Liputan6.com, Washington D.C. - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menambah permintaan anggaran untuk uang pembangunan tembok menjadi sebesar USD 8,6 miliar atau Rp 122,8 triliun (USD 1 = Rp 14.290). Jumlah itu naik dibandingkan tuntutan Trump sebelumnya.
Dilaporkan Reuters, pemerintah Trump berencana menyertakan permintaan anggaran USD 8,6 miliar demi meneruskan janji kampanye berupa membangun tembok di perbatasan selatan AS.Â
Trump percaya tembok akan menghalau para imigran gelap dan penyelendup narkoba yang ingin masuk ke AS. Harapan Trump kali ini pun diprediksi akan kembali kandas, sebab Partai Demokrat sedang mengontrol DPR, sementara Partai Republik mengontrol senat.
Advertisement
Baca Juga
Sebagai pengingat, Donald Trump pernah menutup pemerintahan AS terjadi akibat perkara anggaran tembok. Sebab, Partai Demokrat menolak keras pembangungan tembok dengan anggaran USD 5 miliar.
"Presiden Trump merugikan jutaaan orang Amerika dan menyebabkan kekacauan luas ketika ia dengan ceroboh menutup pemerintahan demi mendapat temboknya yang mahal dan tak efektif," ujar ketua DPR AS Nancy Pelosi serta ketua Minoritas Senat Chuck Schumer dalam pernyataan bersama mereka.
Duo petinggi Demokrat itu menyebut kali ini Trump tetap tak akan berhasil, dan mereka berharap sang presiden mengambil pelajaran dari kegagalan sebelumnya.
Di lain pihak, penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow berkata ada kemungkinan akan ada kembali cekcok akibat perkara anggaran tembok. "Saya kira akan terjadi. Presiden akan tetap bersama temboknya dan ia akan tetap bersama tema keamanan perbatasan. Saya pikir itu hal yang esensial," ujar Kudlow.
"Bangun Temboknya" merupakan salah satu slogan Donald Trump pada masa kampanye lalu. Kini, slogan barunya untuk kampanye 2020 adalah "Selesaikan Temboknya".
Janet Yellen Sebut Donald Trump Tak Paham Ekonomi
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mendapat sindiran keras dari Janet Yellen yang merupakan mantan pemimpin Bank Sentral AS alias Federal Reserve. Yellen mengkritisi pemahaman Trump soal kebijakan ekonomi.
Dilansir dari CNBC, Yellen mengungkapkan itu pada sebuah wawancara radio ketika ditanya apakah menurutnya Trump memiliki pemahaman soal kebijakan ekonomi. Jawaban yang Yellen berikan cukup mengejutkan.
"Tidak, saya tak berpikir demikian," ujarnya.Â
Lebih lanjut, Trump dianggap Yellen tak paham tugas Fed, yakni penyerapan tenaga kerja maksimal dan stabilitas harga. "Itu adalah tugas-tugas yang Kongres serahkan pada Fed," jelas Yellen.
Bank Sentral AS pada dasarnya memang memiliki tiga tugas utama dalam ekonomi, yakni: memelihara tingkat maksimum ketenagakerjaan, menjaga harga stabil, dan mendukung tingkat suku bunga yang moderat dalam jangka panjang.
Yellen juga khawatir pada pemimpin Bank Sentral AS saat ini yang kerap disindir oleh Presiden Trump. Komentar Trump, menurut Yellen, mengganggu independensi Bank Sentral. Ini pun bisa memberi dampak buruk jika kondisi ekonomi sedang memburuk.
"Komentar-komentar Presiden Trump tentang Ketua Powell dan tentang Fed membuat saya khawatir, karena dua hal itu saya pikir memeiliki dampak, terutama jika kondisi AS sedang menurun, maka (komentar itu) dapat mengurangi kepercayaan pada Fed. Dan saya pikir itu adalah hal buruk," pungkasnya.
Advertisement