Liputan6.com, Jakarta - Stanley Black & Decker (SBD), perusahaan perkakas asal Amerika Serikat (AS), berpartisipasi di gelaran Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2019. Berlokasi di Hall 9 Booth No S53-S58, SBD menghadirkan berbagai produk tools anyar berteknologi tinggi yang dapat membantu industri serta para pecinta dunia otomotif.
SBD akan membawa semua produk unggulan Stanley, Dewalt, Black + Decker, khususnya produk perkakas otomotif. Selain itu, SBD juga menghadirkan produk yang baru saja diluncurkan, yakni coffee maker digital.
“Di ajang GIIAS kali ini, kami lauching polisher baru dari Stanley SP137,” ucap Country Director Stanley Black & Decker Indonesia, King Hartono Hamidjaja di Convention Exhibition (ICE) BSD City, Tangerang Selatan, Banten, Kamis (18/7/).
Advertisement
Baca Juga
King menambahkan, untuk semakin menarik minat para pecinta dunia otomotif, SBD pada ajang GIIAS kali ini juga memberi sejumlah promo menarik antara lain diskon Crazy Sale up to 73 persen dan Flash Sale discount Up To 92 persen. Berbagai promo itu bisa didapatkan jika konsumen datang langsung ke booth SBD.
“Sebagai perusahaan peralatan (tools) global, kami selalu memberi nilai lebih kepada para pelanggan. SBD saat ini juga sudah memiliki service center di seluruh Indonesia, dengan berbagai showroom yang ada di Jawa Tengah, Jakarta dan Surabaya,” tegas King.
Seiring perkembangan positif dunia otomotif nasional, SBD ingin turut berkontribusi agar industri otomotif nasional semakin berkembang. Sekaligus, melalui GIIAS 2019, para pecinta dunia otomotif, semakin kenal dengan berbagai pilihan produk berkualitas tinggi milik SBD.
King mengungkapkan, kehadiran SBD di GIIAS 2019 menjadi bukti perusahaan selalu hadir dan turut berkontribusi di tengah-tengah perkembangan industri nasional. Sebagai produsen peralatan, SBD komitmen menghadirkan produk yang dapat menunjang perkembangan dunia otomotif, baik dari level industri, perbengkelan, hingga tools yang dapat digunakan untuk konsumen atau pehobi dunia otomotif dalam sehari-hari.
King menjelaskan, para pemilik kendaraan baik roda dua maupun empat, sudah seharusnya memiliki tool kit, karena merupakan perkakas teknik yang memudahkan untuk membuka, memperbaiki, maupun mengencangkan baut, atau hal-hal lain yang sifatnya mekanis.
"Berbagai produk tools milik SBD sudah teruji, harga bersaing dengan standar internasional, serta melewati quality control sehingga kualitasnya terjamin ketika digunakan konsumen, para pecinta dunia otomotif," ungkap King.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Industri Logam Jadi Kunci Jalannya Perindustrian Mesin Perkakas
Wakil Ketua Komisi VI DPR RI, Azam Azman Natawijana meminta Kementerian Perindustrian untuk membuat persiapan secara matang agar industri logam dan baja nasional mampu menghadapi persaingan perdagangan internasional. Pasalnya dua industri tersebut saat ini dinilai belum mampu menghadapi persaingan perdagangan internasional.
"Pemerintah perlu mempersiapkan. Pemerintah harus menyiapkan road map industri baja, industri logam," pinta Azam, di Ruang Sidang Komisi VI Nusantara I, Rabu (12/10) sore, setelah Komisi VI DPR menyelenggarakan Rapat Dengar Pendapat Umum dengan Ketua Asosiasi Industri Mesin Perkakas Indonesia (ASIMPI).
Dalam rapat ini Komisi VI ingin meninjau kembali perjanjian perdagangan internasional yang tertulis dalam enam surat dari Presiden RI Joko Widodo. Pihaknya ingin mempertimbangkan rencana tersebut dengan mendengar masukan dari ASIMPI.
Setelah berdialog dengan Ketua Umum ASIMPI Rudy Andriyan, Azam menyatakan ASIMPI tak bisa berbuat banyak ketika industri logam nasional tidak tumbuh. Karena jalannya perindustrian mesin perkakas bergantung dari ketersediaan logam nasional. "Industri ASIMPI tidak bisa berbuat apa-apa mana kala industri logam kita tidak tumbuh," ungkap Azam.
Azam menjelaskan kebijakan industri logam ada di tangan pemerintah, regulasi, kesempatan berusaha ditentukan oleh Kementerian Perindustrian. Terlebih lagi peta kerja dan rencana strategis perindustrian nasional menjadi kewenangan pemerintah. Industri logam menjadi kunci pertumbuhan industri mesin perkakas.
"Pemerintah bertanggung jawab menciptakan tumbuh industri logam di Indonesia. Industri logam itu hulu, induk dari segala industri," jelas Azam.
Komisi VI menargetkan, Indonesia tidak hanya sekadar menjadi pasar saja, tapi harus memiliki visi menjadi produsen. Dengan menjadi produsen akan meningkatkan perekonomian nasional, menyerap tenaga kerja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat. "Jangan kita hanya menjadi demand saja, menjadi pasar, kita harus menjadi produsen," tandas Azam.
Lebih lanjut politisi FPD ini mengatakan, DPR bertanggung jawab mempertanyakan tentang policy di Kementerian Perindustrian. Sejauh mana mengembangkan industri-industri logam. Azam mengatakan Indonesia tidak cukup hanya menjadi negara agraris saja. Tapi juga harus memiliki pendapatan negara di bidang Industri.
Advertisement
Industri Mesin dan Perkakas Lokal Minta Dukungan Pemerintah
Pasar produk permesinan dan perkakas di dalam negeri diproyeksi akan terus mengalami pertumbuhan. Hal ini sejalan dengan program pemerintah yang mendorong pembangunan infrastruktur di segala bidang.
Namun sayangnya, pemenuhan kebutuhan produk permesinan dan perkakas di dalam negeri belum mampu dilakukan sepenuhnya oleh industri lokal. Terlihat dari nilai impor produk permesinan dan perkakas yang mengalami kenaikan setiap tahunnya.
Ketua Asosiasi Industri Mesin Perkakas Indonesia (ASIMPI) Rudy Andriyana mengatakan, pada 2014 lalu, impor produk permesinan dan perkakas Indonesia mencapai US$ 1,3 miliar. Sedangkan pada tahun ini diperkirakan akan melonjak menjadi US$ 1,5 miliar.
Nilai impor di 2014 US$ 1,3 miliar. Di 2015 sampai dengan Agustus itu US$ 700 juta. Pada tahun ini mungkin bisa naik menjadi US$ 1,5 miliar. Jadi pasar kita memang besar sekali," ujarnya di Jakarta, Senin (28/3/2016).
Menurut Rudy, besarnya arus produk permesinan dan perkakas impor yang masuk ke Indonesia sebenarnya tidak perlu dihadang. Namun, pemerintah harus bisa membujuk produsen dari produk-produk tersebut untuk mau berinvestasi di dalam negeri dan bekerjasama dengan industri lokal.
"Produk perkakas dari asing itu sebenarnya tidak perlu dilawan, tapi dicari cara bagaimana bisa berkontribusi besar di dalam negeri dengan membuka pabrik. Kalau belum bisa bangun merk lokal kita bisa bangun secara bertahap. Kita sedang berjuang membangun industri ini baik membangun merek sendiri atau bekerjasama dengan investor," kata dia.
Sementara itu, Ketua Gabungan Asosiasi Permesinan dan Pengerjaan Logam (GAMMA) Dadang Asikin mengatakan, agar dapat mendorong investasi di sektor permesinan dan perkakas di dalam negeri, maka membutuhkan dukungan dari pemerintah, dalam hal ini Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan dan Kementerian Keuangan.
Dukungan tersebut, lanjut Dadang, bisa berupa penurunan bea masuk bahan baku, penurunan pajak pertambahan nilai (PPN) produk dan penunjukan kontraktor-kontraktor lokal dalam proyek pembangunan infrastruktur yang tengah digenjot oleh pemerintah. Jika proyek-proyek tersebut dikerjakan oleh pihak lokal, maka otomatis juga akan mengajak industri di dalam negeri dalam memproduksi komponen dan permesinannya.
"Market permesinan dan perkakas kita ini tergantung dari pembangunan industri dan EPC (engineering, procurement and construction) lokal. Ini sangat berpengaruh terhadap penyerapan industri lokal. Misalnya jika proyek 35 ribu MW itu dikerjakan oleh kontraktor lokal, sudah pasti anggota Gamma pasti diajak. Tapi saat EPC-nya itu Korea dan China agak sulit," kata dia.
Selain itu, untuk menarik investor di industri permesinan dan perkakas juga dapat dilakukan melalui penyelenggaraan pameran di dalam negeri. Salah satu pameran permesinan dan perkakas yang akan digelar pada tahun ini yaitu Indonesia Hardware Show (IHS) 2016.
Pameran yang akan digelar untuk kedua kalinya ini akan berlangsung pada 28-30 September 2016 di Jakarta International Expo (JIExpo) Kemayoran. Pameran ini akan menampilkan produk-produk permesinan dan perkakas dengan inovasi teknologi terkini baik lokal maupun internasional.
Melalui ajang pameran ini diharapkan akan menjadi wadah bagi investor yang ingin mengetahui kondisi pasar di Indonesia. Selain itu, melalui ajang ini produk permesinan dan perkakas Indonesia bisa unjuk gigi di depan para buyer internasional.