Industri Otomotif Akui RI Masih Tertinggal Pakai Bahan Bakar Ramah Lingkungan

Salah satu upaya untuk menekan polusi udara oleh kendaraan diperlukan bahan bakar yang ramah lingkungan.

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Jul 2019, 20:20 WIB
Diterbitkan 02 Jul 2019, 20:20 WIB
20150908-Mobil Berbahan Bakar Gas-Jakarta
Salah satu mobil operasional berbahan bakar gas di area kantor Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap, Bekasi, Selasa (8/9/2015). BBG dinilai lebih ramah lingkungan dibandingkan bahan bakar bensin dan diesel. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Belakangan ini dunia maya ramai memperbincangkan pencemaran udara di Jakarta yang sempat mencapai titik terburuk. Hal ini juga mendapatkan tanggapan dari produsen otomotif tanah air.

Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), Yohannes Nangoi menuturkan, salah satu upaya untuk menekan polusi udara oleh kendaraan diperlukan bahan bakar yang ramah lingkungan. Bahan bakar ramah lingkungan, kata dia, tak lain bahan bakar Euro 4.

"Betul mobil menghasilkan polusi. Tapi sejak tahun lalu dimana kita telah mengumumkan yang namanya Euro 4 itu tentunya polusi bisa kita tekan. Tapi kembali, polusi itu dihasilkan oleh mobil dikarenakan bahan bakarnya yang juga bermasalah," kata dia, di Jakarta, Selasa (2/7/2019).

Dia mengakui, Indonesia memang masih tertinggal dalam hal penggunaan bahan bakar ramah lingkungan.

"Untuk kendaraan diesel kita masih Euro 2 untuk bensin kita sudah (pakai) Euro 4, tapi yang menggunakan euro 4 masih sedikit. Sedangkan sebagian besar masih di bawah euro 4. Ini tentu kita perlu dari pemerintah memberikan bahan bakar yang lebih bersih, tapi tentunya ada dampak pada kenaikan harga. karena pasti lebih tinggi," ungkapnya.

Pemerintah, kata dia, pun sudah berupaya menekan polusi udara dengan cara mendorong penggunaan Euro 4. Namun, sejauh ini implementasi dari hal tersebut masih minim.

"Permasalahannya apakah semua sudah Euro 4 ini kita masih belum tahu. tanya ke Pak Jonan, apakah sudah mengeluarkan semua bahan bakarnya Euro 4 atau tidak. Apalagi kendaraan diesel Euro 4 berlaku nanti Maret 2021," ujar dia.

"Pemerintah telah mengupayakan perbaikan polusi dengan naik ke teknologi tinggi dengan menggunakan bahan bakar yang lebih bersih sehingga paling tidak polusi yang dihasilkan kendaraan bermotor bisa kita tekan," imbuhnya.

Industri otomotif, tegas dia, akan terus mendukung berbagai program pemerintah agar polusi udara dapat ditekan.

"Kami sangat mendukung pemerintah untuk mengimplementasikan bahan bakar ramah lingkungan. Tapi tentu harus ada dua hal kendaraan yang secara teknologi adalah, pertama mobil Euro 4 compliance kedua bahan bakar harus Euro 4. Kami hanya konsentrasi pada menghasilkan kendaraan yang Euro 4 compliance," tandasnya.

 

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Aturan Kendaraan Ramah Lingkungan Bakal Segera Keluar

Booth Honda di GIIAS 2017
Booth Honda di GIIAS 2017

Sebelumnya, hingga kini pemerintah terus mempersiapkan peraturan kendaraan ramah lingkungan atau Low Cost Electic Vehicle (LCEV). Peraturan LCEV ini diharapkan dapat mendorong industri otomotif untuk menghadirkan produk-produk ramah lingkungan.

Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) Yohannes Nangoi mengatakan, sebagai industri pihaknya tentu tengah menunggu aturan tersebut.

"Tanyanya jangan ke saya. Saya bukan pembuat aturan. Tapi pemerintah lagi berjuang," kata dia, di Jakarta, Selasa, 2 Juli 2019.

Dia pun enggan memberi komentar jauh terkait waktu persis aturan tersebut keluar. Namun, dia mengatakan berdasarkan informasi yang dia terima, aturan terkait LCEV akan keluar dalam waktu dekat.

"Sampai detik ini belum keluar, tapi yang kami dengar, mudah-mudahan sebelum GIIAS sudah bisa keluar," ujarnya.

Pihaknya pun akan terus berkomunikasi dengan pemerintah, dalam hal ini Kementerian Perindustrian untuk memastikan keluarnya aturan itu.

"Cuma nanti kita lihat, hari Kamis atau Jumat rencananya kami akan kunjung lagi ke Kementerian Perindustrian, mudah-mudahan Pak Airlangga (Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto) bisa menerima kami, karena sudah dijadwalkan. Kita akan menanyakan lagi," ujar dia.

 

Investasi Kendaraan Listrik, Gaikindo Sambut Pabrikan yang Masuk ke Indonesia

Pameran otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) Surabaya 2019
Pameran otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) Surabaya 2019

Sebelumnya, peraturan pemerintah (Perpres) terkait kendaraan ramah lingkungan, seperti mobil listrik, hybrid, plug-in hybrid, dan energi terbarukan masih digodok pemerintah. Nantinya, jika payung hukum terkait masalah tersebut sudah resmi, bakal ada insentif fiskal dan infrastruktur agar pelaku industri otomotif tertarik untuk berinvestasi.

Bahkan, dikabarkan beberapa pabrikan sudah berminat untuk melakukan investasi terkait produksi mobil emisi rendah ini. Tidak hanya jenama yang sudah bercokol di Indonesia, tapi juga merek yang benar-benar baru, dan salah satunya BYD. 

Menaggapi hal tersebut, Ketua Umum Gaikindo, Yohannes Nangoi menyambut baik rencana investasi tersebut. Pasalnya, hal ini sesuai dengan harapan pemerintah Indonesia, untuk menjadi otomotif sebagai salah satu industri yang diandalkan untuk mengangkat investasi dan ekspor dari Tanah Air.

"BYD itu memang sangat terkenal di Cina, dan lebih mengutamakan kendaraan-kendaraan dengan tenaga listrik. Saya dengar memang ingin masuk ke Indonesia, tapi secara konkret kita belum mendapatkan data apa-apa," jelas Nangoi saat berbincang dengan wartawan beberapa waktu lalu di Jakarta.

Lanjut Nangoi, BYD sendiri memang sudah hadir di Indonesia, dan digunakan untuk armada taksi listrik Bluebird serta bus listrik untuk Transjakarta. Namun, memang masih diimpor, karena belum produksi lokal.

"Belum ada industrinya di Indonesia, jadi masih didatangkan secara impor," tegasnya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya