Akibat Ulah Manusia, 10 Bencana Iklim Ini Telan Kerugian Rp 1.204 Triliun

Bencana ada pula yang disebabkan oleh manusia dan kerugian pun sangat tinggi.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 11 Jan 2019, 07:00 WIB
Diterbitkan 11 Jan 2019, 07:00 WIB
Sisa-sisa kebakaran besar di California Selatan yang berlangsung lebih dari 12 hari dan merusak 6.000 bangunan. (AFP)
Sisa-sisa kebakaran besar di California Selatan yang berlangsung lebih dari 12 hari dan merusak 6.000 bangunan. (AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Belakangan ini, Indonesia sedang sibuk mengantisipasi bencana gempa dan tsunami yang kerap mengikuti. Ini penting karena gempa dan tsunami merupakan bencana yang mengakibatkan kerugian besar.

Sebagai contoh, Forbes memperkirakan biaya rekonstruksi serta pemulihan bencanan gempa dan tsunami Tohoku di 2011 mencapai USD 250 miliar atau Rp 3.543 triliun (USD 1 = Rp 14.172).

Tak hanya di bumi, ada pula bencana yang turun akibat faktor turun dari langit, yakni faktor iklim. Forbes mencatat, kerugian ekonomi akibat 10 bencana iklim terburuk mencapai USD 85 miliar (Rp 1.204 triliun) di tahun 2018.

Bencana iklim terdiri atas kebakaran hutan, banjir, badai tropis, angin puyuh, dan kekeringan.

Berbeda dari gempa dan tsunami, bencana cuaca tak terlepas dari ulah manusia yang membuat terjadinya perubahan iklim. Negara maju seperti Amerika Serikat (AS) dan negara berkembang seperti Filipina ikut rugi.

"Tahun ini sekali lagi menghadirkan cuaca-cuaca ekstrem yang diperburuk perubahan iklim akibat manusia, dengan konsekuensi besar, pembiayaan, dan penderitan manusia," ujar Dr. Kevin Trenberth, ilmuwan senior Pusat Nasional Penelitian Atmosfer AS seperti dilansir Climate Liability News.

Dan masih menurut data Forbes, bencana iklim paling mahal terjadi di Amerika Serikat, yakni badai Florence dan Michael, masing-masing memberi dampak USD 17 miliar (Rp 240,9 triliun) dan USD 15 miliar (Rp 212,5 triliun). Topan Mangkhut yang terjadi di Filipina pun juga menjadi bencana cuaca salah satu yang termahal.

10 Bencana Cuaca Paling Merugikan

Sebagian struktur sebuah bangunan di Hong Kong rusak akibat Topan Mangkhut (16/7) (AFP PHOTO)
Sebagian struktur sebuah bangunan di Hong Kong rusak akibat Topan Mangkhut (16/7) (AFP PHOTO)

1. Badai Florence dan Michael di AS

- Florence, USD 17 miliar (Rp 240,9 triliun)

- Michael, USD 15 miliar (Rp 212,5 triliun).

2. Kebakaran hutan California di AS:

- Kebakaran Camp: USD 7,5-USD 10 miliar (Rp 106-Rp 141 triliun)

- Kebakaran Woolsey: USD 1,5-USD 3 miliar (Rp 21,2 triliun-Rp 42,5 triliun)

3. Kekeringan di Eropa: USD 7,5 miliar (Rp 106,3 triliun)

4. Banjir dan topan di Jepang

- Banjir Juni-Juli: USD 7 miliar (Rp 99,2 triliun)

- Topan Jhebi: USD 2,3-USD 5,5 miliar (Rp 32,6 triliun-Rp 77,9 triliun)

5. Kekeringan di Argentina: USD 6 miliar (Rp 85 triliun)

6. Banjir dan badai di China:

- Banjir Juli: USD 3,9 miliar (Rp 55,2 triliun)

- Badai: USD 5,4 miliar (Rp 76,5 triliun)

7. Kekeringan di Australia: USD 5,8-USD 9 triliun (Rp 82,2 triliun-Rp 127,5 triliun)

8. Banjir di India: USD 3,7 triliun (Rp 52,4 triliun)

9. Kekeringan di Afrika Selatan: USD 1,2 triliun (Rp 17 triliun)

10. Topan Mangkhut di Filipina dan China: USD 1-USD 2 miliar (Rp 14,1 triliun-Rp 28,3 triliun).

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya