Ma'ruf Amin Janji Bersama Jokowi akan Terbitkan 3 Kartu Sakti

Ma'ruf Amin menuturkan jika ketiga kartu ini memiliki fungsi masing-masing.

oleh Nurmayanti diperbarui 17 Mar 2019, 20:21 WIB
Diterbitkan 17 Mar 2019, 20:21 WIB
Cawapres Ma'ruf Amin di kediamannya, Jalan Situbondo, Jakarta, Senin (7/1/2019).
Cawapres Ma'ruf Amin di kediamannya, Jalan Situbondo, Jakarta, Senin (7/1/2019).

Liputan6.com, Jakarta Calon Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) Ma'ruf Amin berencana mengeluarkan 3 kartu demi memberikan kesejahteraan bagi rakyat Indonesia. Ketiga kartu tersebut, yakni Kartu KIP, kartu sembako murah dan kartu kerja.

"Kami bertekad memperbesar manfaat dan maslahat, akan mengeluarkan 3 kartu. Kartu KIP kuliah, kartu sembako murah dan kartu pekerjaan," jelas Ma'ruf Amin saat Debat Cawapres di Jakarta, Minggu (17/3/2019).

Dia menuturkan jika ketiga kartu ini memiliki fungsi masing-masing. Seperti kartu KIP diberikan agar anak miskin bisa kuliah. Kemudian kartu sembako agar kaum ibu bisa berbelanja sembako dengan murah. Sedangkan kartu tenaga kerja untuk memudahkan masyarakat mendapatkan kerja.

"Pemerintah menyiapkan tempat latihan dan kursus secara gratis. Di mana bangsa harus dibangun dengan akhlak mulia. Kami Jokowi maruf siap mengemban amanah agar bangsa menuju Indonesia maju," tegas dia.

Dia awal pemaparan, dia mengatakan jika visi Jokowi-Ma'ruf adalah menjadikan Indonesia maju dengan kunci pada manusia Indonesia yang sehat, cerdas, produktif dan berakhlak mulia.

Ma'ruf memastikan akan melakukan banyak hal sebab kerja Pemerintahan Joko Widodo belum selesai. "Akan lanjutkan ikhtiar untuk membangun dan melindungi segenap bangsa Indonesia untuk menjadikan kehidupan mereka lebih sejahtera dan maslahat. Pemimpin harus bangun kemaslahatan untuk rakyat. Jadi JKN akan lanjut," jelas dia.

Dia pun meminta generasi muda untuk tidak takut bermimpi dan memiliki cita-cita. Para orang tua tak perlu khawatir karena dipastikan negara akan hadir memenuhi kewajiban.

Debat ketiga Pilpres 2019 digelar di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (17/3/2019). Debat kali ini hanya menampilkan calon wakil presiden (cawapres), Ma'ruf Amin dan Sandiaga Uno.

Pada debat Cawapres ini, tema yang diangkat soal Pendidikan, Kesehatan, Ketenagakerjaan, Sosial, dan Kebudayaan. Tak seperti dua debat sebelumnya, pada debat cawapres ada beberapa perbedaan.

Hal ini memang sengaja dilakukan Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk memperbaiki kekurangan pada debat-debat sebelumnya. Salah satunya adalah pembentukan Komite Damai yang baru muncul pada debat ketiga Pilpres 2019 nanti.

Selain itu, format debat juga berubah dan jumlah penonton yang hadir berkurang.

 

 

 

Harapan Pengusaha pada Kedua Cawapres Soal Tenaga Kerja

Tenaga kerja menjadi salah satu tema yang akan diangkat dalam debat calon wakil presiden (cawapres) yang berlangsung malam ini. Beragam harapan ditujukan kepada kedua kandidat yang akan beradu program yaitu Ma'ruf Amin dan Sandiaga Uno.

Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Ketenagakerjaan dan Hubungan Industrial, Anton J Supit mengatakan, untuk tema ketenagakerjaan, pengusaha berharap kedua kandidat mampu menyelesaikan masalah minimnya penciptaan lapangan kerja di Tanah Air.‎

"Masalah paling utama ada bagaimana menciptakan lapangan kerja. Sebab dengan adanya lapangan pekerjaan, kemiskinan akan berkurang," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Minggu (17/3/2019).

Dia menjelaskan, saat ini tenaga kerja di Indonesia mayoritas masih didominasi oleh para pekerja di sektor informal. Selain itu, mayoritas masyarakat yang berpendidikan pendidikan rendah membuat kesulitan untuk masuk ke sektor formal.

‎"Sampai saat ini Informal labor masih tinggi, mendekati 60 persen, di bandingkan dengan formal labor sekitar 40-an persen. Juga berdasarkan pendidikan, sekitar 60-an persen maksimal pendidikan SD atau SMP," kata dia.

Oleh sebab itu, dia berharap kedua cawapres memiliki gagasan yang realistis untuk mengatasi permasalahan ketenagakerjaan di Indonesia dan tidak hanya mengeluarkan janji yang populis namun sulit untuk diwujudkan.

"Jangan hanya bersifat populis sebab kita tidak punya banyak pilihan. Daripada menawarkan yang populis, lebih baik menawarkan program bagaimana meningkatkan kemampuan kompetensi tenaga kerja kita agar kesejahteraan di dapatkan dari produktivitas. Karena itu Vokasi menjadi penting," tandas dia

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya