Liputan6.com, Jakarta - Panel Ahli Katadata Insight Center, Wahyu Prasetyawan mengatakan iklim investasi di Indonesia ke depan akan ditentukan oleh siapa yang akan menjadi Kepala Negara selanjutnya. Menurutnya, siapapun yang akan mengisi kursi nomor satu di Indonesia, harus memiliki kematangan dalam menarik investasi.
"Jadi begini investasi atau investor biasanya lebih melihat sesuatu yang lebih prediksi termasuk juga siapa yang jadi presiden. Jadi karakter personalistik seorang capres itu punya preferensi. preferensinya itu seperti apa? itu adalah seseorang yang bisa memiliki kematangan," katanya saat ditemui di Jakarta, Kamis (11/4/2019).
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Selain memiliki sejumlah kematangan, pemimpin negara selanjutnya juga harus mampu mengontrol emosi dengan baik. Sebab, sebagai panglima tertinggi negara sikap ketenangan menjadi penting untuk menjaga iklim investasi.
"Kalau emosi tidak stabil bahaya. Jadi investasi itu karena dia terkait dengan uang begitu banyak menginginkan seseorang pemimpin yang tingkah lakunya itu bisa diprediksi. Karena kalau tingkah lakunya tidak bisa diprediksi itu akan terkait juga dengan investasi yang mereka sudah tanam," pungkasnya.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Beri Angin Segar
Sebelumnya, Senior Portofolio Manager Equity, PT Manulife Asset Management Indonesia, Samuel Kesuma, mengatakan siapapun yang menjadi Kepala Negara nantinya akan memberikan angin segar bagi prospek pertumbuhan ekonomi di Tanah Air. Apalagi, kata dia, program ekonomi kedua kandidat ini sama-sama memiliki sepak terjang yang ingin mendorong pertumbuhan ekonomi.
"Sehingga pada akhirnya siapapun yang terpilih seharusnya akan menciptakan katalis positif bagi sektor-sektor tertentu di pasar finansial," katanya.
Dia menambahkan, yang mempercepat laju penopang pasar saham di Indonesia sendiri yakni masih adanya potensi dana asing untuk kembali masuk ke pasar saham. Kepemilikan investor asing di pasar saham Indonesia saat ini masih relatif rendah terutama setelah mencatatkan outflow di periode 2017-2018.
"Karakteristik ekonomi Indonesia yang berorientasi domestik akan menjadi daya tarik bagi investor di tengah kondisi moderasi pertumbuhan ekonomi global," katanya.
Â
Advertisement
Suku Bunga BI
Selain itu, nilai tukar Rupiah yang lebih stabil dan ekspektasi Bank Indonesia yang sudah mendekati titik akhir kenaikan suku bunga, juga menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif bagi Indonesia. Namun, tentunya sentimen global tetap menjadi risiko yang harus diperhatikan.
"Kejutan negatif lebih lanjut, misalnya negosiasi dagang yang terhenti, atau perlambatan ekonomi global yang lebih besar daripada yang sudah diekspektasi saat ini, dapat menyebabkan investor global kembali mengambil posisi risk off dan menunda investasi," pungkasnya.
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com