Pelemahan Rupiah Masih Dipengaruhi Sentimen Eksternal

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.070 per dolar AS hingga 14.106 per dolar AS.

oleh Arthur Gideon diperbarui 17 Sep 2019, 12:05 WIB
Diterbitkan 17 Sep 2019, 12:05 WIB
Rupiah Menguat Tipis atas Dolar
Pekerja bank menghitung uang dollar AS di Jakarta, Jumat (20/10). Pagi ini, Rupiah dibuka di Rp 13.509 per USD atau menguat tipis dibanding penutupan perdagangan sebelumnya di Rp 13.515 per USD. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah pada perdagangan Selasa pekan ini. Sebagian besar sentimen berasal dari eksternal.

Mengutip Bloomberg, Selasa (17/9/2019), rupiah dibuka di angka 14.070 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.042 per dolar AS. Menjelang siang, rupiah terus melemah ke 14.100 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.070 per dolar AS hingga 14.106 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah masih menguat 2,02 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.100 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.020 per dolar AS.

Nilai tukar rupiah diprediksi masih lanjut melemah seiring pelemahan mata uang regional Asia.

"Dolar Hong Kong dan dolar Singapura dibuka melemah terhadap dolar AS, yang bisa menjadi sentimen pelemahan rupiah hari ini," kata ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih dikutip dari Antara.

Awal pekan, rupiah melemah dipicu dua kilang minyak Arab Saudi di propinsi Abqaiq dan Khurais yang mendapat serangan dari pesawat nirawak.

Kilang Abqaiq beberapa kali menjadi sasaran serangan mengingat kilang di propinsi Abqaiq ini mampu menghasilkan 7 juta barel minyak setiap hari.

"Serangan tersebut menambah ketegangan geopolitik di Timur Tengah yang sedang memanas dengan adanya sanksi AS terhadap Iran," ujar Lana.

Dari eksternal lainnya, beberapa data ekonomi China menunjukkan perlambatan. Data pertumbuhan produksi sektor industri turun 4,4 persen (yoy), terendah sejak Februari 2002, diikuti perlambatan ekspor sektor industri, dan penjualan ritel.

Kemungkinan bank sentral China (PBoC) diperkirakan akan memangkas suku bunga acuan pada pertemuan minggu ini.

Dari domestik, neraca perdagangan Agustus 2019 tercatat surplus sebesar 85,1 juta dolar AS, karena turunnya impor yang lebih besar daripada turunnya ekspor.

Kinerja neraca perdagangan dalam dua bulan pertama di kuartal III 2019 tercatat membaik, yang bisa membantu menjaga pertumbuhan ekonomi pada kuartal ini.

Lana memprediksi nilai tukar rupiah hari ini akan bergerak melemah di kisaran 14.050 per dolar AS hingga 14.100 per dolar AS.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Pemerintah Prediksi Rupiah Melemah ke 14.400 per Dolar AS di 2020

Ilustrasi dolar AS
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menguat, Jakarta, Kamis (23/10/2014) (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, pemerintah memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akan melemah pada tahun depan. Hal tersebut terjadi karena adanya gejolak ekonomi dunia.

Dalam pidato Nota Keuangan di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Jumat (16/8/2019), Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan bahwa target ekonomi masih akan tinggi, tetapi untuk nilai tukar rupiah akan melemah.

Ia menyebut target pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2020 adalah 5,3 persen. Sumber pertumbuhan ekonomi tahun depan ditekankan pada sektor konsumsi. 

"Pertumbuhan ekonomi akan berada pada tingkat 5,3 persen dengan konsumsi dan investasi sebagai motor penggerak utamanya. Inflasi akan tetap dijaga rendah pada tingkat 3,1 persen untuk mendukung daya beli masyarakat," ujar dia.

Jokowi menyebut nilai tukar rupiah akan melemah menuju 14.400 per dolar AS. Ia menyebut hal itu diakibatkan kondisi ekonomi global yang volatile alias penuh ketidakpastian.

Meski sedang ada disrupsi dagang, Jokowi yakin Indonesia akan tetap menjadi primadona investasi. Pasalnya, Indonesia memiliki telah mendapatkan citra positif dan iklim investasi akan terus dijaga.

"Pemerintah yakin investasi terus mengalir ke dalam negeri, karena persepsi positif atas Indonesia dan perbaikan iklim investasi," ujar Jokowi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya