Liputan6.com, Beijing - Kerja keras tak kenal lelah sudah lama menjadi salah satu kunci kesuksesan para pengusaha ternama. Miliarder terkaya di dunia seperti Jack Ma, Elon Musk dan Jeff Bezos masih bekerja keras mengelola bisnisnya.
Namun, tak semua orang tertarik bekerja tanpa mengenal waktu. Para miliarder yang sudah hidup bergelimang harta hobi bekerja tak kenal waktu, tetapi tren karyawan di seluruh dunia justru menuntut pemangkasan waktu kerja.
Advertisement
Baca Juga
Melansir laman Business Insider, Rabu (17/4/2019), miliarder asal China Jack Ma mengatakan, orang-orang yang bekerja 72 jam per minggu merupakan orang-orang yang 'diberkahi'. Tapi sejumlah pakar produktivitas dan karyawan di berbagai dunia justru menuntut hal yang sebalikya.
Ma baru saja mendapatkan sindiran dan kritik, setelah mengatakan jam kerja dari pukul 9 pagi hingga 9 malam selama 6 hari per minggu sebagai berkah tersendiri. Khususnya bagi para karyawan muda.
Meski ia mendorong karyawan untuk bekerja dengan rentang waktu tersebut, dalam blog yang berbeda ia mengatakan bahwa mendorong siapapun untuk bekerja lembur merupakan sikap yang tak manusiawi.
Banyak karyawan yang memiliki pandangan berbeda dengan Ma. Sebuah laporan dari South China Morning Post mengungkapkan bahwa para pekerja muda memiliki sedikit waktu di rumah setelah bekerja. Itu lantaran perjalanan pulang ke rumah membutuhkan waktu lama.
Tak hanya itu, setelah bekerja mereka juga mengaku tak punya cukup waktu untuk tidur.
Awal tahun ini, para karyawan di bidang teknologi juga memprotes pekan kerja '996' pada kode situs GitHub, di mana mereka memblokir sejumlah perusahaan termasuk Alibaba. Seluruh perusahaan tersebut dianggap memiliki budaya kerja dengan waktu berlebihan.
"Kami menghabiskan banyak waktu libur akhir pekan kami di kantor," tulis seorang karyawan China pada eksekutif senior di One Tencent Holdings.
Hak Karyawan Masih Dipandang Sebelah Mata
Saat ini hukum ketenagakerjaan China memang melarang perusahaan memaksa karyawannya bekerja lebih dari 40 jam per minggu di luar lembur. Sayangnya, banyak perusuahaan yang meminta karyawan menandatangani kontrak kesepakatan atas jam kerja yang fleksibel.
Sementara itu pada 2017, Swedia menguji jam kerja baru selama 30 jam per minggu. Hasilnya, masyarakat Swedia tercatat lebih bahagia dan jauh dari kata stres.
Perusahaan di Selandia Baru juga menemukan bahwa para pekerja menjadi lebih kreatif dengan bekerja selama 4 hari seminggu. Sebelumnya pun Jack Ma mendukung bekerja seperti, sampai kemudian sikapnya berubah dan mendukung kerja 12 jam selama enam kali seminggu.
Advertisement