Tiket Pesawat Mahal, Industri Pariwisata Merugi

Salah satu daerah yang paling besar terdampak kenaikan tiket pesawat adalah Lombok.

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Feb 2019, 14:32 WIB
Diterbitkan 11 Feb 2019, 14:32 WIB
Ilustrasi tiket pesawat
Ilustrasi tiket pesawat (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, kenaikan tiket pesawat dalam beberapa waktu belakangan merugikan pariwisata Indonesia. Hal ini sebagian besar terjadi karena kenaikan mendadak yang dilakukan oleh pihak maskapai.

"Saya ingatkan juga ke rekan industri, ini tidak hanya mempengaruhi industri airline. Ujungnya dulu, semua dirugikan. Industri pariwisata dirugikan," ujar Menpar Arief di Grand Sahid, Jakarta, Senin (11/2/2019).

Arief mencontohkan, salah satu daerah yang paling besar terdampak adalah Lombok. Okupansi atau minat melakukan perjalanan ke daerah tersebut kian menurun.

"Sudah. Tadi saya sebutkan contoh Lombok, okupansinya tinggal 30 persen. Kemarin juga di Riau, Batam, hampir seluruh Indonesia. Dan ini impact terbesar kebetulan untuk wisnus," jelasnya.

Dia melanjutkan, wisatawan yang paling terdampak akibat kebijakan mendadak tersebut adalah wisatawan dalam negeri. Sementara wisatawan luar negeri cenderung tidak terdampak karena memiliki maskapai yang didatangkan dari luar Indonesia.

"Dan ini impact terbesar kebetulan untuk wisatawan Nusantara. Sedangkan wisatawan mancanegara, orang datang dari luar tidak ter-impact secara langsung karena tarif lebih dilakukan oleh airline dari luar," jelasnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Konsumen Kaget

Ilustrasi tiket pesawat
Ilustrasi tiket pesawat (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Arief menambahkan, maskapai hendaknya mempertimbangkan terlebih dahulu besaran tarif yang akan dikenakan sebelum menerapkan kepada masyarakat. Sebab, kenaikan tarif secara mendadak cenderung membuat konsumen kaget.

"Poin saya apa, kalau mau melakukan kenaikan tarif jangan dilakukan secara besar dan mendadak. Sesuatu yang besar dan mendadak pasti efeknya akan relatif tidak bagus apalagi untuk kenaikan. Kalau mau penurunan boleh mau besar dan mendadak juga boleh," ujarnya.

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya