Kesepakatan AS-China Dorong Penguatan Rupiah

Rupiah hari ini akan bergerak di kisaran 14.120 per dolar AS hingga 14.170 per dolar AS.

oleh Arthur Gideon diperbarui 14 Okt 2019, 11:18 WIB
Diterbitkan 14 Okt 2019, 11:18 WIB
Rupiah Tetap Berada di Zona Hijau
Teller menunjukkan mata uang rupiah dan dolar di Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (10/1). Hingga hari ini, US$ 1 dibanderol Rp 14.020. Rupiah menguat 0,71% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan Senin ini.

Mengutip Bloomberg, Senin (14/10/2019), rupiah dibuka di angka 14.130 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan sebelumnya yang ada di angka 14.137 per dolar AS. Menjelang siang, rupiah terus menguat ke 14.116 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.114 per dolar AS hingga 14.139 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah masih menguat 1,90 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia(BI), rupiah dipatok di angka 14.126 per dolar AS. Menguat jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 14.139 per dolar AS.

Nilai tukar rupiah masih melanjutkan penguatan pada akhir pekan lalu. "Dalam perdagangan minggu ini pasar akan fokus kembali terhadap pertemuan AS dan China serta hasil kompromi Inggris dengan Uni Eropa," kata Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi dikutip dari Antara.

Negosiasi perang dagang antara AS dan China membuahkan hasil. Presiden AS Donald Trump mengatakan kedua negara telah masuk pada fase pertama kesepakatan guna mengakhiri perang dagang.

AS akan menangguhkan kenaikan tarif yang sebelumnya akan diberlakukan AS pada Oktober. AS berjanji menunda kenaikan tarif hingga 30 persen, dari sebelumnya 25 persen, terhadap barang China senilai USD 250 miliar yang seharusnya berlaku 15 Oktober 2019 besok.

Terkait Brexit, dari laporan Sunday Times, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson akan berbicara dengan Kanselir Jerman Angela Merkel, Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker pada Senin ini untuk mendesak mereka mendukung kesepakatan Brexit.

Kepada ketiga pemimpin tersebut, Johnson akan menawarkan pilihan, yaitu apakah mereka membantu dia dengan menyetujui kesepakatan Brexit (pemisahan Inggris dari Uni Eropa) atau menyetujui model yang lebih bersahabat atas Brexit yang tanpa kesepakatan paling lambat 31 Oktober.

Ibrahim memperkirakan nilai tukar rupiah hari ini akan bergerak di kisaran 14.120 per dolar AS hingga 14.170 per dolar AS.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Pemerintah Prediksi Rupiah Melemah ke 14.400 per Dolar AS di 2020

Rupiah Stagnan Terhadap Dolar AS
Teller menunjukkan mata uang rupiah di penukaran uang di Jakarta, Rabu (10/7/2019). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup stagnan di perdagangan pasar spot hari ini di angka Rp 14.125. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, pemerintah memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akan melemah pada tahun depan. Hal tersebut terjadi karena adanya gejolak ekonomi dunia.

Dalam pidato Nota Keuangan di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Jumat (16/8/2019), Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan bahwa target ekonomi masih akan tinggi, tetapi untuk nilai tukar rupiah akan melemah.

Ia menyebut target pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2020 adalah 5,3 persen. Sumber pertumbuhan ekonomi tahun depan ditekankan pada sektor konsumsi. 

"Pertumbuhan ekonomi akan berada pada tingkat 5,3 persen dengan konsumsi dan investasi sebagai motor penggerak utamanya. Inflasi akan tetap dijaga rendah pada tingkat 3,1 persen untuk mendukung daya beli masyarakat," ujar dia.

Jokowi menyebut nilai tukar rupiah akan melemah menuju 14.400 per dolar AS. Ia menyebut hal itu diakibatkan kondisi ekonomi global yang volatile alias penuh ketidakpastian.

Meski sedang ada disrupsi dagang, Jokowi yakin Indonesia akan tetap menjadi primadona investasi. Pasalnya, Indonesia memiliki telah mendapatkan citra positif dan iklim investasi akan terus dijaga.

"Pemerintah yakin investasi terus mengalir ke dalam negeri, karena persepsi positif atas Indonesia dan perbaikan iklim investasi," ujar Jokowi.

 
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya