Liputan6.com, Jakarta - PT BNI Syariah menargetkan untuk menjadi Bank Buku III pada tahun ini. Untuk memenuhi target itu, perseroan akan mencatatkan saham perdana atau initial public offering (IPO) di bursa saham.
Direktur Bisnis SME dan Komersial BNI Syariah Dhias Widhyati tidak menampik kemungkinan perusahaan untuk melakukan IPO di tahun ini. Dia menjelaskan, salah satu tujuan IPO ialah untuk menambah modal inti perusahaan.
"Kenapa IPO? Memang termasuk salah satu strategi yang jadi pertimbangan kita namun yang paling dekat ialah untuk capital injection. Tapi yang jelas itu kami berupaya untuk jadi buku III di akhir tahun ini," ungkapnya di Gedung BNI Syariah, Jakarta Selatan, Kamis (14/2/2019).
Advertisement
Baca Juga
Sementara itu, untuk saat ini saja, dirinya mengungkapkan bahwa modal inti perseroan sudah mencapai Rp 4,2 triliun. Itu berarti masih kurang Rp 800 miliar lagi dimana syarat modal inti untuk menjadi bank buku III ialah Rp 5 triliun hingga 30 triliun.
"Rp 800 miliar apakah bisa dari laba ditahan? Kalau target laba dari pemegang saham pengendali Rp 868 miliar tercapai yasudah alhamdulilah. Tapi kalau dari target rencana bisnis bank (RBB) Rp 550 miliar, maka sisanya diharapkan dari capital injection," ujarnya.
Sebagai informasi saja, selain IPO, BNI Syariah pada tahun ini akan meningkatkan ekspansi pembiayaan kepada sektor komersial secara selektif kepada nasabah yang memiliki tingkat risiko rendah seperti BUMN. Perseroan menargetkan segmen komersial ini tumbuh di kisaran 20 persen.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
BNI Syariah Cetak Laba Rp 416,08 Miliar Sepanjang 2018
PT BNI Syariah membukukan laba sebesar Rp 416,08 miliar. Laba tersebut naik 36,67 persen secara tahunan atau year-on-year (yoy) dibandingkan 2017 sebesar Rp 307 miliar.
Direktur Utama BNI Syariah, Abdullah Firman Wibowo menuturkan, per Desember 2018, aset Perseroan mencapai Rp 41,05 triliun atau tumbuh sebesar 17,88 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.
Sedangkan dari sisi bisnis dana pihak ketiga (DPK) BNI Syariah mencapai Rp 35,50 triliun atau tumbuh 20,82 persen dengan jumlah nasabah mencapai lebih dari Rp 3 juta.
"Komposisi DPK tersebut didominasi oleh dana murah (Giro dan Tabungan) yang mencapai 55 82 persen. Komposisi dana murah ini juga meningkat jika dibanding tahun sebelumnya 51.60 persen," ujar dia di Gedung BNI Syariah, Jakarta Selatan, Kamis (14/2/2019).
BACA JUGA
Sementara itu, dari sisi penyaluran dana, Perseroan telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 28,30 triliun atau naik 19,93 persen.
Komposisi pembiayaan pada 2018 disumbang oleh segmen konsumer sebesar Rp 13,92 triliun atau setara 49,17 persen.
"Itu diikuti segmen komersial sebesar Rp 7 triliun, segmen kecil dan menengah sebesar Rp 5,97 triliun, segmen mikro Rp 1,08 triliun, dan Hasanah Card sekitar Rp 332,69 miliar. Kemudian Non Performing Financing (NPF) 2018 dibawah 3 persen yaitu sebesar 2.93 persen," ujar dia.
Untuk strategi tahun ini, BNI Syariah akan meningkatkan ekspansi pembiayaan kepada sektor komersial secara selektif kepada nasabah yang memiliki tingkat risiko rendah seperti BUMN.
"Tapi secara bankwide kami akan meningkatkan porsi pembiayaan pada segmen ritel (small and medium) dan sedikit menurunkan porsi segmen komersial. Kami menargetkan segmen komersial tumbuh di kisaran 20 persen," tutur dia.
Advertisement