Harga Emas Tergelincir 2 Persen karena Data Pekerjaan AS yang Solid

Emas mencapai tertinggi dalam enam tahun di angka USD 1.438,63 per ons yang dibukukan pada minggu lalu.

oleh Arthur Gideon diperbarui 06 Jul 2019, 08:00 WIB
Diterbitkan 06 Jul 2019, 08:00 WIB
20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas turun 2 persen pada perdagangan Jumat dan merupakan penurunan mingguan pertama dalam tujuh pekan. Penurunan ini terjadi setelah data menunjukkan bahwa pertumbuhan pekerjaan AS membaik untuk periode bulan Juni.

Dengan adanya data ekonomi yang membaik tersebut, ekspektasi adanya penurunan suku bunga Bank Sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) mereda dan hal tersebut menekan harga emas.

Mengutip CNBC, Sabtu (6/7/2019), harga emas di pasar spot turun 1,2 persen menjadi USD 1.398,39 per ounce setelah mencapai titik terendah di USD 1.386,52 pada sesi sebelumnya. Harga logam mulia ini mengalami penurunan mingguan sekitar 1 persen, yang bisa menjadi yang terbesar sejak pertengahan April.

Sedangkan harga emas berjangka AS turun 1,4 persen menjadi USD 1.400,90 per ounce.

Angka nonfarm payrolls meningkat 224 ribu pekerjaan pada bulan lalu, angka terbesar dalam lima bulan terakhir. Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan data nonfarm payrolls hanya naik 160 ribu pekerjaan saja.

“Data pekerjaan AS mendorong semua tekanan pada harga emas sekarang. Angka-angka penggajian menghancurkan semua harapan. Itu dapat mengurangi urgensi untuk pemotongan Fed pada bulan Juli, ”kata Chris Gaffney, president world markets TIAA Bank.

Menambah tekanan pada harga emas, dolar AS melonjak ke puncak tertinggi dalam dua minggu terhadap sekeranjang enam mata uang utama dunia.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Prospek

20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Bagaimanapun, prospek harga emas masih tetap positif. Emas mencapai tertinggi dalam enam tahun di angka USD 1.438,63 per ons yang dibukukan pada minggu lalu. Saat ini, harga emas masih berada pada kisaran yang sama.

"Emas kemungkinan akan menemukan pembeli karena perlambatan pertumbuhan global akan membuat permintaan kuat untuk emas," Edward Moya, analis pasar senior di OANDA.

Emas sering dipandang sebagai investasi alternatif selama masa ketidakpastian politik dan keuangan.

Sementara itu, di India, konsumen emas terbesar kedua di dunia, harga emas mengalami lonjakan harga di lokal dan mencetak rekor tertinggi menyusul kenaikan bea masuk emas yang diterapkan pada Jumat waktu setempat.

Dalam catatan Capital Economics, dengan adanya kebijakan tersebut kemungkinan akan meningkatkan harga yang dibayar oleh konsumen.

"Meskipun telah mengantisipasi penurunan impor emas India tahun ini, melonjaknya harga dan tarif yang lebih tinggi menghadirkan tantangan tambahan pada permintaan."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya