Pemerintah Gencarkan Pencarian Minyak Bumi di Natuna

Kementerian ESDM akan lebih memperioritaskan pencarian minyak ‎pada Blok East Natuna.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 07 Jan 2020, 13:15 WIB
Diterbitkan 07 Jan 2020, 13:15 WIB
lustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Kegiatan eksplorasi pada lapangan minyak dan gas (migas) yang ada di Natuna kembali digulirkan, Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) lebih memperioritaskan pencarian minyak ‎pada Blok East Natuna.

Pelaksana tugas Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Djoko Siswanto mengatakan, ‎di Blok East Natuna terdapat dua lapangan, masing-masing mengandung minyak dan gas.

"Natuna itu kan ada gas ada minyak," kata Djoko, di Jakarta, Selasa (7/1/2020).

Menurut Djoko, pemerintah akan mendorong terlebih dahulu pencarian lapangan yang mengandung minyak di Blok East Natuna. Pasalnya, lapangan yang mengandung gas mayoritas merupakan karbon diogsida (CO2), hal ini memerlukan teknologi dan keekonomian investasi.

‎"Minyak itulah yang mau dikembangkan ada dua lapangan di situ, satu gas satu minyak kan dan gas yang kandungan CO2nya 70 persen, itu nanti dulu dikembangkan ini yang minyak dulu," paparnya.

Untuk melakan eksplorasi kandungan minyak, pemerintah pun mendorong PT Pertamina (Persero) selaku operator Blok East Natuna untuk mencari mitra.‎ Kemudian melakukan pengajuan pemindahan eksplorasi dari gas ke minyak.

"Ya paralel saja kan ada kewajiban untuk melakukan eksplorasi, nah ini yang dari gas dipindahin eksplorasi ke minyak jadi proses itu," tandasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Perusahaan Migas Kelas Dunia Incar Blok East Natuna

Ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan bahwa terdapat beberapa perusahaan minyak dan gas (migas) kelas dunia yang berminat untuk mengelola Blok East Natuna.

Pelaksana Tugas Direktur Jenderal migas Kementerian ESDM Ego Syahrial mengatakan, ‎terdapat beberapa perusahaan dari luar negeri yang tertarik untuk ikut berpartisipasi dalam mengelola Blok East Natuna bersama dengan PT Pertamina (Persero).

"‎Ada dari Jepang, China juga datang. Ada juga Mubadala dari Uni Emirat Arab," kata Ego, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (16/1/2018).

Pemerintah membuka kesempatan kepada semua perusahaan pencari migas untuk mengelola Blok East Natuna bersama Pertamina. Dengan begitu diharapkan dapat mendorong produksi migas di Tanah Air. 

"Jadi sekarang siapapun selama itu mengedepankan kepentingan nasional ya kita dorong. tapi satu yang harus digarisbawahi yaitu harus menguntungkan negara," tutur Ego.

Blok East Natuna telah diserahkan ke Pertamina, maka perusahaan yang berminat untuk berpartisipasi bisa melakukan kerja sama langsung dengan Pertamina.

"East Natuna ini secara hukum masih punya Pertamina, masih punya Pertamina, ini saya buka saja," tutup Ego.

PetroChina International Companies

Ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Sebelumnya, Perusahaan pencari minyak dan gas bumi (migas) PetroChina tertarik berpartisipasi untuk mengelola Blok migas East Natuna. Sebelumnya Exxon Mobil telah menyerahkan pengelolaan blok tersebut ke PT Pertamina (Persero).

Presiden PetroChina International Companies ‎untuk Indonesia Gong Bencai mengatakan, PetroChina tertarik begabung dengan Pertamina untuk mengelola Blok East Natuna. Perusahaan asal China tersebut ingin melakukan kajian bersama untuk mengembangkan blok tersebut.

PetroChina sudah memiliki teknologi dari hasil pusat riset anak usaha China National Petroleum Corporation (CNPC) untuk diterapkan pada pengembangan Blok East Natuna. Saat ini teknologi tersebut sedang diujicoba pada Blok Jabung, Jambi yang dioperatori PetroChina.

‎"Petrochina punya teknologi,‎ sedang diuji cobakan di Jabung," tutur Bencai Rabu (10/1/2018).

Bencai memperkirakan, investasi yang akan digelontorkan untuk pengembangan Blok East Natuna mencapai US$ 40 miliar. Kerjasama ini sejalan dengan program One Belt and One Road Initiative (OBOR) atau KTT Jalan Sutra Beijing.

"Ini program mahal US$ 40 miliar ada program OBOR pemerintah China akan mendukung ini, itu perkembangan dari East Natuna," tutupnya.  

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya