Genjot Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Topang Ekonomi RI

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution menyoroti beberapa hal terkait dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

oleh Liputan6.com diperbarui 12 Mar 2019, 16:30 WIB
Diterbitkan 12 Mar 2019, 16:30 WIB
(Foto: Merdeka.com/Dwi Aditya Putra)
Menko Bidang Perekonomian Darmin Nasution beri sambutan di rapat kerja kementerian perdagangan pada Selasa (11/3/2019) (Foto:Merdeka/Dwi Aditya)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution menyoroti beberapa hal terkait dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Darmin menyampaikan hal itu saat menjadi pembicara dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakernas) Kementerian Perdagangan di Jakarta.

Darmin menyampaikan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia salah satu pilar yang penting adalah perdagangan ekspor. Sebab, dengan pertumbuhan ekspor yang tinggi kemudian dapat diimbangi oleh impor maka secara otomatis pertumbuhan ekonomi RI dapat berjalan dengan baik.

"Perdagangan ekspor adalah salah satu pilar yang penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Ekspor juga bisa mempercepat pertumbuhan kalau kita bisa memperluas ekspor kita mencari market baru atau mengespor komoditi baru," kata Darmin dalam sambutannya di Jakarta, Selasa (12/3/2019).

Kemudian pilar lain dalam memperbaiki pertumbuhan ekonomi RI adalah dengan menggenjot investasi dan konsumsi rumah tangga. Dengan dua komponen itu, diharapkan dapat menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Kalau Anda bayangkan identitas bersamaan dari PDB maka dia adalah terdiri dari konsusmsi rumah tangga ditambah investasi. Artinya konsumsi biasanya meneruskan perkembangan dari tahun ke tahun. Sebelumnya dia jarang mengalami lonjakan dan penurunan signifikan kecuali ada kebijakan khusus. Kemudian investasi dia bisa datang dari dalam dan luar negeri. Itu sebabnya menjadi pilar mempercepat pertumbuhan ekonomi," bebernya.

Mantan Direktur Jenderal Pajak tersebut menambahkan, untuk meningkatkan investasi sebetulnya pemerintah sejak 2016 sudah menyiapkan beberapa rancangan ataupun kebijakan.

Di antaranya melalui perizinan usaha yang mudah. Kemudian mengembangkan sistem perizinan oline terpadu atau OSS serta pemberian tax holiday.

"Kita memperbaiki supaya investor tertarik dan lagi menganggap Indonesia itu negara yang sulit untuk memulai investasi," kata dia.

 

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

 

AS dan China Bakal Berdamai, Ekonomi Global Bakal Cerah?

Perang Dagang China AS
Perang Dagang China AS (Foto: Istimewa)

Sebelumnya, perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China nampaknya akan sampai di ujung pertarungannya.

Namun dilansir pada laman CNBC, hal ini tidak akan menghentikan perlambatan ekonomi global. Donald Trump mengatakan di Twitternya bahwa ia akan menunda kenaikan tarif untuk barang-barang China yang awalnya direncanakan akan terjadi pada awal Maret.

Setelah pertemuannya yang terakhir pada Desember lalu, Trump akan merencanakan untuk kembali bertemu dengan Presiden China, Xi Jinping pada pertemuan klub golfnya di Mar-a-Lago, Florida.

Pertemuan kali ini akan membahas tentang kesepakan jika kedua belah pihak membuat kemajuan tambahan. Namun berdasarkan laporan yang ada, kedua negara tersebut telah merencanakan pertemuan puncak di akhir Maret.

Meskipun reaksi pasar Asia begitu positif dengan keputusan Trump, namun beberapa analis mengatakan, pelonggaran ketegangan ini tidak akan menghentikan perlambatan ekonomi global yang sudah terjadi.

Paul Kitney, Kepala Startegi Ekuitas Daiwa Capital Markets mengatakan, pelonggaran keputusan Trump mendapatkan dampak positif namun ternyata dampak negatif dari perang dagang ini tidak akan hilang begitu saja.

Hal ini di buktikan dengan data dari International Monetery Fund, angka pertumbuhan ekonomi global menurun dari 3,7 persen menjadi 3,5 persen. Ini diakibatkan oleh melemahnya aktivitas impor dan eskpor yang ada di negara ekonomi utama yaitu AS, China, Jepang dan Jerman akibat perang dagang.

Selain itu, Sadiq Currimbhoy, Ahli Strategi Global dan Kepala pPenelitian di Maybank Kim Eng mengatakan, penurunan ekonomi global ini justru akan semakin memburuk hingga kuartal berikutnya.

Yang membuat para analis begitu pesimistis jika AS dan China damai akan memperbaiki perekonomian global karena inti permasalahan mengenai penetapan tarif tambahan barang yang belum menemui titik tepatnya, sehingga mereka lebih untuk tidak mendukung kedua negara tersebut untuk mencari jalan keluar yang terbaik.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya