Utang Luar Negeri Indonesia di November 2019 Capai Rp 5.506,4 T

Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada November 2019 tumbuh melambat

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 15 Jan 2020, 10:30 WIB
Diterbitkan 15 Jan 2020, 10:30 WIB
Target Pertumbuhan Ekonomi
Suasana gedung-gedung bertingkat yang diselimuti asap polusi di Jakarta, Selasa (30/7/2019). Badan Anggaran (Banggar) DPR bersama dengan pemerintah menyetujui target pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran angka 5,2% pada 2019 atau melesat dari target awal 5,3%. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia melaporkan, Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada November 2019 tumbuh melambat. Posisi ULN Indonesia pada akhir November 2019 tercatat sebesar USD 401,4 miliar atau setara dengan Rp 5.506,4 triliun (Rp 13.718 per Dolar AS).

Utang tersebut terdiri dari ULN sektor publik (Pemerintah dan bank sentral) sebesar USD 201,4 miliar dan ULN sektor swasta (termasuk BUMN) sebesar USD 200,1 miliar.

ULN Indonesia tersebut tumbuh 8,3 persen (yoy), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 12 persen (yoy). Perkembangan ULN tersebut disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan ULN Pemerintah maupun ULN swasta.

"ULN Pemerintah tumbuh melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya," tulis laporan Bank Indonesia seperti dikutip Liputan6.com, Rabu (15/1/2020).

Posisi ULN Pemerintah pada akhir November 2019 tercatat sebesar USD 198,6 miliar atau tumbuh 10,1 persen (yoy), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 13,6 persen (yoy).

Posisi ULN Pemerintah tersebut juga tercatat lebih rendah dibandingkan dengan posisi pada bulan sebelumnya terutama karena pelunasan pinjaman bilateral dan multilateral yang jatuh tempo pada periode laporan.

Pengelolaan utang luar negeri Pemerintah diprioritaskan untuk membiayai pembangunan, dengan porsi terbesar pada beberapa sektor produktif yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, yaitu sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (19 persen dari total ULN Pemerintah), sektor konstruksi (16,5 persen), sektor jasa pendidikan (16,1 persen), sektor administrasi Pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (15,4 persen), serta sektor jasa keuangan dan asuransi (13,4 persen).

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Utang Swasta

Ilustrasi pertumbuhan Ekonomi
Ilustrasi pertumbuhan Ekonomi

ULN swasta tumbuh lebih rendah dari bulan sebelumnya. ULN swasta tumbuh 6,9 persen (yoy) pada akhir November 2019, lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 10,7 persen (yoy).

Perkembangan tersebut antara lain dipengaruhi oleh cukup tingginya pelunasan surat berharga domestik yang jatuh tempo, meskipun pada periode yang sama terdapat penerbitan surat utang perusahaan bukan lembaga keuangan (PBLK) dan penarikan pinjaman oleh perbankan.

Secara sektoral, ULN swasta didominasi oleh sektor jasa keuangan & asuransi, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas & udara (LGA), sektor industri pengolahan, dan sektor pertambangan & penggalian. Pangsa ULN di keempat sektor tersebut terhadap total ULN swasta mencapai 76,9 persen.

Bank Indonesia jga mencatat, struktur ULN Indonesia tetap sehat didukung dengan penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya. 

Kondisi tersebut tercermin antara lain dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada November 2019 sebesar 35,9 persen, relatif stabil dibandingkan dengan rasio pada bulan sebelumnya.

 

Didominasi Utang Jangka Panjang

Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi 2
Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi

Di samping itu, struktur ULN Indonesia tetap didominasi oleh ULN berjangka panjang dengan pangsa 88,5 persen dari total ULN. Dalam rangka menjaga struktur ULN tetap sehat, Bank Indonesia dan Pemerintah terus meningkatkan koordinasi dalam memantau perkembangan ULN, didukung dengan penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya.

Peran ULN juga akan terus dioptimalkan dalam menyokong pembiayaan pembangunan, dengan meminimalisasi risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya