Quick Count Pilpres 2019 Dorong Investor Asing Masuk ke Dalam Negeri

Hasil penghitungan cepat akan sangat berdampak dalam jangka pendek di pasar saham Indonesia.

oleh Bawono Yadika diperbarui 15 Feb 2024, 16:50 WIB
Diterbitkan 17 Apr 2019, 20:45 WIB
20151117-Pasar-Modal-Jakarta-AY
Peserta memantau monitor bursa saham pasar modal di Bursa Efek Jakarta, Selasa (17/11). Hal ini sejalan dengan salah satu inisiatif pemerintah melalui Bursa Efek Indonesia (BEI), yakni menambah jumlah investor pasar modal. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Hasil penghitungan cepat (quick count) sementara dimenangkan oleh pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 01 Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin. 

Analis PT Artha Sekuritas, Dennies Christoper Jordan menilai, hasil penghitungan cepat akan sangat berdampak dalam jangka pendek. Investor asing pun bakal masuk ke pasar saham Indonesia

"Saya rasa short term sangat berpengaruh. Terutama untuk investor asing ya. Mereka melihat kinerja Jokowi sejauh ini cukup baik jadi pasti mendorong optimisme investor untuk masuk ke pasar saham," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com, Rabu (17/4/2019).

Sementara itu, untuk efek jangka pendek, menurut dia, itu terlebih dahulu menunggu pengumuman hasil penghitungan resmi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU).

"Untuk jangka panjang mungkin lebih lihat ke hasil resmi KPU dulu ya. Di sisi lain ya kita harap kondisi politik dan masyarakat kondusif lah," ujar dia.

Baca juga:

Update real count pemilu 2024, di sini.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Menko Darmin: Investor Bakal Masuk Indonesia Usai Pilpres 2019

Menteri Koordinator Perekonomian, Darmin Nasution
Menteri Koordinator Perekonomian, Darmin Nasution saat menjadi pembicara dalam acara Bincang Ekonomi di Liputan6.com di SCTV Tower, Jakarta, Kamis (2/3). (Liputan6.com/Fatkhur Rozaq)

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution menyebutkan selesainya pemilihan presiden (pilpres) akan mengembalikan lagi kepercayaan investor pada kondisi perekonomian dan pasar di Indonesia.

Kendati demikian dia menyatakan selesainya pilpres yang dimaksud adalah sampai keluar pengumuman resmi siapa yang terpilih menjadi presiden apakah itu Jokowi ataukah Prabowo. Hal tersebut saat ini tengah ditunggu oleh para investor.

"Tentu akan membuat orang menjadi lebih pasti dan lebih jelas. tapi ya itu harus selesai dulu pemilunya benar-benar hasilnya maksud saya. Itu kemudian tentu saja akan membuat orang (investor) mengambil keputusan ya," kata Menko Darmin saat ditemui usai mencoblos di TPS 20 Kompleks Liga Mas, Pancoran, Jakarta Selatan, Rabu, 17 April 2019.

Mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) tersebut menegaskan meski ada aksi menunggu atau wait and see namun kondisi iklim investasi di Indonesia masih cukup bagus dan tidak mengalami masalah yang berarti sebagai dampak dari adanya pilpres tersebut.

Kondisi tersebut juga didukung oleh tingkat konsumsi yang bagus di dalam negeri atau domestik.

"Investasi sebenarnya masih oke, data kita menunjukkan masih bergerak antara 6,7 dengan 7 persen pertumbuhannya ya. Konsumsi rumah tangga juga masih oke, itu bergerak antara 5 - 5,1 persen," ujar dia.

Alami Perlambatan

Aktivitas di JICT
Aktivitas di JICT, Jumat (15/3). Menko Perekonomian Darmin Nasution, mengisyaratkan kekhawatirannya terhadap kinerja impor yang kendur pada Februari 2019, meskipun hal ini membuat neraca perdagangan RI surplus. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Sebelumnya, Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nawir Messi memperkirakan pertumbuhan investasi akan mengalami perlambatan di tahun ini. Salah satunya disebabkan oleh berlangsungnya Pemilihan Umum (Pemilu) serentak pada April 2019.

Menurutnya, penurunan investasi akan terasa pada semester I 2019. Pada periode ini, investor masih akan menunggu dan melihat kondisi Indonesia jelang pelaksanaan Pemilu.

"Saya kira kalau kita lihat semester I pasti tidak akan bergerak dengan baik. Tahun politik investor wait and see. Melihat apa yang terjadi setelah Pemilu," ujar dia di Jakarta, Kamis, 7 Februari 2019.

Dia menjelaskan, pergerakan investasi kemungkinan baru akan terasa di semester II atau pasca pelaksanaan Pemilu. Namun demikian, investor tetap akan melihat kondisi dalam negeri sebagai dasar untuk memutuskan investasi di Indonesia.

"Setelah pemilu saya kira investor akan melakukan decision, mau terus masuk atau tidak. Tapi kami harap semester II, mulai Juli ke depan akan ada perubahan-perubahan dalam iklim kita," kata dia.

Sementara itu, Direktur Wilayah I Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Agus Joko Saptono mengungkapkan, pihaknya masih optimis jika tahun politik tidak akan mengganggu pertumbuhan investasi. Terlebih di tahun ini, pelaksanaan Pemilu dinilai lebih lancar dan kondusif.

"Saya lihat bahwa tren akhir tahun (2018) ada reborn tapi saya lihat siklus dari tahun poltik tidak seperti di 2014 di mana pertumbuhan ekonomi di bawah tahun ini. Saya lihat situasi politik tidak sekontras yang 2014, ini lebih smooth," ungkap dia.

Selain itu, Agus juga menilai siapa pun yang nantinya terpilih memimpin Indonesia untuk periode 2019-2024, tetap memiliki perhatian besar terhadap investasi. Sehingga investasi tetap akan digenjot agar tumbuh lebih tinggi.

"Saya lihat dua kubu ini, punya komitmen investasi yang cukup tinggi. Siapa pun yang terpilih ini punya background sebagai pengusaha, saya yakin beliau-beliau akan aware terhadap bagaimana untuk segera meningkatkan investasi 2019," tandas dia.

 

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya