Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi menargetkan, proses pengerjaan proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya dapat selesai paling lambat selama 3 tahun, atau rampung pada 2023.
Adapun tahapan awal proyek dengan pembukaan jalur sendiri direncanakan dimulai pada 2020 mendatang. Sementara untuk saat ini baru memasuki proses studi kelayakan atau Feasibility Study (FS).
"Lagi FS. Jadi FS kita akan selesaikan sampai pertengahan tahun depan. Pertengahan tahun depan baru akan mulai dibangun," jelas Menhub Budi di Kota Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu (10/8/2019).
Advertisement
Baca Juga
Dia juga mengatakan, proses penandatanganan nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) dengan Japan International Cooperation Agency (JICA) baru akan dilaksanakan selepas hari raya kemerdekaan nanti pada 17 Agustus 2019.
"Kita akan MoU nanti mungkin tanggal 22-23 Agustus ini," ujar dia.
Sebagai informasi, kecepatan rata-rata kereta cepat Jakarta-Surabaya diperkirakan sekitar 140-145 km per jam. Adapun kecepatan maksimum yang bisa ditempuh yakni hingga 160 km per jam.
Dengan demikian, waktu tempuh Jakarta-Surabaya bisa dipangkas sampai menjadi 6,5 jam. Rencananya, kereta ini dalam sehari akan melakukan perjalanan pulang-pergi dari Ibu Kota ke Kota Pahlawan sebanyak dua kali.
Lebih lanjut, Menhub Budi memproyeksikan, pengerjaan kereta cepat Jakarta-Surabaya bisa selesai paling lambat pada 2023 mendatang. "Ini (proses pengerjaan) sekitar 2-3 tahun. (Paling telat 2023?) Iya," pungkasnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kereta Semi Cepat Jakarta-Surabaya Bakal Dibangun Tengah Tahun Ini
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) terus melanjutkan negosiasi dengan pihak Jepang mengenai rencana pembangunan kereta semi cepat Jakarta-Surabaya. Dikatakan kereta semi cepat dikarenakan kecepatan tempuhnya sekitar 140 km per jam.
Menteri Perhubungan RI Budi Karya Sumadi menjelaskan, ada beberapa poin yang tengah dinegosiasikan dengan Jepang seperti soal harga dan peningkatan local content.
"Jadi memang perdebatannya tidak mudah, kalau dulu konsep lokal kontennya 70:30, kita sedang tingkatkan 60:40," kata Menhub saat berbincang dengan Liputan6.com, Jumat (1/2/2019).
Selain itu, negosiasi yang dilakukan juga soal peningkatan jumlah pekeja lokal dan juga mengenai nalai investasi. Menhub memeprkirakan proyek ini membutuhkan dana sekitar Rp 90 triliun.
"Prosesnya sekarang sedang finalisasi dengan Jepang dan dia sedang atur mengenai angkanya sehingga pertengahan tahun ini kita akan mulai (konstruksi)," tegas dia.
Mengenai pembangunannya, Menhub mentargetkan keret semi cepat ini bisa selesai dalam tiga tahun ke depan.
Meski Jakarta-Surabaya saat ini sudah tersambung jalan tol, namun menurut Menhub kereta semi cepat ini dinilai masih layak.
"Masih layak, karena Jakarta-Surabaya dengan kecepatan 140 km/jam itu bisa ditempuh 5,5 jam. Ini juga nantinya bisa menambah pilihan kepada masyarakat untuk bepergian," pungkas dia.
Advertisement
Mesin Bor Raksasa Tiba, Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung Dikebut
Pelaksanaan Konstruksi Proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung dikebut dengan hadirnya Tunnel Boring Machine (TBM) yaitu alat bor yang didatangkan khusus dari Negeri Tirai Bambu dan telah mendarat di Lokasi Tunnel #1 Halim Km 3+600, Jakarta.
TBM KCJB tersebut berangkat dari Zhanghuabang Wharf, Shanghai, China, dengan kapal 'Phoenix Pine' ke Tanjung Priok.
Proses administrasi dan pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh Bea dan Cukai Kantor Pelayanan Utama, Tanjung Priok, mendukung tibanya TBM di lokasi Tunnel #1 Halim dengan tepat waktu.
“Tunnel Boring Machine ini nantinya mampu membuat terowongan untuk dua jalur kereta cepat sehingga saya yakin, progres pembangunan kereta cepat yang ditargetkan 60 persen dapat tercapai,” tegas Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) Chandra Dwiputra, Kamis (31/1/2019).
Metode Shield Tunneling dengan Tunnel Boring Machine di Tunnel #1, Tunnel boring machine super besar yang berbobot 3.649 ton dengan diameter 13,19 m dan panjang mencapai 105 m ini akan beroperasi di daerah Halim.
Cara kerja mesin bor ini menggunakan Metode Shield Tunneling untuk pengerjaan konstruksi terowongan sepanjang 1.885 m yang merupakan bagian dari 22 titik penting pekerjaan konstruksi KCJB.
Pengerjaannya menggunakan metode Shield Tunneling dikarenakan titik kritis ini berlokasi di Km 3+600 melewati jalan tol Cikampek dan overpass jalan arteri Jatiwaringin yang notabene merupakan titik terpadat mobilisasi warga Jakarta ke daerah Bekasi dan Bandung.