YLKI Minta Pemerintah Serius Tangani Kanker Agar Tak Jadi Bom Waktu

Potensi penyakit kanker di Indonesia sangat tinggi dan mengalami peningkatan dalam lima tahun terakhir.

oleh Liputan6.com diperbarui 03 Jun 2019, 18:30 WIB
Diterbitkan 03 Jun 2019, 18:30 WIB
Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi
Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi

Liputan6.com, Jakarta - Wafatnya Ani Yudhoyono karena serangan kanker darah pada Sabtu, 1 Juni 2019 lalu menyedot perhatian masyarakat. Beberapa hari sebelumnya, Ustadz Arifin Ilham juga menghembuskan nafas terakhirnya setelah berjuang melawan kanker.

Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi mengatakan, kasus kematian akibat penyakit kanker harus perhatikan serius pemerintah. Pasalnya potensi penyakit kanker di Indonesia sangat tinggi dan mengalami peningkatan prevalensinya dalam lima tahun terakhir.

"Lihatlah faktanya, jika pada hasil Riskesdas 2013 prevalensi penyakit kanker hanya 1,4 persen saja. Namun tragisnya pada hasil Riskesdas 2018, prevalensi penyakit kanker malah naik menjadi 1,8 persen. Jadi, ada bom waktu yang mengerikan terkait penyakit kanker di Indonesia," ujar dia di Jakarta, Senin (3/6/2019).

Menurut Tulus, data tersebut menjadi bukti jika masih ada masalah serius terkait perilaku hidup sehat masyarakat dan arah kebijakan kesehatan yang belum menyentuh hulu persoalan.

"Kalau arah kebijakan pembangunan kesehatan itu benar, maka seharusnya prevalensi penyakit menular itu turun, bukan malah naik. Termasuk prevalensi penyakit kanker," kata dia.

Oleh karena itu, lanjut Tulus, YLKI mendesak pemerintah untuk fokus pembangunan kesehatan untuk menekan tumbuhkembangnya penyakit tidak menular. Dan terbukti penyakit jenis ini menjadi beban yang paling dominan bagi defisit yang dialami BPJS Kesehatan.

"Jika kebijakan pemerintah tidak mendukung untuk menekan wabah penyakit tidak menular, maka prevalensi penyakit tidak menular seperti kanker, hanyalah bom waktu saja. Bom waktu bagi generasi emas yang digadang-gadang oleh pemerintah, dan kita semua," tandas dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Bos Kadin: Ibu Ani Punya Perhatian untuk Cerdaskan Bangsa

Ketika TKN Jokowi-Amin Ngobrol Bareng Bersama Generasi Muda
Wakil Ketua TKN Jokowi-Amin, Rosan Roeslani saat menjadi pembicara pada talkshow Kamis Kerja di Hub 86 Jakarta, Kamis (10/1). Talkshow mengusung tema Bisnis Tanpa Hutang, Emang Mungkin? dihadiri generasi muda. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Rosan Roeslani menyampaikan duka cita terhadap kepergian Ani Yudhoyono, istri Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Ia mendengar kabar duka tersebut saat berada di tanah suci Mekah menjalankan ibadah umrah.

"Saya mendengar kabar duka cita pada saat sedang di Mekah dalam menjalankan ibadah umrah dan segera mendoakan ibu Ani agar arwah beliau di terima di sisi Allah Swt dan diampuni segala kesalahannya," ujar Rosan saat dihubungi Liputan6.com, lewat pesan singkat, Sabtu (1/6/2019).

Rosan menuturkan, dirinya mengenal ibu Ani Yudhoyono sebagai sosok yang tangguh dan setia mendampingi Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono.

"Beliau mempunyai perhatian yang besar untuk mencerdaskan bangsa ini dan selalu terbuka terhadap semua pihak,” tutur dia.

Mantan Wapres Boediono: Ibu Ani Selalu dalam Kenangan Kami

Boediono
Wakil Presiden Boediono (Liputan6.com/ Miftahul Hayat)

Istri Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono, Ani Yudhoyonotutup usia pada Sabtu, (1/6/2019) usai berjuang melawan kanker. Ani meninggal dalam perawatan medis di National University Hospital, Singapura.

Ucapan duka cita dan belasungkawa pun berdatangan dari para tokoh, termasuk salah satu mantan wakil presiden Boediono.

Mantan wakil presiden (wapres) Boediono menyampaikan duka cita lewat twitter @boediono.

"Seorang Ibu Negara dan pendamping Presiden yang paripurna: aktif, cerdas, komunikatif, dan peduli. Ibu Ani selalu dalam kenangan kami," tulis Boediono dalam akun twitter tersebut, pada Sabtu pekan ini.

Boediono terpilih dalam pemilihan presiden 2009 bersama SBY. Ia menjabat sebagai wakil presiden sejak 20 Oktober 2009 hingga 20 Oktober 2014.

Sebelumnya, Ani Yudhoyono, istri Presiden ke-6 Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tutup usia di Singapura pada Sabtu, 1 Juni 2019.

Ani Yudhoyono telah berjuang melawan kanker darah kurang lebih selama empat bulan. Ibu dari dua putra ini sempat menjalani perawatan intensif di National University Hospital Singapura sejak 2 Februari 2019.

JK: Ani Yudhoyono, Pekerja Peduli Akan Kemajuan Ibu dan Anak Indonesia

Dialog Bersama Kaum Milenial Jokowi Di Mata Jusuf Kalla
Wapres Jusuf Kalla menjawab pertanyaan dari kaum muda millenial di komunitas Kamis Kerja, Jakarta, Kamis (21/3). Dialog tersebut untuk mengenal sosok Jokowi dari mata seorang JK yang telah mendampinginya 5 tahun terakhir. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Istri Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Ani Yudhoyono tutup usia pada pukul 11.50 waktu Singapura.

Ia meninggal dunia di National University Hospital, Singapura usai jalani perawatan medis dan berjuang melawan kanker darah.

Ucapan dukacita datang dari berbagai tokoh, termasuk Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) dan Mufidah JK.

Melalui juru bicaranya, Husain Abdullah. JK mengenang Ani Yudhoyono sebagai seorang pekerja keras. Selain itu, dia juga peduli akan kemajuan kaum ibu dan wanita serta anak-anak Indonesia.

"Sebagai first lady, Ibu Ani sangat membantu tugas-tugas kenegaraan dalam mendampingi Presiden SBY khususnya pada masa kebersamaan 2004-2009. Selain itu, juga dia seorang pekerja yang peduli utamanya memajukan kaum ibu dan wanita serta anak-anak Indonesia untuk maju,” ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu pekan ini.

Bagi JK dan ibu, menurut dia, berpulangnya Ani Yudhoyono menjadikan Indonesia kehilangan putri terbaik bangsa. "Semoga almarhum diberikan tempat yang lain di sisi Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT,".

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya