2 Menteri Bahas Percepatan Proyek Pesawat N-219

Adapun untuk test flight pesawat N-219 membutuhkan anggaran sekitar Rp 50 miliar.

oleh Liputan6.com diperbarui 06 Feb 2019, 16:47 WIB
Diterbitkan 06 Feb 2019, 16:47 WIB
Pesawat N219 Nurtanio produksi PT Dirgantara Indonesia (Tommy Kurnia/Liputan6.com)
Pesawat N219 Nurtanio produksi PT Dirgantara Indonesia (Tommy Kurnia/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro menyambangi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman.

Dia menyampaikan tujuan kedatangannya ke Kantor Luhut Binsar Pandjaitan tersebut untuk membahas percepatan proyek pesawat N-219. "Itu saja membahas percepatan N219," kata dia, saat ditemui di Kemenko Maritim, Jakarta, Rabu (6/2/2019).

Menurut dia, dalam pertemuan tersebut dibahas mengenai kebutuhan anggaran untuk proyek tersebut, baik untuk test flight maupun perluasan pabrik pesawat N-219.

"Baik dari anggaran untuk tes terbangnya maupun nanti pengembangan pabriknya. Itu yang kita bahas tadi," ungkap dia.

Adapun  untuk test flight, dikatakan membutuhkan anggaran sekitar Rp 50 miliar. Namun kebutuhan anggaran untuk perluasan pabrik masih belum disebutkan.

"2019 ini tambahan anggaran untuk test flight sama satu lagi upaya mencari investasi untuk perluasan kapasitas pabrik di N219 sendiri. Kalau yang test 50 miliar. Kalau yang pengembangan ada lah hitungan berapa ratus miliar. Nanti kita cari," tandasnya.

 

Reporter: Wilfridus Setu Umbu

Sumber: Merdeka.com

PT DI Targetkan 500 Pesawat N219 Terjual dalam Sepuluh Tahun

Pesawat N219 Nurtanio produksi PT Dirgantara Indonesia (Tommy Kurnia/Liputan6.com)
Pesawat N219 Nurtanio produksi PT Dirgantara Indonesia (Tommy Kurnia/Liputan6.com)

PT Dirgantara Indonesia (Persero) yakin mampu menjual pesawat N219 Nurtanio ke luar negeri. Meski pesawat ini produk asli karya anak bangsa, dipastikan kualitasnya tidak kalah jika dibandingkan pesawat di kelasnya, bahkan diklaim lebih efisien.

Direktur Utama PT DI Elfien Guntoro mengatakan, saat ini N219 Nurtanio masih dalam proses sertifikasi. Pengujian jam terbang dan ketahanannya masih terus dilakukan. Proses ini diharapkan selesai pada tahun ini.

"Harapan tahun depan kita sudah mulai produksi, kalau tidak ada hambatan. Kan ini pesawat masih prototype jadi semua masih harus diuji," papar Elfien di Hotel Kartika Chandra, Jakarta, Selasa (25/9/2019).

Meski masih proses sertifikasi, Elfien mengaku PT DI saat ini sudah mengantongi komitmen pembelian N219 Nurtanio sebanyak 110 pesawat. Mayoritas komitmen itu didapatkan dari perusahaan dalam negeri dan pemerintah daerah (pemda).

"Kalau mau lihat pasar dalam negeri, dari market riset kami kebutuhan sekitar 10 tahun ke depan 235 pesawat dan untuk luar negeri sekitar 300 pesawat jadi hampir 500 pesawat yang bisa diisi N219," tegas Elfien.

N219 merupakan pesawat dengan kapasitas 19 seat dengan bermesin baling baling (propeller) dengan jenis Hartzell 4-Blade Metal Propeller. Dengan jenis ini maka pesawat mampu mendarat di landasan (runway) yang hanya memiliki panjang 600 meter.

"Dengan begitu, maka memang pesawat ini diperuntukkan menjangkau wilayah terpencil di Indonesia," kata Deputi Usaha Tambang, Industri Strategis dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno, beberapa waktu lalu.

Tidak hanya itu, N219 ini juga didukung dengan dua mesin Pratt & Whitney Aircraft of Canada Limited PT6A-42 masing-masing bertenaga 850 SHP.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya