Liputan6.com, Jakarta - Bencana mati listrik yang menimpa Ibu Kota dan sekitarnya membuat mantan Direktur Utama PLN dan mantan menteri BUMN Dahlan Iskan turut menyuarakan opininya.
Dalam catatan hariannya yang berjudul "Sengon 1 Triliun", Dahlan menyebutkan alasan logis kenapa mati listrik bisa terjadi. Dua jalur SUTET yang mengirim listrik dari Jawa Timur ke Jakarta (jalur tengah dan jalur utara) dan sekitarnya sama-sama tidak dapat digunakan. SUTET tengah sedang perbaikan, SUTET utara tersenggol pohon sengon.
"Hari Minggu ada perbaikan SUTET jalur tengah. Di timur Tasikmalaya. SUTETnya dimatikan. Dengan pertimbangan sangat rasional: pada hari Minggu beban listrik di sekitar Jakarta turun drastis. Cukup dilayani jalur utara," ujarnya.
Advertisement
Akhirnya, arus listrik jadi kacau balau.
Karena hal ini, Dahlan jadi teringat akan pasukan khusus PLN yang dulu pernah dibentuk untuk memelihara SUTET tanpa harus mematikan sistem.
Baca Juga
"Ada pertanyaan kecil: ke mana pasukan Kopassusnya P2B? Yang dibentuk dulu itu? Yang bisa memelihara SUTET tanpa harus mematikan sistem itu?," tulisnya.
Dahlan menambahkan, pasukan ini punya pekerjaan khusus, dengan baju khusus dan kemahiran khusus. Namun sebelum bencana mati listrik terjadi, pasukan ini tidak kelihatan batang hidungnya.
Selain itu, PLN punya departemen khusus yang dinamakan P2B. Isinya, ahli listrik yang mengatur seluruh sistem listrik di Jawa. Dahlan menyebutnya "otak"nya listrik.
P2B, dinilai Dahlan, perlu terus berkoordinasi setidaknya setiap tiga bulan untuk mengevaluasi perkembangan sistem listrik di Jawa.
Lagi-lagi, Dahlan mempertanyakan kelangsungan rapat evaluasi tersebut.
"Adakah rapat itu masih ada? Atau sudah ditiadakan? Rapat-rapat P2B tidak boleh dianggap rapat biasa --yang bisa dihapus demi penghematan. Demi laba," tuturnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kompensasi Listrik Padam, PLN Kucurkan Rp 865 Miliar
Direktur Bisnis Regional PLN Jawa Bagian Barat, Haryanto WS mengaku sudah menyelesaikan hitung-hitungan terkait kompensasi yang akan diberikan kepada masyarakat akibat insiden pemadaman listrik terjadi di wilayah Jawa Barat, DKI dan Banten pada Minggu lalu.
Dia mengungkapkan, secara total dari jumlah pelanggan yang terdampak jumlah ganti rugi yang diberikan PLN yakni mencapai ratusan miliar rupiah.
"Jumlah pelanggan yang terdampak yang kami hitung adalah sekitar 22 juta pelanggan di Jawa barat DKI dan Banten, dan itu sudah kami mulai hitung mengenai kompensasinya sesuai dengan ketentuan yang berlaku, kurang lebih Rp 865 miliar," katanya saat ditemui di Kementerian Perdagangan, Jakarta, Selasa (6/8).
"Dan Insya Allah nanti kita akan langsung berikan kompensasi itu pada rekening Agustus yang dibayarkan bulan September," tambahnya.
Hariyanto menyampaikan kompensasi yang diberikan pihaknya sesuai dengan Tingkat Mutu Pelayanan (TMP). Di mana, dalam hal ini tidak dihitung berdasarkan lamanya gangguan melainkan yang dikenakan TMP adalah apabila melampaui di atas 10 persen.
"Jadi begitu melampaui 10 persen kita langsung bayar kompensasinya. Jadi aturannya tidak berdasarkan lamanya padam. Tapi bila melampaui 10 persen dari TMP itu akan dibayar kompensasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku" jelasnya.
Â
Advertisement
Bukan dari APBN
Adapun anggaran yang akan digunakan untuk kompensasi tersebut merupakan murni dari perusahaan. Baik itu, melalui khas perseroan maupun menggunakan dana belanja modal untuk tahun ini atau capex.
Di samping itu, dia menambahkan untuk kondisi listrik di daerah yang telah berdampak sebelumnya kini sudah kembali normal. Dia berharap, kejadian ini tidak akan terulang kembali.
"Kami tetap siaga mengantisipasi segala kemungkinan listrik yang sudah menyala ini tidak terjadi gangguan berikutnya baik lokal maupun sistem yang besar yang lain," pungkasnya.