuah angka yang menunjukkan bahwa pengendalian harga yang ada dipasar bisa dilakukan oleh pemerintah Indonesia, BI, dan sektor riil di lapangan," tutur dia.

Untuk mendorong stabilitas ekonomi ke depan, pemerintah akan menyiapkan berbagai kebijakan baru. Kebijakan yang akan diterbitkan nantinya untuk mendukung kepastian investasi terutama bagi perusahaan yang berorientasi ekspor.

"Akan banyak nantinya kita munculkan sekali lagi kebijakan yang makin menyederhanakan dan juga kebijakan yang makin berikan kepastian pada investasi, kepada sektor usaha, pada sektor riil terutama yang berorientasi pd sektor ekspor," tandasnya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya