Pembangunan Kereta Cepat Ditargetkan Capai 50 Persen Tahun Ini

Proses pelepasan lahan untuk lintasan kereta cepat Jakarta-Bandung pun sudah selesai dan sudah dalam tahap pembangunan.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 07 Agu 2019, 12:15 WIB
Diterbitkan 07 Agu 2019, 12:15 WIB
Kereta Cepat Jakarta-Bandung akan menggunakan kereta cepat generasi terbaru, CR400AF. (Dok PT KCIC)
Kereta Cepat Jakarta-Bandung akan menggunakan kereta cepat generasi terbaru, CR400AF. (Dok PT KCIC)

Liputan6.com, Jakarta - Proses konstruksi kereta cepat Jakarta-Bandung diperkirakan mencapai 50 persen pada tahun ini. Pelepasan lahan untuk lintasan kereta pun sudah selesai dan sudah dalam tahap pembangunan. Sisa pembebasan 2,7 persen hanya untuk fasilitas penunjang.

"Sisa pembebasan tanah itu tinggal 2,7 persen. Itu tidak perlu diselesaikan di depan, karena 2,7 persen itu terdiri fasos dan fasum dari area yang kena lintasan yang harus dipindahkan," ujar Direktur Utama PT Wijaya Karya (Persero) tbk Tumiyana pada acara Ngopi BUMN di gedung Kementerian BUMN, Rabu (7/8/2019),

Seperti diketahui, target selesai kereta cepat yaitu di 2021. Pada kuartal II 2021 (April-Juni) kereta cepat sudah mulai uji coba selama tiga sampai empat bulan sebelum beroperasi secara penuh.

Sejauh ini kereta cepat sudah terbangun 27 persen. Target akhir tahun ini, konstruksi yang selesai adalah sebesar 49 persen hingga 50 persen.

Kapasitas angkut kereta cepat adalah 109 ribu penumpang per hari, sementara waktu lewat antar kereta adalah 30 menit. Jadwal pengoperasiannya adalah pukul 05.00 pagi sampai 22.00 malam dengan total 102 kereta per hari.

Tumiyana juga menyatakan, para penumpang nantinya bisa menikmati kota-kota baru yang dikembangkan sepanjang jalur kereta cepat, seperti di daerah Walini dan Tegalluar. Walini di Kabupaten Bandung Barat bahkan akan menghadirkan theme park dan tempat-tempat menarik untuk hang out.

"Salah satu yang terbesar adalah Walini. Walini itu besarannya 1.270 hektar. Di Tegalluar kira-kira sekitar 350 hektar dan di Halim itu 200 hektar," ujar Tumiyana.

Dari segi properti, empat titik tempat transit kereta cepat, yakni Halim, Karawang, Walini, dan Tegalluar, diperkirakan akan memberi revenue sebesar Rp 288 triliun dengan laba sekitar Rp 78 triliun. Potensi ekonomi yang besar pun membuat Tumiyana yakin investasi kereta cepat akan menguntungkan, karena laba dari pengembangan kota-kota baru sudah tinggi dan itu pun belum ditambah keuntungan dari penjualan tiket.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Tumbuhkan Pusat Ekonomi Baru

IBD Expo dan Banking Expo 2017
Pengunjung melihat miniatur kereta cepat di pameran Indonesia Business and Development Expo (IBD Expo) di Jakarta, Rabu (20/9). Pameran IBD Expo berlangsung dari 20-23 September 2017. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pemerintah dalam waktu dekat ini banyak mengembangkan proyek pembangunan jalur transportasi baru di wilayah Jakarta Raya dan sekitarnya.

Seperti pemanjangan rute Trans Jakarta, pengembangan ruas tol baru, proyek Light Rail Transit (LRT) Jabodebek, Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta, hingga Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB).

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengatakan, pembangunan jalur transportasi baru tersebut akan bersifat jangka panjang demi pengembangan kawasan ekonomi baru di sekitar.

"Dampaknya ada tapi jangka panjang, karena infrastruktur perlu ditunjang dengan pembangunan pusat-pusat ekonomi baru disertai perluasan kawasan industri di Jawa Barat. Baru multiplier effectnya signifikan," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com, Minggu (19/5/2019).

Seperti diketahui, pemerintah bersama badan usaha memang tengah gencar mengembangkan jalur transportasi baru di kawasan Jabodetabek dan sekitarnya.

Seperti beberapa pengerjaan proyek ruas tol tambahan, semisal Tol Depok-Antasari (Desari), Cinere-Jagorawi (Cijago), hingga Tol Layang Jakarta-Cikampek II (Japek Elevated).

Ridwan Kamil Ingin Kereta Cepat Tersambung ke Bandara Kertajati

Melihat Pameran Alat Transportasi di JIExpo Kemayoran
Model berpose di sisi miniatur kereta cepat saat pameran INAPA 2017 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Rabu (29/3). Pameran ini berlangsung di Hall B1 JIExpo Kemayoran. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil memberi gagasan agar kereta cepat tersambung ke Bandara Kertajati, Majalengka. Ini dimaksud mendukung kegiatan ekonomi di zona Cirebon, Majalengka, Subang (Rebana).

"Pemprov Jabar mengusulkan agar kereta cepat dilanjut 60 km ke Bandara Kertajati di kawasan special economic zone REBANA," ujar Ridwan Kamil lewat akun Instagram resminya.

Sang Gubernur menyebut proses pembangungan kereta cepat akan selesai 60 persen pada akhir tahun ini. Pada akhir 2020, proyek ini akan selesai 100 persen.

Kereta cepat pun disebut bisa mempersingkat jarak tempuh Jakarta-Bandung menjadi kurang dari satu jam, yakni 40 menit saja.

Proyek kereta cepat juga dilakukan secara business-to-business (B2B) sehingga tidak membebankan APBN. Selain itu, proyek ini juga menyerap tenaga kerja lokal dan menghasilkan kawasan kota baru.

"Dengan hadirnya jalur kereta cepat pertama di Asia Tenggara ini, maka akan hadir 4 kawasan kota baru (Halim, Karawang, Walini dan Tegal Luar)," ujar Ridwan Kamil.

Ia pun berkata sekitar 3-5 juta lapangan kerja akan muncul di kawasan tersebut. Para generasi Z pun bisa menikmati pekerjaan di area tersebut.  

Studi Kelayakan Proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Mulai Juni 2019

Kereta Cepat Jakarta-Bandung akan menggunakan kereta cepat generasi terbaru, CR400AF. (Dok PT KCIC)
Kereta Cepat Jakarta-Bandung akan menggunakan kereta cepat generasi terbaru, CR400AF. (Dok PT KCIC)

Perjalanan panjang proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya akan memasuki babak baru. Japan International Cooperation Agency (JICA) akan segera melakukan tahap Studi Kelaikan atau feasibility study (FS) setelah sebelumnya melakukan tahap Pra feasibility study pada tahun lalu.

Chief Representative JICA Indonesia Office Shinichi Yamanaka mengungkapkan, JICA akan segera melakukan feasibility study pada Juni.

"Untuk proyek itu nanti baru akan dimulai studinya. Feasibility study itu baru akan nanti dimulai Juni nanti, Juni tahun ini," kata dia saat ditemui di Gedung Bappenas, Jakarta, April lalu. 

Proses Studi kelayakan tersebut akan berlangsung kurang lebih selama satu hingga satu tahun setengah. Artinya, proses tersebut baru akan selesai di 2020. "Kira-kira sampai satu setengah tahun," ujarnya.

Keputusan JICA akan menjadi investor mayoritas atau tidak bergantung pada hasil studi kelayakan tersebut. "Nanti baru akan dipertimbangkan setelah keluar hasil feasibility study," kata dia.

Sebelumnya, proyek kereta semi cepat Jakarta-Surabaya sempat dikabarkan akan menelan biaya sebesar Rp 60 triliun. Namun kata dia, angka tersebut bisa saja berubah bergantung hasil dari studi kelayakan nanti.

Sementara itu, jika feasibility study sudah selesai, maka proses selanjutnya yaitu melakukan tender. "Biasanya setelah itu akan ada pembuatan detail desain, terus setelah itu baru pemilihan tender kontraktor dan konsultan," tutupnya. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya