Alat Pembayaran Tol Bakal Tersambung Kartu Debit dan Kredit

Saat saldo habis, uang otomatis akan terpotong lewat kartu debit atau kartu kredit.

oleh Bawono Yadika diperbarui 15 Okt 2019, 17:44 WIB
Diterbitkan 15 Okt 2019, 17:44 WIB
Tol Tak Layani Pembayaran Tunai
Pengendara melakukan transaksi non tunai menggunakan kartu e-Toll di gerbang tol Semanggi 2, Jakarta, Selasa (31/10). Semua transaksi di jalan tol wajib menggunakan uang elektronik atau e-money per 31 Oktober 2017. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Pertumbuhan ekonomi digital yang kian cepat menuntut transaksi ekonomi yang juga harus efisien. Salah satunya transaksi digital di pintu gerbang tol.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Onny Widjanarko mengatakan, ke depan basis data alat pembayaran tol atau uang elektronik (e-money) akan diubah dari chip menjadi server.

Sehingga, pengguna tol tak perlu berhenti tapping saat memasuki gerbang tol. Penerapan teknologi ini disebut multi lane free flow (MLFF) dan ditargetkan diimplementasikan di tahun 2020.

"Uang elektronik yang cocok untuk ini adalah server based, ada perubahan," katanya dalam Konferensi Pers Bulan Inklusi Keuangan di Restoran Madame Delima, Jakarta, Selasa (15/10/2019).

Tak hanya itu, server nantinya juga akan tersambung dengan kartu debit atau kartu kredit pengguna. Sehingga, saat saldo habis, uang otomatis akan terpotong lewat kartu debit atau kartu kredit.

"Nanti akan terhubung ke kartu debit atau kredit. Jadi kalau saldonya (uang elektronik) kurang, jalan terus," ungkap Onny.

Sebagai informasi, rencana ini sejalan dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kementerian PUPR) yang pada tahun depan menyebut pembayaran di gerbang tol akan nirsentuh (tanpa sentuh).

Penerapan sistem multi lane free flow dinilai dapat menghilangkan waktu antrean menjadi nol detik. Manfaat lain adalah efisiensi biaya operasi dan meminimalisir bahan bakar kendaraan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Isi Ulang E-Money Kini Bisa di Kantor Pos

Bangunan Peninggalan Belanda Kantor Pos dan Telegraf
Bangunan peninggalan Belanda kantor pos dan telegraf. (Liputan6.com/Arfandi Ibrahim)

Kantor pos saat ini tidak hanya melakukan jasa pengiriman dan pembayaran tagihan. Namun, juga sudah dapat melayani top up atau isi ulang uang elektronik e-money yang dikeluarkan oleh Bank Mandiri.

Bank Mandiri bersinergi dengan PT Pos Indonesia dalam rangka memperluas layanan top up Mandiri e-money untuk mengakselerasi gerakan nasional non-tunai.

SEVP Consumer and Transaction Bank Mandiri, Jasmin mengatakan, ada kerja sama ini, Bank Mandiri secara bertahap akan menempatkan mesin pembaca (reader) e-money di loket-loket Kantor Pos di seluruh Indonesia.

"Rencananya, layanan top up e-money ini akan dapat dinikmati pada 3.000 loket Kantor Pos," kata dia saat acara peresmian kerja sama di Kantor Pos Pusat, Pasar Baru, Jakarta, Rabu (9/1/2019).

Melalui kerja sama ini, pengguna layanan pos yang merupakan pemegang mandiri e-money akan dapat melakukan transaksi top up secara tunai di jaringan loket Kantor Pos.

"Harapan kami, langkah ini dapat semakin mensosialisasikan penggunaan uang elektronik ke berbagai lapisan masyarakat, termasuk para pengguna jasa Kantor Pos," kata Jasmin. 

Jasmin menambahkan, sinergi ini dinilai sangat strategis karena akan mengoptimalisasi jaringan loket Kantor Pos yang saat ini telah melayani berbagai jenis transaksi pembayaran dan pembelian seperti tagihan utilitas, pembelian tiket dan lain-lain.

"Ke depan, kami akan terus mengeksplorasi potensi kerja sama dengan korporasi yang memiliki jaringan bisnis atau value chain untuk semakin membudayakan cara pembayaran non tunai di masyarakat," ujar dia.

Jasmin mengungkapkan, saat ini penetrasi mandiri e-money ke masyarakat sangat baik. Hingga Desember 2018, perseroan telah menerbitkan sebanyak 16,4 juta kartu dengan akseptansi mandiri e-money di lebih dari 45 ribu merchant dan 60 ribu lokasi top up.

Dari jumlah tersebut, frekuensi transaksi Mandiri e-money pada Januari-Desember 2018 telah mencapai 1,1 miliar dengan nominal transaksi Rp 13,4 triliun. Frekuensi transaksi terbesar terjadi di sektor transportasi yang mencapai 94 persen, terutama jalan tol seperti ruas tol Trans Jawa, tol Bali Mandara, ruas tol Medan-Kualanamu serta ruas tol Ujungpandang Seksi 1 dan 2.

 

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya