Liputan6.com, Jakarta - PT Sarinah (Persero) menggandeng PT Wijaya Karya (Wika)Tbk dan PT Pembangunan Perumahan (PP) (Persero) Tbk dalam pengembangan kompleks komersil di atas lahan milik Sarinah di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat.
Direktur Utama PT Sarinah, GNP Sugiarta Yasa mengatakan, di atas lahan seluas 1,7 hektare (ha) tersebut akan dibangun dua gedung (tower) untuk area bisnis dan komersil, di antaranya terdiri dari mal, gedung perkantoran, area pameran dan pertemuan, area hiburan serta apartemen.
"Di Jalan Thamrin, Wahid Hasyim, Sunda itu kurang lebih 2,8 ha tapi Sarinah yang memiliki lahan 1,7 ha. Yang kita bangun pertama dulu 1,7 ha dulu kita akan bangun untuk menjadi gedung 41 lantai dengan tiga basement. Nanti kita membuat kawasan open jadi smart building juga," ujar dia di Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (8/2/2019).
Advertisement
Baca Juga
Dia menjelaskan, nilai investasi dari proyek tersebut mencapai Rp 1,8 triliun. Proyek sebanyak 70 persen pendanaannya berasal dari pinjaman perbankan BUMN dan sisanya dari internal perusahaan.
"Dengan hitungan kasar saja dengan gedung baru aset Sarinah meningkat empat kali lipat. Nilainya (aset saat ini) kurang lebih Rp 400 miliar," kata dia.
Proyek tersebut akan mulai dibangun pada Maret 2019. Untuk tahap pertama ditargetkan selesai 2020.
"Insya Allah bulan depan sudah mulai groundbreaking. (Waktu pengerjaan) 16 bulan tahap pertama. Tower baru minimal dua . Dengan yang existing artinya ada tiga tower," ungkap dia.
Sementara itu, Direktur Utama PT Wijaya Karya Tbk, Tumiyana mengatakan, kerja sama antara Sarinah, Wika dan PP tersebut berbentuk joint venture, dengan Sarinah memiliki porsi 55 persen.
"Kita bertiga, Sarinah sebagai pemilik lahan, jadi majority share holder. Sarinah 55 persen, kita berdua (PP dan Wika) 45 persen," ujar dia.
Wika Anggarkan Belanja Modal Rp 22 Triliun pada 2019
Sebelumnya, Direktur Utama PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) Tumiyana menyatakan bahwa perseroan mengalokasikan dana belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 22 triliun pada 2019. Hal tersebut disampaikan pada acara Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB).
"Total capex Rp 22 triliun," ujarnya di Gedung Wika, Jakarta Timur, Senin 28 Januari 2019.
Untuk sumber pendanaan capex ini berasal dari kas internal dan eksternal. Dari sisi eksternal, perusahaan berencana menerbitkan perpetual bond senilai Rp 1,4 triliun dari total perpetual bond sebesar Rp 2 triliun.
Dana capex ini antara lain akan digunakan untuk mendukung rencana bisnis perusahaan di tahun 2019 dimana WIKA akan berinvestasi lebih agresif pada lini bisnis energi, properti, dan infrastruktur.
"Akumulasi order book jadi Rp 145 triliun, itu terbesar di industri. Sedangkan revenue tahun ini diproyeksikan sebesar Rp 42,13 triliun, tumbuh 25 persen," ujarnya.
Adapun dia menjelaskan, kontrak baru diharapkan dapat tumbuh 32 persen menjadi Rp 66,74 triliun tahun ini, dibandingkan sebesar Rp 50,65 triliun per Desember 2019.
“Guna mencapai target tersebut, Perseroan telah menyiapkan strategi yang terintegrasi. Bisnis WIKA pada sektor infrastruktur dan bangunan yang telah sustain, akan mendukung pertumbuhan pada sektor energi & industrial plant, industri serta properti di tahun 2019,” tandasnya.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement