Liputan6.com, Denpasar - Desa Wisata Taro berlokasi di Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar, Bali. Desa wisata ini merupakan salah satu desa tua di Bali yang menyimpan kekayaan budaya masa lampau.
Desa Wisata Taro merupakan destinasi eco-spiritual. Saat berkunjung ke sini, wisatawan akan melihat bagaimana tradisi, spiritualitas, dan keindahan alam berpadu.
Advertisement
Melalui nilai-nilai tersebut, desa wisata ini pun menyuguhkan keunikan warisan budaya dan kehidupan masyarakat pedesaan. Terdapat beragam keindahan alam dan budaya yang tersimpan di sini.
Advertisement
Baca Juga
Desa Wisata Taro ini dihiasi dengan keindahan alam yang masih hijau dan asri. Pepohonan rindang di sekitar membuat desa ini memiliki udara yang sejuk. Seperti desa wisata di Bali pada umumnya, rumah-rumah penduduk di sini juga memiliki ciri khas berupa rumah tradisional Bali.
Konon, keberadaan desa ini berkaitan erat dengan kedatangan seseorang yang sakti di masa lalu. Ia datang dari Jawa Timur ke Bali sekitar abad ke-8.
Mengutip dari berbagai sumber, desa wisata ini memiliki julukan Bhumi Sarwa Ada, yang artinya segalanya ada di desa. Sesuai namanya, segala sesuatu yang menarik ada di desa ini.
Salah satu daya tariknya adalah konservasi lembu putih Bali. Bahkan, Desa Wisata Taro menjadi satu-satunya desa di Bali yang memiliki taman konservasi lembu putih.
Lembu putih merupakan salah satu satwa yang disucikan dan dihormati di desa tersebut. Tak hanya dirawat dengan baik, lembu putih di kawasan tersebut juga kerap dilibatkan dalam upacara besar.
Konon, keberadaan lembu putih yang disucikan ini berkaitan erat dengan kedatangan Ida Rsi Markandeya di abad ke-7 dari Gunung Raung, Jawa Timur. Setelah menanam Panca Datu (lima jenis logam mulia yang biasanya ditanam sebelum membangun pura) di Pura Basukian, ia mulai merambah hutan dan mendirikan parhyangan Pura Agung Gunung Raung.
Lembu putih tersebut dibawa dari India sebagai sarana upacara Yadnya. Karena itulah, lembu putih disakralkan oleh masyarakat setempat.
Â
Unik
Terkait Pura Agung Gunung Raung, terdapat keunikan yang membedakan pura ini dengan pura lainnya. Umumnya, pura di Bali dibangun menghadap ke barat, tetapi pura ini menghadap ke timur.
Desa Wisata Taro juga menjadi tempat penangkaran kunang-kunang. Kunang-kunang tersebut berada di kawasan penangkaran yang akan menampilkan pemandangan indah saat malam hari.
Desa Wisata Taro juga memiliki destinasi wisata menarik bernama Semara Ratih, yakni kawasan hutan bambu yang terletak di lembah. Saat berkunjung ke sini, pengunjung akan berjalan turun di jalan setapak dan melihat relief Semara Ratih yang diukir di dinding.
Ada juga pancuran sumber mata air asli dan sungai yang dapat digunakan untuk melukat atau pembersihan diri. Wisatawan juga dapat menikmati tatanan rumah penduduk yang tertata rapi dengan aktivitas penduduk sebagai petani dan perajin emas, perak, patung, tenun, relief, hingga ukiran Bali.
Pada 2024, Desa Wisata Taro masuk ke dalam 100 besar Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI). Adapun pada agenda ASEAN Tourism Awards (ATA) di acara ASEAN Tourism Forum (ATF) 2025, Desa Wisata Taro mendapat penghargaan ASEAN Community-Based Tourism (CBT) Award.
Penulis: Resla
Advertisement