Pengusaha Harus Jadikan Era Industri 4.0 Sebagai Peluang Kembangkan Bisnis

Implementasi industri 4.0 dinilai membuka kesempatan bagi Indonesia untuk melakukan lompatan jauh dalam memacu pertumbuhan ekonomi.

oleh Septian Deny diperbarui 14 Apr 2019, 17:40 WIB
Diterbitkan 14 Apr 2019, 17:40 WIB
Ilustrasi industri 4.0
Ilustrasi industri 4.0 (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Era revolusi industri 4.0 harus dijadikan sebagai peluang bagi para pengusaha lokal guna mengembangkan bisnisnya. Dengan demikian, pengusaha lokal bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

Wakil Ketua Umum Kadin DKI Jakarta, Diana Dewi mengatakan, era industri 4.0 memang penuh dengan tantangan seiring dengan meningkatnya penggunaan teknologi dalam setiap kegiatan usaha. Namun demikian, hal ini seharusnya dijadikan peluang untuk meningkatkan produktivitas dan keuntungan.

"Sebagai pelaku bisnis yang juga bagian dari Kadin DKI Jakarta, saya justru melihat tantangan tersebut sebagai peluang," ujar dia di Jakarta, Minggu (14/4/2019).

Menurut dia, kecepatan, ketepatan dan transparansi data menjadi hal yang sangat dibutuhkan oleh para pelaku usaha di era industri 4.0 ini.

"Dengan demikian pelaku usaha bisa bersiap menghadapi era industri 4.0 sebagai peluang dan tantangan baru bagi setiap pelaku usaha," kata dia.

Diana yang juga menjadi salah satu kandidat calon Ketua Umum Kadin DKI Jakarta menyatakan, kesiapan pelaku usaha di Ibukota terhadap era industri baru ini menjadi salah satu fokusnya jika terpilih nanti.

Diana menyatakan dirinya akan menjadikan era industri 4.0 sebagai peluang sekaligus tantangan untuk membangun Kadin DKI yang lebih kuat dan martabat.

Dengan visi menjadikan Kadin DKI sebagai mitra utama pemerintah daerah dalam pembuatan dan implementasi, serta sebagai tolak ukur atas barometer utama kesiapan dunia usaha dalam menyongsong dunia industri 4.0, Diana berharap implementasi antara dunia usaha dengan pemerintah bisa sejalan dan saling terkait.

"Kalau menjadi mitra pemerintah, maka paling tidak kita bisa mengikuti apa yang sudah menjadi program pemerintah atau bisa memberi masukan tentang kondisi dunia usaha itu seperti apa. Dalam hal ini, implementasi antara dunia usaha dengan pemerintah itu harus sejalan," tandas dia.

Hadapi Industri 4.0, Pemerintah Genjot Kompetensi SDM

Ilustrasi industri 4.0
Ilustrasi industri 4.0 (iStockPhoto)

Sebelumnya, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memperkirakan implementasi industri 4.0 dinilai membuka kesempatan bagi Indonesia untuk melakukan lompatan jauh dalam memacu pertumbuhan ekonomi.

Peluang ini muncul karena Indonesia memiliki modal besar, yakni jumlah ketersediaan sumber daya manusia (SDM) terutama ada bonus demografi hingga 2030.

"Bonus demografi ini menjadi momentum bagi Indonesia, karena negara lain seperti Jepang, Singapura dan Korea sudah melewati kesempatan itu. Bahkan, Jerman yang sudah punya 4.0, tetapi dia kurang SDM-nya. Kalau bonus demografi sudah terlewati, negara itu terbebani dengan social cost lebih tinggi," kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Jakarta, Kamis (7/3/2019). 

Ia menuturkan, apabila Indonesia menerapkan industri 4.0 dengan didukung SDM yang kompeten, diyakini berpotensi mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional yang cukup signifikan.

"Apalagi, SDM kita sangat menarik, karena anak-anak muda saat ini lebih fleksibel dalam beradaptasi dengan teknologi baru," tutur dia. 

Penggunaan teknologi itu tercermin dari penjualan ponsel pintar di pasar domestik yang menembus hingga 60 juta unit per tahun.

"Kalau kita bandingkan dengan Australia, penduduk kita lebih dari 10 kali lipat. Artinya, ekonomi kita berpotensi naik 10 kali lipat. Meskipun, saat ini income per kapita kita USD 3.800, mereka sudah USD 51.000," ungkapnya.

SDM Masih Jadi Tantangan Besar Indonesia Hadapi Industri 4.0

Revolusi Industri 4.0
Revolusi Industri 4.0. Dok: engineersjournal.ie

Industri 4.0 menjadi salah satu topik sorotan di Indonesia pada awal tahun ini. Terlebih, roadmap industri 4.0 sudah mulai digaungkan pemerintah sejak awal tahun lalu.

Pemerintah pun mulai mendukung semua pihak, khususnya perusahaan dan startup yang bergerak di bidang teknologi, untuk masuk ke industri 4.0. Namun untuk bisa bergerilya ke era ini, tentu bukan perkara mudah bagi Indonesia.

Pasalnya, sumber daya manusia (SDM) menjadi tantangan besar yang dialami Indonesia saat ini untuk industri 4.0. Hal tersebut disampaikan oleh akademisi dan pengamat industri, Mari Elka Pangestu.

Dalam sesinya, Mari Elka membenarkan SDM menjadi salah satu tantangan pemerintah untuk bergerak ke revolusi industri 4.0. Apalagi, industri 4.0 membutuhkan SDM yang handal di bidang ilmiah dan teknologi.

"Indonesia sekarang menghadapi tantangan talent development untuk industri 4.0. Padahal kebutuhan lapangan akan SDM di bidang data scientist, coding, dan software development terus meningkat," ujar mantan Menteri Perdagangan periode 2004-2011 ini saat mengisi sesi di Algoritma Data Science Center, Jakarta, Rabu (27/2/2019).

Adapun pemicu tantangan ini, diungkapkan Mari Elka, dikarenakan rendahnya pengetahuan masyarakat tentang industri 4.0. Hal tersebut tentu menjadikan negara ini belum siap sepenuhnya untuk mengadopsi industri 4.0.

Wanita berkacamata ini juga mengungkapkan sejumlah upaya yang bisa dilakukan pemerintah untuk mendongkrak SDM lokal agar bisa melaju ke industri 4.0.

Pertama, adalah upaya reformasi kurikulum pendidikan formal berbasis STEAM (Science, Technology Art, Engineering, and Math).

Adapun yang kedua, sekolah kejuruan--khususnya di bidang ilmiah dan teknologi--juga harus lebih difokuskan agar menyerap lebih banyak SDM.

"Yang terakhir adalah menyeimbangkan talenta lokal dengan talenta asing, agar bisa sama-sama bersinergi untuk menciptakan ekosistem SDM di bidang ini," tutupnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya