Rupiah Dibuka Melemah, tetapi Peluang Penguatan Terbuka Lebar

Nilai tukar rupiah hari ini akan bergerak menguat di kisaran Rp14.120 per dolar AS hingga Rp14.130 per dolar AS.

oleh Arthur Gideon diperbarui 15 Okt 2019, 11:51 WIB
Diterbitkan 15 Okt 2019, 11:51 WIB
20161109- Donald Trump Unggul Rupiah Terpuruk-Jakarta-Angga Yuniar
Rupiah pada saat istirahat siang ini tercatat melemah sebesar 162 poin atau turun tajam 1,24 persen ke kisaran Rp 13.246 per dolar AS, Jakarta, Rabu (9/11). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan Selasa ini.

Mengutip Bloomberg, Selasa (15/10/2019), rupiah dibuka di angka 14.137 per dolar AS, menguat tipis jika dibandingkan kemarin yang ada di di angka 14.139 per dolar AS. Namun menjelang siang, rupiah melemah ke 14.145 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.137 per dolar AS hingga 14.147 per dolar AS. Jika dihiting dari awal tahun, rupiah masih menguat 1,70 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.140 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 14.126 per dolar AS.

Nilai tukar rupiah pada hari ini berpeluang kembali menguat setelah di awal pekan melemah tipis.

"Pagi ini mata uang kuat Asia yen, dolar Hong Kong, dan dolar Singapura, kompak dibuka menguat terhadap US dolar yang bisa menjadi sentimen penguatan rupiah hari ini," kata ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih dikutip dari Antara.

Dari eksternal, neraca perdagangan China masih surplus walaupun ekspor turun. Neraca perdagangan China pada September tercatat surplus sebesar 396,5 miliar dolar AS, naik dibandingkan Agustus yang sebesar USD 348,26 miliar.

Nilai ekspor tercatat sebesar USD 2.181,25 miliar dan impor tercatat sebesar USD 1.784,74 miliar. Ekspor tercatat turun 3,2 persen (yoy) pada September tersebut, dibandingkan Agustus yang turun 1 persen (yoy), dan diatas ekspektasi konsensus yang perkirakan turun 3 persen (yoy).

Penurunan tersebut terutama terjadi untuk ekspor ke Amerika Serikat (AS) yang turun hingga 17,,8 persen (yoy), sementara ekspor justru tumbuh naik ke Jepang, Uni Eropa, Korea Selatan Taiwan, dan ke negara-negara ASEAN.

"Kesepakatan fase pertama dengan AS yang akan ditandatangani lima minggu mendatang menjadi harapan membaiknya ekspor China terutama ke AS," ujar Lana.

Turunnya ekspor tersebut berdampak pada potensi pertumbuhan ekonomi China menjadi 6,2 persen dari proyeksi awal 6,4 persen pada 2019.

Lana memperkirakan nilai tukar rupiah hari ini akan bergerak menguat di kisaran Rp14.120 per dolar AS hingga Rp14.130 per dolar AS.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Pemerintah Prediksi Rupiah Melemah ke 14.400 per Dolar AS di 2020

Rupiah-Melemah-Tipis-Atas-Dolar
Petugas Bank tengah menghitung uang rupiah di Bank BRI Syariah, Jakarta, Selasa (28/2). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah tipis pada perdagangan Selasa pekan ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, pemerintah memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akan melemah pada tahun depan. Hal tersebut terjadi karena adanya gejolak ekonomi dunia.

Dalam pidato Nota Keuangan di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Jumat (16/8/2019), Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan bahwa target ekonomi masih akan tinggi, tetapi untuk nilai tukar rupiah akan melemah.

Ia menyebut target pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2020 adalah 5,3 persen. Sumber pertumbuhan ekonomi tahun depan ditekankan pada sektor konsumsi. 

"Pertumbuhan ekonomi akan berada pada tingkat 5,3 persen dengan konsumsi dan investasi sebagai motor penggerak utamanya. Inflasi akan tetap dijaga rendah pada tingkat 3,1 persen untuk mendukung daya beli masyarakat," ujar dia.

Jokowi menyebut nilai tukar rupiah akan melemah menuju 14.400 per dolar AS. Ia menyebut hal itu diakibatkan kondisi ekonomi global yang volatile alias penuh ketidakpastian.

Meski sedang ada disrupsi dagang, Jokowi yakin Indonesia akan tetap menjadi primadona investasi. Pasalnya, Indonesia memiliki telah mendapatkan citra positif dan iklim investasi akan terus dijaga.

"Pemerintah yakin investasi terus mengalir ke dalam negeri, karena persepsi positif atas Indonesia dan perbaikan iklim investasi," ujar Jokowi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya