Genjot Penjualan Tiket, Garuda Indonesia Gandeng Agen Perjalanan Haji

Garuda Indonesia membuka kesempatan bagi agen travel Haji Khusus dan Umrah untuk menjalin kerja sama penjualan tiket pesawat.

oleh Pramita Tristiawati diperbarui 13 Feb 2020, 18:15 WIB
Diterbitkan 13 Feb 2020, 18:15 WIB
Garuda Indonesia
Garuda Indonesia (Foto: AFP / Adek BERRY)

Liputan6.com, Jakarta - Coba peruntungan lebih dari penjualan tiket pesawat menuju Tanah Suci, Garuda Indonesia membuka kesempatan bagi agen travel Haji Khusus dan Umrah untuk menjalin kerja sama penjualan tiket pesawat.

Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra pada agenda pertemuan tatap muka Direksi Garuda Indonesia dengan Penyelenggara Perjalanan Haji Khusus (PIHK) dan Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU) di Jakarta, Selasa (11/02/2020).

"Kerja sama yang dilakukan antara Garuda Indonesia dengan agen travel Haji khusus dan Umrah ini, merupakan salah satu wujud peningkatan pelayanan maksimal kepada para jamaah yang akan berangkat ke Baitullah, dengan menyediakan pilihan channel pembelian tiket pesawat yang lebih beragam," tututnya.

Irfan juga mengatakan, ajang pertemuan tersebut juga sebagai wadah evaluasi dalam menjadikan pelayanan bagi jamaah Haji dan Umrah dari segi penjualan tiket pesawat. Agar semakin baik ke depannya, khususnya bagi agen travel yang sudah memiliki izin sebagai PPIU dan PIHK.

Irfan juga mengakui, bila pangsa pasar Timur Tengah adalah yang paling menjanjikan.

"Untuk itu, Garuda Indonesia berkomitmen untuk terus memperluas channel penjualan tiket pesawat pada rute-rute tersebut, melalui kemitraan yang berkelanjutan bersama dengan agen travel Haji Khusus dan Umrah di seluruh Indonesia," katanya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Garuda Indonesia Bentuk Tim Investigasi Informasi Media Sosial

Komut dan Dirut Paparkan Semangat Baru Garuda Indonesia
Komut PT Garuda Indonesia Tbk Triawan Munaf dan Dirut PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) Irfan Setiaputra saat berkenalan kepada media, Jakarta, Jumat (24/1/2020). Dalam perkenalannya Triawan dan Irfan memaparkan program baru untuk pembenahan Garuda Indonesia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Usai terbongkarnya kasus penyelundupan motor Harley Davidson yang dilakukan mantan dirut Garuda Indonesia I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra, jagat dunia maya dihebohkan dengan isu praktik perselingkuhan di tubuh Garuda. Dampaknya, nama maskapai penerbangan negara ini tercoreng. Publik pun dibuat resah dengan isu tersebut.

Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero), Irfan Setiaputra, mengatakan sosial media memang penting bagi perusahaan untuk mengetahui kondisi terkini laporan masyarakat. Hanya saja berbagai informasi yang ada di media sosial tetap harus dipilah.

Di bawah kepemimpinannya, Irfan mengaku sedang membuat tim yang kuat dan merespons kabar miring yang berkeliaran di media sosial. "Kami sedang membuat tim yang kuat dan merespons kabar semua itu," jelasnya di Kantor Kementerian BUMN Jakarta, Jumat (24/1).

Sebagai informasi, di media sosial Twitter ramai diperbincangkan berisi isu perselingkuhan dan praktik prostitusi di dalam tubuh maskapai pelat merah tersebut. Cerita tersebut dibagikan oleh akun @digeeembok.

Namun, bos Garuda Indonesia ini merasa tidak setuju jika membahas masalah pribadi di sosial media. "Saya sih tidak suka kalau sosmed bahas masalah pribadi karena masalah bisa melebar," kata Irfan.

Tempat Pengaduan Publik

Komut dan Dirut Paparkan Semangat Baru Garuda Indonesia
Komisaris Utama PT Garuda Indonesia Tbk Triawan Munaf (kanan) berjabat tangan dengan Direktur Utama (Dirut) PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) Irfan Setiaputra saat berkenalan kepada media di Jakarta, Jumat (24/1/2020). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Komisaris Utama PT Garuda Indonesia (Persero), Triawan Munaf, mengakui sosial media saat ini jadi tempat pengaduan publik yang tak terbatas. Sosial media menjadi tempat publik menyampaikan pendapatnya.

Kebenaran dari isu yang berkembang pun masih perlu dipastikan. Tidak menutup kemungkinan isu yang digaungkan benar adanya tetapi dilebih-lebihkan. Untuk itu semua informasi dari sosial media perlu dipilah dan dicerna.

"Semua itu tentu harus didengar direksi, dicerna, dan kita sangat mengedepankan keterbukaan," kata Triawan.

Tanpa mengesampingkan informasi dari sosial media, pihaknya tetap akan memilah informasi. Jika memang ada yang terbukti melanggar hukum, dia kan membawa kasus tersebut ke jalur hukum.

Sebagai perusahaan publik, tak ada alasan bagi jajaran direksi dan komisaris yang baru untuk membiarkan isu itu berkembang. Meski banyak pekerjaan rumah lainnya, dia akan memperhatikan hal itu.

"Sebagaimana pusingnya kita, tetap harus diperhatikan, bukan menghakimi atau membela diri," kata Mantan Kepala Badan Ekonomi Kreatif itu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya