LIPI Lakukan Riset Eksplorasi Laut, Ini Hasil Lengkapnya

LIPI mengadakan eksplorasi Arus Lintas Indonesia (Arlindo) yang dilakukan pada 18 November hingga 25 Desember 2019.

oleh Tira Santia diperbarui 24 Des 2019, 17:30 WIB
Diterbitkan 24 Des 2019, 17:30 WIB
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melakukan ekplorasi Arus Lintas Indonesia (Arlindo).
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melakukan ekplorasi Arus Lintas Indonesia (Arlindo).

Liputan6.com, Jakarta - Pelaksana Tugas Kepala Pusat Penelitian Laut Dalam Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Nugroho Dwi Hartanto, menjelaskan hasil penelitian eksplorasi Arus Lintas Indonesia (Arlindo), yang dilakukan pada 18 November hingga 25 Desember 2019. Penelitian tersebut dilakukan di perairan Selatan Jawa, Selat Bali, hingga Selat Makassar.

Terdapat beberapa hasil yang menonjol dari penelitian tersebut. Pertama adalah biodiversitas di selatan Jawa, seperti plankton, dan penyebaran larva ikan tuna.

"Kita perlu tahu dia (larva ikan tuna) di mana menetas dan membesar, dan dimana tempatnya harus ditangkap, karena kalau itu tidak dipetakan dengan baik, nanti kita akan mendapatkan tuna yang kecil-kecil, padahal kita bisa mendapatkan tuna yang lebih besar. Ini yang menonjol untuk masyarakat," jelas Nugroho saat ditemui di acara penutupan kegiatan penelitian Transport Indonesian Seas, Upwelling, Mixing Physics (TRIUMPH), di Pelabuhan Nizam Zachman, Muara Baru, Jakarta, Selasa, (24/12/2019).

Selanjutnya ia memaparkan data terkait time series atau data-data dari waktu yang sangat panjang tentang arus oceanography di daerah samudera, seperti Samudera Hindia dan Selat Karimata.

"Jadi data time series sangat penting sebenarnya berapa jumlah air yang mengalir dari Samudra Pasifik ke Samudra Hindia, kemudian bagaimana efeknya, bagaimana suhu kemudian keasinan, sehingga diketahui bagaimana polanya, perubahan sepanjang tahun sehingga kita bisa mengetahuinya terhadap iklim, pola iklim dan cuaca ekstrim di Indonesia dan dunia," jelasnya.

Menurutnya, untuk memperoleh data time series membutuhkan waktu yang cukup lama. Karena diperlukan korelasi dengan data stasiun Current, Temperature, and Depth (CTD), serta data biota yang menjadi bahan perbandingan untuk mengetahui sejauh mana pengaruhnya.

"Hasilnya memang tidak langsung keluar sekarang, tidak. Kita perlu time series analisis itu dengan data-data yang tahun sebelumnya, sehingga kita bisa mendapatkan gambaran yang menyeluruh terhadap aspek oceanography, terkait dengan pola arus, kecepatan arus, keasinan dan lain-lainnya," pungkasnya.

 

Lintas Negara

Karena memang tidak cukup, jika penelitian time series dilakukan secara singkat. Seperti yang dikatakan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Laksana Tri Handoko, penelitian LIPI ini melibatkan lintas institusi dan lintas negara, yakni kerja sama dengan The First Institute of Oceanography Tiongkok, dan Departement of Atmospheric and Oceanic Science University of Maryland Amerika Serikat.

"Kalau dari Indonesia ada dari Universitas Srawijaya, ITB, Politeknik Maluku, kemudian juga BMKG, selama 37 Hari," kata Handoko.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya